Happy Salma, Ariel Tatum dan Artasya Sudirman Bongkar Dahsyatnya Arti Rambut Sebagai Mahkota Perempuan di Panggung Teater
Rambut menjadi bagian penting dari anggota tubuh perempuan. Bukan hanya bisa memengaruhi penampilan secara fisik, rambut juga kerap dikaitkan dengan keinginan, hasrat, passion seorang perempuan secara psikologis. Tak heran, banyak orang bilang rambut adalah mahkota perempuan.
Refleksi filosofi rambut dan rahasianya dari sudut perempuan inilah yang diangkat dalam pementasan dramatic reading bertajuk “Mahkota” yang digelar oleh Galeri Indonesia Kaya (GIK) pada Sabtu (27/4/24) lalu.
Mahkota dibawakan oleh 3 (tiga) seniman perempuan Indonesia. Ada Happy Salma yang sudah menjajal berbagai layar dan pentas, Ariel Tatum yang semakin jatuh cinta pada panggung seni, dan Artasya Sudirman yang berlatar belakang teater. Diiringi dengan permainan biola yang mendayu dari Danu Kusuma dan gerak tubuh dari penari Dayinta Melira semakin menambah kesyahduan pementasan ini.
Alur cerita Mahkota terinspirasi dari sejumlah sumber sejarah ihwal rambut dalam konteks sejarah dan budaya, yang diolah dengan interpretasi dan dimaknai kembali ke dalam konteks masa sekarang. Rambut juga menjadi simbol kekuatan yang telah menemani perjalanan dan perjuangan perempuan Indonesia dari abad ke abad.
Dalam pementasan yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut, Happy Salma berperan sebagai narator sekaligus berperan sebagai seorang pembaca buku "Puisi-puisi Cinta" karya W.S. Rendra. Penggambaran dari puisi yang dibacakannya diwakili oleh Ariel Tatum dan Artasya Sudirman yang memaparkan 3 kisah. Keduanya berlakon sangat apik, bahkan sempat membuat bulu kuduk merinding.
Ketiga kisah peristiwa tersebut berlatar ruang dan waktu yang berbeda namun dijembatani oleh Happy Salma sebagai narator dan penampilan pemain biola dan penari yang semakin menguatkan peristiwa yang dihadirkan.
Drupadi dan Sumpahnya
Adegan pertama berlatar waktu zaman dahulu tepatnya di kisah kolosal Mahabharata.
Artasya Sudirman berperan sebagai Drupadi. Dalam kisah, permaisuri Drupadi diceritakan telah dilecehkan oleh Kurawa, ia dijambak, diseret dan dilucuti pakaiannya di hadapan para suaminya Pandawa Lima. Artasya Sudirman mampu menghidupkan gejolak perasaan Drupadi lewat gerakan dramatis rambut panjangnya yang tergerai indah.
Drupadi bersumpah tidak akan mengikat rambut panjangnya sampai Dursasana tewas dan darahnya dibasuhkan ke rambutnya. Sumpahnya terwujud. Ia lalu mencuci rambut indahnya dengan darah. Di sini, rambut tak hanya menjadi simbol keindahan, melainkan juga menjelma menjadi simbol kekuatan wanita.
Nyi Rambut Kasih dan Rambut Indahnya
Lalu, kisah bergulir ke legenda tanah pasundan yakni Nyi Rambut Kasih yang merupakan Ratu dari Kerajaan Sindangkasih, Majalengka. Kali ini, Ariel Tatum sebagai Nyi Rambut Kasih semakin menunjukkan kepiawaiannya berakting di panggung teater. Sebagai Ratu, Nyi Rambut Kasih yang rupawan memiliki rambut indah yang sangat panjang, membuat ia semakin dicintai sang Raja. Ini yang membuat Nyi Rambut Kasih kerap diserang kecemburuan dan iri hati oleh para selir yang berniat untuk menyingkirkannya.
“Rambutku adalah pemikat, rambut panjang yang mempesona. Rambut, yang didalamnya penuh kasih sayang. Dan kalian (para selir) tak akan pernah memilikinya. Jika pun aku harus mati, itu hanya terjadi pada jasadku. Selamanya aku akan hidup sebagai Nyi Rambut Kasih, perempuan penguasa Majalengka,” lengking Ariel Tatum sebelum ia akhirnya terjatuh ke jurang sebagai Nyi Rambut Kasih. Meski rambutnya menjadi pemicu perselisihan, lewat rambut pula, Nyi Rambut Kasih mempertahankan jati dirinya.
Perempuan Masa Kini dan Kebebasannya
Kemudian, peristiwa bergeser ke masa kini. Rambut masih tetap dianggap sebagai mahkota perempuan. Namun kini wanita sudah terbuka mengekpresikan kebebasan dan kemerdekaan melalui rambut.
Bagaimana tidak, lelaki kerap memandang keanggunan wanita terletak pada rambutnya yang panjang dan warnanya yang hitam legam, paradigma itu seakan ‘memenjarakan’ perempuan untuk terpaku pada sosok ideal yang diciptakan laki-laki. Tak jarang, ketika memiliki pasangan, untuk sekadar memotong rambut pun harus meminta persetujuan laki-laki yang menjadi pasangannya.
Ariel Tatum mewakili wanita masa kini, yang memotong rambutnya sebagai simbol kebebasan dan kemerdekaan, setelah ia putus dari pacarnya. Ya, bagi sebagian wanita yang baru putus cinta, memotong rambut memiliki makna mendalam. Bukan hanya berubah secara fisik, melainkan sebagai awal baru untuk melangkah ke depan, lambang kekuatan baru, perubahan secara emosional ke arah lebih baik, lambang putusnya ikatan masa lalu dan sebagainya.
Penggambaran wanita masa kini dan rambutnya ini diwakili dengan jenaka oleh Ariel Tatum dan Artasya Sudirman.
“Rambut sebagai mahkota wanita akan terus menghadirkan makna keindahan, kekuatan, dan kerapuhan. Melalui rambut, perempuan dapat melakukan banyak hal, mulai dari aktualisasi identitas diri, menjaga rahasia, hingga menyatakan penolakan terhadap apa yang ditentangnya. Laksana seseorang yang memiliki mahkota, si empunya akan dianggap agung. Kilau mahkota tentu menjadi daya pikat yang kuat. Dalam waktu bersamaan, terkendali atau tidak, kilau mahkota akan membuat si empu dilanda rasa tidak aman karena begitu banyak pihak yang ingin memiliki mahkota yang sama. Rambut adalah mahkota milik perempuan. Dan biarlah mahkota itu tetap dimiliki perempuan dengan segala ekspresi keindahan dirinya,” ujar Happy Salma.
“Pertunjukan Mahkota merespon dan ikut merayakan semangat perempuan Indonesia. Pementasan ini hadir bukan sekadar untuk menghibur, namun untuk merangsang pikiran dan menyentuh hati para penonton. Harapan kami agar Mahkota dapat menjadi sumber inspirasi bagi wanita Indonesia dan penggiat maupun penikmat seni, kami mengajak masyarakat untuk hadir dan bergabung bersama kami dalam merayakan keindahan, kekuatan, dan keberanian kaum wanita Indonesia,” tutup Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Pementasan Mahkota ini digelar pada tanggal 27 April lalu sebagai bagian dari peringatan Hari Kartini untuk merayakan emansipasi wanita.