Panggung Bicara Tubuh: Ajak Penikmat Seni Terhubung dengan Diri Lewat Gerak Tari, Narasi dan Musik
Seorang penari wanita yang sedang hamil, bergerak meliuk-liukkan tubuhnya di atas panggung. Baju putih menggantung yang menonjolkan perut buncitnya, semakin membuat sosoknya terlihat estetik di bawah lampu panggung yang temaram.
Beberapa saat kemudian, penonton menarik napas tertahan. Bagaimana tidak, sesosok wanita penari lain muncul di atas panggung. Ia tak sendiri, melainkan menggendong bayi mungil di atas perutnya. Bersama sang putra dalam gendongannya, Ufa Sofura melangkah gemulai tapi energik dalam gerak tari nan indah, diiringi oleh tawa bahagia sang bocah, Alfaro Prajna.
Tak lama berselang, narasi penutup digemakan dengan lantang oleh Ucita Pohan. “Di tempat kamu berada, aku ada. Di waktu kamu merasa, akulah rasa. Maka di saat kita bertemu, sesungguhnya, aku selalu di sana. Kita menyatu itu niscaya. Bersambut, berlanjut. Lahir, berulang-ulang. Bawa ini pulang. Tekun pada dirimu, ingat pada yang murni. Kembali pada sejatimu. Mengalirlah bersama yang sah. Yang perlu kamu ingat saat ini hanyalah: bukan hanya kelam, tapi benderang juga adalah bagian yang kekal pada dirimu.”
Panggung pun lalu menjadi gelap, hening, tak lama kemudian pecah oleh tepuk tangan para penikmat seni. Itulah adegan puncak bertajuk “Tanda” dari 5 babak yang disajikan dalam pertunjukan “Panggung Bicara Tubuh” yang digelar oleh Galeri Indonesia Kaya (GIK), Sabtu (4/5/24).
Ya, hari ini Galeri Indonesia Kaya menghadirkan pertunjukan berjudul “Panggung Bicara Tubuh” bersama Ufa Sofura, Ucita Pohan dan Jozz Felix. Pertunjukan yang terinspirasi dari buku “Bicara Tubuh” karya penulis Ucita Pohan dan fotografer kondang Jozz Felix pada tahun 2018 ini, merajutkan sebuah cerita yang disampaikan pada penonton melalui gerak tari yang diramu bersama narasi, visual, dan musik. Pementasan ini didedikasikan untuk tubuh yang selama ini menjadi bagian dari diri dan perjalanan hidup.
Selama kurang lebih satu jam, penikmat seni dihibur dengan pertunjukan kolaboratif yang dibagi menjadi lima babak. Babak pertama bertajuk “Rupa” yang diisi oleh 4 (empat) orang penari diiringi musik bertempo cepat dan dinamis. Berbaju serba hitam, mereka menonjolkan mimik wajah beraneka ragam.
Babak kedua yakni “Daya” diisi oleh 2 (dua) orang penari. Kali ini mereka menari tanpa iringan musik melainkan ketukan, tepuk tangan dan jentik jari. Kemudian penampilan semakin meriah dengan hadirnya iringan suara merdu dari Galabby Thahira dan flute yang ditiup oleh Armiya Husein. Lalu ditutup dengan dua orang penari berbaju putih yang menari dinamis diiringi musik instrumental dari lagu daerah.
Babak ke-4 bertajuk “Langkah” menampilkan seorang penari balet yang meliuk-liukkan kaki jenjangnya diiringi alunan harpa yang dipetik dengan indah oleh Nia Aladin. Dan, akhirnya, babak kelima yang merupakan pamungkas, ditutup oleh penampilan memukau sang koreografer, Ufa Sofura diiringi oleh narasi puitis dari Ucita Pohan, sang penulis buku “Bicara Tubuh”.
Pementasan tersebut merupakan pembuka dari tema sastra yang akan diangkat oleh GIK sepanjang bulan Mei ini. Tema sastra dipilih sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya dan bahasa Indonesia.
“Penikmat seni diajak untuk memaknai setiap lekuk tubuh manusia untuk semakin mencintai diri sendiri sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih kuat, bijaksana, dan percaya diri melalui tarian, narasi, visual dan musik naratif yang ditampilkan dan membuat pertunjukan ini semakin bermakna,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya terkait pertunjukan Panggung Bicara Tubuh yang berlangsung hari ini.
Ucita Pohan sang penulis buku “Bicara Tubuh” yang juga seorang pembawa acara dan content creator asal Jakarta mengungkapkan, “Selain menghibur, melalui pertunjukan ini kami juga ingin mengajak para penikmat seni untuk menyadari pentingnya terhubung dengan diri sejati dan memaknai tubuh dengan tingkat kesadaran yang lebih baik dari sebelumnya.”
Senada dengan Ucita, Ufa Sofura menambahkan bahwa pertunjukan tersebut merupakan sebuah manifestasi yang ia tuangkan ke dalam sebuah tarian setelah membaca buku Bicara Tubuh.
Ufa Sofura adalah penari dan koreografer yang telah berkiprah selama lebih dari 17 tahun di dunia seni tari. Wanita ini telah menimba ilmu tari di dalam dan luar negeri serta telah menorehkan sederet prestasi. Ia berharap kolaborasi yang dikemas dalam pertunjukan “Panggung Bicara Tubuh” ini bisa diterima oleh penikmat seni.
Terkait adegan terakhir dalam babak “Tanda” yang menampilkan seorang wanita hamil dan seorang ibu yang menggendong anak kecil, dengan tersenyum ia mengatakan, “Ini kan temanya tentang tubuh ya. Saya juga ingin menyampaikan bahwa dari tubuh manusia, juga bisa menghasilkan manusia baru lagi,” katanya. Beruntung, sang putra Alfaro Prajna tampak senang saja ketika berada dalam gendongan sang Bunda. “Anaknya memang begitu, suka ketawa dan senang aja,” tutup Ufa.
Selain menyaksikan, penikmat seni yang hadir juga diajak berinteraksi secara langsung dengan para penampil. Sebelum diangkat menjadi sebuah pertunjukan, buku Bicara Tubuh juga pernah dialih wahanakan menjadi sebuah pameran seni di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. (Foto: Efa dan dok. Galeri Indonesia Kaya)