Pentingnya Study Life Balance untuk Kesehatan Mental Siswa
Anak yang berprestasi di sekolah, tentunya membanggakan orangtua. Namun, jika orangtua memfokuskan anak pada aktivitas belajar terus, tentu menjadi tidak baik. Sebab, hidup itu butuh keseimbangan.
Hal ini ditekankan oleh Caesilia Ika W, S.Psi., M.Psi, Psikolog Pendidikan Konselor Anak dan Remaja. Ia mengatakan, anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan dalam belajar tanpa cukup waktu untuk beristirahat dan bermain, mungkin mengalami kelelahan fisik dan mental. “Keseimbangan yang buruk tersebut dapat berdampak pada stres, kecemasan, penurunan motivasi dalam belajar, hingga depresi,” terangnya.
Caesilia mengatakan, penting sekali siswa menerapkan study-life balance, yakni konsep penting yang mengacu pada mencari keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk belajar dengan waktu untuk kegiatan pribadi, keluarga, dan rekreasi. “Dalam konteks anak, study-life balance membantu menjaga kesejahteraan emosional dan mental mereka,” imbuh ia.
Untuk mendukung study life balance anak, Caesilia memberikan kiat pada orangtua. “Lakukan komunikasi dua arah dengan anak. Ciptakan rasa nyaman dan aman. Pahami apa yang menjadi pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan anak,” katanya.
Lalu, ajari anak self management, dimulai dari mengatur diri sendiri dan mengatur waktu. Tak kalah penting, fasilitasi anak agar bisa belajar secara efektif dan efisien sehingga ia tidak menghabiskan waktunya secara berlebihan hanya untuk belajar. “Salah satunya, bisa menggunakan bantuan platform belajar yang memungkinkan anak bereksplorasi,” anjur Caesilia.
Sebagai platform pendidikan berbasis teknologi, Ellenduani Aprila, Head Of Marketing Communications Kelas Pintar mengatakan, pihaknya menghadirkan antarmuka baru yang didesain untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif, mudah, dan menyenangkan. Selain itu, ada sistem point rewards sebagai apresiasi atas setiap aktivitas yang dilakukan siswa, agar terpacu untuk mengeksplorasi potensinya.
“Ketika anak-anak dapat berhasil dalam studi mereka, maka orangtua dan guru akan membiarkan mereka menjelajahi kehidupan dengan bebas. Saat itulah dapat dikatakan bahwa mereka mencapai keseimbangan antara kehidupan belajar dan pribadi,” tutupnya.