ads

Anak Muda pun Kini Bangga Menjadi Peternak Sapi Perah Profesional

Novita Sari - Selasa, 16 Desember 2025
Jawa Timur, sebagai lumbung susu nasional, kini menyaksikan bangkitnya semangat baru yang dibawa oleh para peternak muda berpendidikan. Foto: Ist
Jawa Timur, sebagai lumbung susu nasional, kini menyaksikan bangkitnya semangat baru yang dibawa oleh para peternak muda berpendidikan. Foto: Ist
A A A

Jawa Timur, sebagai lumbung susu nasional, kini menyaksikan bangkitnya semangat baru yang dibawa oleh para peternak muda berpendidikan. Mereka adalah bukti bahwa pekerjaan beternak sapi perah, telah bertransformasi dari sekadar warisan keluarga, menjadi profesi yang menjanjikan, didukung oleh teknologi dan praktik manajemen yang modern.

Dalam kesempatan peringatan 50 tahun kemitraan Nestle Indonesia dan peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur pada Senin (15/12/2025) di fX Sudirman, Jakarta, para peternak muda pun turut berbagi cerita. Diantaranya adalah Zuliyanti dan Helmi.

Zuliyanti, perempuan muda 24 tahun asal Tulungagung, Jawa Timur, mulai beternak pada 2021 ketika perkuliahannya dilakukan secara daring selama pandemi. Ia membantu keluarga di kandang yang sebenarnya sudah beroperasi sejak 2005 dengan dua ekor sapi.

Namun seiring waktu, usaha itu berkembang menjadi sekitar 30 ekor sapi yang terdiri dari sapi perah, kering, dara, dan pedet (anak sapi ternak). Aktivitasnya yang dahulu diiringi dengan kesibukan perkuliahan sebagai mahasiswa Ilmu Akuntansi, setelah lulus lalu Ia isi dengan aktivitas di kandang.

Menurut Zuliyanti, rasa senang selalu muncul saat merawat sapi-sapinya, ditambah dengan aktivitas yang tidak berat karena Ia mengelola kandang bersama keluarga. Dalam kesehariannya, Ia membutuhkan waktu hanya sekitar 4 jam per hari, dan dari sinilah kecintaannya pada peternakan tumbuh.

Pada perjalanannya, terdapat tantangan yang harus dihadapi oleh Zuliyanti, yaitu musim kemarau yang sering menghambat ketersediaan hijauan pakan. Namun, bantuan tim MPDD (Milk Procurement & Daily Development) Nestle Indonesia melalui berbagai pendampingan dan pelatihan, yang memungkinkan keluarganya untuk dapat menyediakan pakan secara lebih stabil.

Ketika wabah PMK datang, kondisi semakin sulit karena banyak sapi yang sakit. Beruntung, program modernisasi kandang dan subsidi peralatan datang dan memberi perubahan besar. Kandang yang semula menggunakan sistem ikat, kini menjadi kandang umbaran, dilengkapi mesin perah, kipas angin, dan chopper, yang semuanya membantu meningkatkan kesehatan dan produktivitas sapi.

Bagi Zuliyanti, transformasi ini sangat berharga. Dari hanya dua ekor sapi kini berkembang menjadi sekitar 30 ekor, dan pendapatannya pun meningkat sehingga ia bisa menabung untuk masa depan. Ia juga senang mengetahui hasil perah dari sapi-sapinya dapat mendunia. Ia melihat beternak sebagai bisnis keluarga yang ingin ia teruskan karena prospeknya semakin cerah mengingat tingginya kebutuhan produk berbahan dasar susu.

Untuk generasi muda, ia berpesan agar jangan malu untuk menjadi peternak. “Mungkin kotor di tangan, tapi jadi emas di masa depan,” ujar Zuliyanti.

Setengah abad kolaborasi, generasi penerus yang berani mengambil alih tongkat estafet. Foto: Ist
Setengah abad kolaborasi, generasi penerus yang berani mengambil alih tongkat estafet. Foto: Ist

Kisah lain datang dari anak muda bernama Helmi, seorang peternak muda berusia 26 tahun dari Ngantang, Jawa Timur yang memulai perjalanannya di dunia peternakan sejak 2018 ketika masih berkuliah di Universitas Brawijaya jurusan Ilmu Politik.

Meski berasal dari keluarga peternak, keputusan untuk ikut terjun bukanlah sekadar meneruskan tradisi, tetapi sebuah pilihan sadar setelah melihat bagaimana kemitraan orang tuanya dengan Perusahaan, mampu membuat usaha keluarga tetap stabil.

Dengan hanya dua ekor sapi di awal, Helmi membagi waktunya antara menyelesaikan kuliah dan mengelola kandang, sebuah tantangan yang menjadi sekolah kehidupan tersendiri baginya.

Tantangan terberat yang pernah dihadapi adalah ketika wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) melanda. Satu ekor sapi mati, produksi susu anjlok, dan kelelahan mental hampir membuatnya menyerah.

Namun pendampingan intensif dari tim MPDD membantu untuk mengubah keadaannya. Ia belajar tentang manajemen nutrisi, dan praktik beternak yang lebih baik, hingga akhirnya mampu bangkit dan kembali produktif.

Kini Helmi bangga karena hasil susu dari sapi-sapinya dapat dinikmati masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi bukti bahwa anak muda dari pelosok pun dapat memberi kontribusi besar bagi banyak orang.

Bagi Helmi, beternak adalah pilihan masa depan yang layak bagi generasi muda. Ia mendorong anak muda untuk tidak gengsi terhadap pekerjaan yang justru berdampak luas pada masyarakat.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Mudah Diakses dan Menyenangkan, Teknologi yang Merangkul Pegolf Wanita
img
Anak Muda pun Kini Bangga Menjadi Peternak Sapi Perah Profesional
img
Inspirasi Kado Akhir Tahun untuk Keluarga dan Sahabat
img
Lewat Film Terbarunya, Ernest Prakasa Mengajak Penonton Melihat Ulang Arti Kesuksesan