

Ini Dia Orang-orang di Balik Layar, Menjelajahi Proses Desain Demokratis di Democratic Design Days 2025

Raksasa furnitur asal Swedia ini telah lama dikenal dengan desainnya yang fungsional, estetis, dan terjangkau. Namun, di balik setiap produk ikonis mereka, tersembunyi sebuah perjalanan kreatif yang melibatkan para desainer berbakat dengan visi yang kuat.
Democratic Design Days (DDD), sebuah acara tahunan yang diselenggarakan untuk yang kedua kalinya ini, memberikan kesempatan langka untuk mengintip langsung ke dapur ide dan inovasi mereka.
Pada DDD 2025, bertempat di kota kelahiran IKEA di Almhult, Swedia, pada Rabu, 04 Juni 2025, ratusan awak media yang berasal dari berbagai negara mulai dari kawasan Asia termasuk Indonesia, Eropa hingga Amerika diajak untuk menyelami lebih dalam filosofi "Democratic Design" dan berinteraksi langsung dengan otak di balik kreasi-kreasi yang menghiasi rumah-rumah di seluruh dunia.
Dalam kata sambutannya, Frederica Inger, Chief Product and Commercial Officer IKEA Swedia, menjelaskan bahwa mereka memiliki visi dan ide bisnis yang telah berakar kuat selama delapan dekade, berawal dari pemikiran seorang Ingvar Kamprad.
"Di jantung filosofi kami adalah keyakinan bahwa produk fungsional, berkualitas tinggi, dan dirancang dengan baik, harus dapat dijangkau oleh banyak orang. Ini bukan sekadar ambisi sesaat, melainkan sebuah komitmen berkelanjutan yang membentuk setiap aspek pengembangan produk," jelas Frederica.
Bagi sebagian orang, lanjut Frederica, mereka mungkin identik dengan "kotak besar," namun bagi perusahaan itu sendiri, identitas sejati mereka terletak pada produknya. Mengapa demikian? Karena setiap produk dimulai dan berakhir dengan kehidupan nyata orang-orang di rumah.
"Tim kami senantiasa berupaya memahami kehidupan banyak orang di rumah – mulai dari anggaran finansial mereka, tantangan sehari-hari yang mereka hadapi, hingga impian yang mereka miliki. Inilah sumber inspirasi utama untuk mengembangkan inovasi dan solusi yang selalu bertujuan untuk membuat segalanya menjadi lebih baik," tandas Frederica.
Ya, dalam kesempatan ini, para awak media dapat bertatap muka dengan sosok-sosok yang merancang produk, menanyakan langsung inspirasi di balik bentuknya yang unik, atau bahkan bertukar pikiran mengenai tantangan yang mereka hadapi selama proses perancangan.
Sesi-sesi diskusi dan presentasi yang diadakan selama acara, membuka tabir kisah di balik desain yang selama ini mungkin hanya kita lihat dalam bentuk katalog atau di ruang pamer toko.
Para desainer dengan antusias berbagi tentang perjalanan kreatif mereka, mulai dari sketsa awal yang mungkin terlihat sederhana, hingga evolusi ide menjadi prototipe akhir yang siap diproduksi massal.

