

5 Prinsip Praktis Keamanan Pangan Keluarga

Setiap tahun, lebih dari 600 juta orang di dunia jatuh sakit akibat mengonsumsi makanan yang tidak aman. Dari jumlah tersebut, jutaan kasus berasal dari dapur rumah—bukan restoran, bukan pasar, tapi dari tempat yang seharusnya paling aman untuk keluarga: rumah kita sendiri. Keamanan pangan bukan isu besar yang jauh dari keseharian. Ia ada di sekitar rumah kita. Dampaknya tidak main-main. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa penyakit bawaan makanan menyebabkan kerugian ekonomi global hingga USD15 miliar per tahun. Namun, ancaman sebenarnya jauh lebih dekat dengan keseharian—anak yang mendadak demam, perut mual setelah makan, atau orang tua lansia yang perlu dirawat karena makanan yang tidak aman.
Sebagai restoran yang menjadikan keamanan pangan (food safety) sebagai fondasi operasionalnya, McDonald’s Indonesia percaya bahwa pengetahuan tentang cara menyimpan, mengolah, dan menyajikan makanan secara aman harus bisa diakses semua orang—dan dimulai dari rumah. Lalu, bagaimana kita bisa menerapkan prinsip yang sama di dapur rumah? Berikut 5 prinsip praktis keamanan pangan keluarga yang bisa Moms terapkan setiap hari:
- Bersih Adalah Awal dari Segalanya. Semua upaya menjaga keamanan pangan dimulai dari satu hal sederhana: kebersihan. Tangan yang kotor, tapas dapur yang lembab, atau buah yang tidak dicuci bersih seringkali menjadi ‘perangkap’ tersembunyi yang membawa bakteri masuk ke makanan. Langkah pertama dan paling mendasar adalah mencuci tangan dengan benar. Gunakan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik, terutama sebelum dan selama mengolah bahan makanan, setelah menyentuh sampah, setelah dari toilet, atau memegang hewan peliharaan. Sayur dan buah pun sebaiknya dicuci dengan air matang sebelum diolah atau dikonsumsi. Jangan lupa, tapas dan lap dapur juga perlu diperhatikan. Gantilah secara berkala, jemur hingga benar-benar kering, dan buang jika sudah berbau atau berjamur. Bahkan saat berbelanja, biasakan membersihkan tangan sebelum dan sesudah menyentuh bahan makanan, serta bersihkan gagang troli sebelum digunakan. Demi menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini, McDonald’s Indonesia mengajak ribuan siswa SD di Jakarta, Palembang, Bali, Samarinda, dan Makassar untuk belajar pentingnya mencuci tangan yang benar. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Food Safety Week di sepanjang Juni untuk memperingati Hari Keamanan Pangan Sedunia, Sebuah langkah kecil namun berdampak besar untuk melindungi generasi masa depan.
- Pisahkan yang Mentah dan yang Siap Santap. Kontaminasi silang melalui perpindahan bakteri dari bahan mentah ke makanan siap santap sering terjadi tanpa disadari. Talenan yang sama digunakan untuk memotong ayam mentah dan sayuran segar, atau wadah daging mentah diletakkan pada rak kulkas yang sama dengan kue siap makan. Solusinya? Simpan dan olah makanan mentah dengan matang secara terpisah, termasuk buah dan sayur. Gunakan talenan, pisau, dan wadah berbeda untuk daging mentah dan sayur-mayur. Kemudian, cuci bersih semua peralatan sebelum digunakan untuk jenis bahan yang berbeda. Di dalam kulkas, penting untuk menyusun bahan secara higienis. Simpan bahan mentah, seperti daging, ikan, unggas, atau seafood mentah di rak bawah dalam wadah khusus dan tertutup. Letakkan makanan siap saji di rak atas untuk menghindari tetesan cairan. Simpan bahan makanan dalam porsi kecil atau per porsi masak agar lebih praktis saat dimasak.
- Masak dengan Suhu yang Tepat. Masakan yang tampak matang belum tentu bebas dari bakteri. Meskipun banyak resep menyarankan bahan setengah matang, tetap disarankan memasak hingga matang sempurna, terutama untuk anak-anak, lansia, dan ibu hamil yang lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa tips penting: Masak bahan makanan maksimal 2 jam setelah dikeluarkan dari kulkas, untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Sajikan makanan matang dalam waktu 4 jam setelah dimasak agar tetap segar dan kualitasnya terjaga. Ingat bahwa makanan yang sudah matang juga mudah rusak di suhu ruang. Gunakan thermometer dapur jika perlu, terutama saat memasak daging atau ayam. McDonald’s Indonesia menerapkan standar ini secara ketat di dapur restoran hingga pengantaran makanan. Semua produk dikemas dalam wadah khusus yang higienis dan tertutup, demi menjaga kualitas dan memastikan keamanan makanan hingga ke tangan pelanggan.
- Simpan dengan Suhu yang Tepat. Bakteri penyebab penyakit berkembang cepat pada suhu antara 5°C hingga 60°C. Karena itu, menjaga suhu penyimpanan sangat penting agar makanan tidak cepat rusak. Pastikan menyimpan makanan dengan suhu tepat: kulkas di bawah 5°C dan makanan panas tetap di atas 60°C jika disimpan sebelum disajikan. Untuk bahan segar seperti sayur dan telur, cara penyimpanan yang tepat sangat penting untuk menjaga kesegarannya. Telur sebaiknya disimpan dalam karton aslinya dan ditempatkan di bagian tengah kulkas. Hindari menyimpan telur di rak pintu kulkas, karena suhu di bagian ini cenderung tidak stabil akibat sering dibuka-tutup. Hal penting lainnya, jangan mencuci telur sebelum disimpan. Kulit telur memiliki lapisan pelindung alami yang membantu mencegah masuknya bakteri. Cuci telur hanya saat akan digunakan agar perlindungan alaminya tetap terjaga.
- Gunakan Air dan Bahan Baku Aman. Bahan baku yang tercemar bisa membawa mikroorganisme dan bahan kimia berbahaya. Karena itu, penting memilih bahan yang berkualitas dan mengolahnya dengan cermat. Langkah cermat yang bisa dilakukan: Pilih bahan makanan yang masih segar, memiliki identitas, dan memiliki izin edar. Buah dan sayur sebaiknya dicuci bersih atau dikupas sebelum dikonsumsi untuk mengurangi risiko kontaminasi dari permukaan. Gunakan air bersih untuk mencuci bahan makanan dan peralatan. Periksa kondisi kemasan dan tanggal kedaluwarsa sebelum membeli.