Sarah Fager, Desainer BASINGEN menceritakan bagaimana ide-ide segar muncul dari pengamatan kehidupan sehari-hari, dari kebutuhan konsumen yang beragam, hingga inspirasi dari berbagai budaya dan tren.
Melalui "Desain Demokratis", Sarah menyebutkan lima pilar yang harus selalu berada dalam setiap produk yaitu:
- Bentuk (Form): Produk harus memiliki desain yang baik dan estetis. Apakah indah atau tidak, bentuknya harus menarik dan relevan.
- Fungsi: Produk harus berfungsi dengan baik dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
- Kualitas: Produk harus memiliki kualitas yang diharapkan oleh konsumen dan mampu bertahan dalam penggunaan sehari-hari di rumah.
- Keberlanjutan (Sustainability): Komitmen untuk memilih bahan-bahan yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab terhadap planet ini.
- Harga Terjangkau: Semua dimensi di atas harus dicapai dengan harga yang dapat dijangkau oleh banyak orang.
Kelima parameter itu harus selalu diselesaikan dalam setiap produk. Jika hanya berfokus pada bentuk tanpa memikirkan kualitas atau sebaliknya, produk tidak akan memiliki dampak yang berkelanjutan atau dicintai oleh banyak orang. Ini adalah keseimbangan yang terus-menerus dicari oleh para desainer.
Sarah menjelaskan ambisinya untuk menciptakan koleksi yang indah sekaligus membantu orang-orang dengan kebutuhan mobilitas di rumah.
"Kami ingin menciptakan produk yang indah, tetapi jika Anda memiliki kebutuhan, Anda bisa melihat bahwa ini bisa membantu di rumah," kata Sarah.
Dikatakan Sarah, koleksi ini, yang awalnya bernama "Helping Hand," berfokus pada solusi di kamar mandi dan dapur. "Salah satu contoh yang menarik adalah ide kursi mandi. Desainer menyadari bahwa banyak orang memiliki kamar mandi yang sudah ada dan sulit untuk diubah menjadi fasilitas walk-in shower. Oleh karena itu, mereka merancang objek yang mudah diambil dan dipindahkan, serta objek yang bisa dipasang di dinding sebagai solusi permanen," terang Sarah.
Sarah dan timnya membedakan produk mereka dari alat medis konvensional yang diklaim bahwa itu adalah alat bantu. "Kami ingin menciptakan sesuatu yang cool dan indah, sesuatu yang dicintai oleh pengguna, yang secara fungsional membantu tanpa terlihat seperti perangkat medis. Meskipun ada kompromi dalam hal penyesuaian dibandingkan kursi mandi khusus, tujuannya adalah membuat produk yang fungsional dan estetis dengan harga terjangkau," ucap Sarah.
Proses desain melibatkan sketsa awal, diskusi tim, dan banyak literasi. Misalnya, dalam pengembangan step stool, ada resep yang sangat detail mengenai jarak kaki, sudut, dan pengujian untuk memastikan produk memenuhi standar legal di seluruh dunia serta kebutuhan internal. Penggunaan 3D printing juga membantu dalam membuat prototipe awal.
"Hasilnya adalah enam objek fungsional seperti kursi mandi, step stool dengan dua tingkat, dan pegangan dengan cengkeraman terintegrasi. Semua produk ini dirancang untuk membuat lingkungan rumah lebih aman dan mendukung, dengan harga yang sangat terjangkau," jelas Sarah.
Desain Tough dan Material yang Bijak

Henry Preutz, Desainer FARGASATTARE, menyoroti tantangan untuk mencapai harga rendah, terutama dengan material seperti metal. "Kami harus mencari cara untuk membuat produk seberat 10 kg dengan material metal 0,6 milimeter. Tantangan ini juga melibatkan penyesuaian desain kaki agar stiker dapat ditempatkan di sana. Proses desain juga melibatkan banyak versi objek yang sama dan pencetakan 3D untuk pengujian," kata Henry.
Andrew Derome dan Claire Catlow, Desainer PAX berbagi tentang ruang penyimpanan lemari. "Lemari PAX adalah penyimpanan yang dapat disesuaikan dengan ruangan pengguna. Artinya, pengguna bisa memilih rangka dan pintu yang cocok dengan interior rumah mereka," kata Andrew.

Untuk produk PAX di Indonesia, Ririn Basuki-Communications & PR Manager IKEA Indonesia mengungkapkan bahwa produk lemari PAX menjadi salah satu produk yang laris di Indonesia.
Ketika berbicara tentang estetika, perwakilan dari Expressions menyebutkan bahwa mereka suka menggabungkan material yang tough seperti metal galvanis dengan warna-warna kuat. "Kami juga menggunakan material yang tampak lebih "mentah" seperti kertas atau tekstil yang tidak di-bleach atau diwarnai. Kombinasi ini bertujuan untuk mendapatkan warna-warna kuat dan menciptakan ekspresi yang raw namun menarik," ujar mereka.

"Bentuk-bentuk yang cenderung sederhana, tetapi sering dikombinasikan dengan sentuhan desain yang lebih menarik untuk memunculkan kesan estetik. Pola yang digunakan seringkali geometris dan berulang, namun juga dipadukan dengan elemen-elemen yang lebih lembut dan organik yang terinspirasi dari alam. Pendekatan ini, yang menggabungkan berbagai jenis pola, adalah ciri khas kami," tambah mereka.
Sementara itu, Magnus Nord-Desainer MAVINN mengatakan bahwa MAVINN yang berarti "menang di belakang" — sebuah filosofi yang merangkum inti dari koleksi kewirausahaan sosial yang telah ia kembangkan selama 12 tahun terakhir.

"Bukan sekadar koleksi produk, melainkan sebuah gerakan. Kami bangga dapat bekerja sama dengan sekitar 10.000 seniman dan pengrajin, sebagian besar berada di India, namun juga tersebar di Thailand, Yordania, dan negara-negara lain. Fokus utama kami adalah produk yang dibuat secara personal, menghadirkan sentuhan unik yang membedakannya dari produk biasa," ucap Magnus.
Tentu saja, perjalanan desain tidak selalu mulus. Para desainer juga tak luput dari berbagai tantangan. Mereka berbagi pengalaman mengatasi keterbatasan material, mencari solusi cerdas untuk efisiensi produksi, hingga memastikan produk tetap sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan yang dijunjung tinggi oleh perusahaan.
Mendengarkan langsung bagaimana mereka memecahkan masalah-masalah ini memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap kompleksitas di balik kesederhanaan desain produk.
Salah satu aspek yang selalu ditekankan dalam setiap produk mereka adalah prinsip-prinsip Democratic Design. Lebih dari sekadar estetika, filosofi ini merangkum lima elemen penting: fungsi, bentuk, kualitas, keberlanjutan, dan harga yang terjangkau.
Selama Democratic Design Days 2025, para desainer tak henti-hentinya menyoroti bagaimana kelima elemen ini terintegrasi dalam setiap tahap perancangan. Mereka menjelaskan bagaimana keputusan desain diambil dengan mempertimbangkan tidak hanya tampilan visual, tetapi juga kegunaan produk dalam kehidupan sehari-hari, daya tahan material yang digunakan, dampak lingkungan dari proses produksi, hingga memastikan produk dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang.
Melihat langsung prototipe-prototipe awal dan mendengarkan penjelasan detail dari para desainer memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana sebuah ide abstrak bertransformasi menjadi produk nyata yang kita gunakan sehari-hari.
Kita dapat melihat bagaimana sebuah kursi diuji kekuatannya, bagaimana berbagai jenis material dieksplorasi untuk mencapai keseimbangan antara kualitas dan biaya, atau bagaimana desain modular dikembangkan untuk memaksimalkan fungsi dalam ruang yang terbatas.
Democratic Design Days 2025 bukan hanya sekadar jendela informasi, tetapi juga sebuah ajang interaksi yang inspiratif.
Kesempatan untuk berdialog langsung dengan para desainer, memberikan perspektif baru tentang proses kreatif dan nilai-nilai yang mendasari setiap produk.
Lebih dari sekadar membeli furnitur, kita diajak untuk menghargai pemikiran dan kerja keras di balik setiap desain, serta memahami bagaimana prinsip-prinsip desain demokratis benar-benar diwujudkan dalam setiap kreasi.
Acara ini menjadi pengingat bahwa desain yang baik adalah desain yang inklusif, berkelanjutan, dan dapat diakses oleh semua orang.