

ASI Optimal, Anak Cerdas: Peran Penting Support System untuk Ibu Menyusui

Momentum 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah tonggak awal yang menentukan kualitas generasi penerus. Di dalamnya, Air Susu Ibu (ASI) memegang peran penting sebagai nutrisi sempurna yang tak tergantikan.
Namun, di tengah kesadaran yang semakin meningkat, masih banyak tantangan yang dihadapi para ibu dalam perjalanan menyusui.
Berkomitmen dalam mendukung tumbuh kembang anak dan membangun ekosistem dukungan bagi ibu menyusui, PT Bundamedik Tbk (BMHS) menyelenggarakan Bunda Parenting Convention pada Sabtu, 02 Agustus 2025 bertempat di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat.
Acara yang bertepatan dengan Hari Anak Nasional dan Pekan ASI Sedunia 2025 ini mengusung tema “Prioritise Breastfeeding: Creating Sustainable Support Systems”, menjadi forum advokasi dan edukasi vital yang mempertemukan para ibu, komunitas pendukung seperti ayah, pengelola daycare, hingga manajemen perkantoran dengan tenaga kesehatan profesional dari jaringan RS Bunda Group.
Selain menyajikan edukasi mendalam seputar pengasuhan dan kesehatan anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), convention ini juga menjadi momentum krusial untuk memperluas dampak positif penyediaan fasilitas menyusui, khususnya ruang laktasi, melalui edukasi dan pendampingan kepada manajemen perkantoran di sekitar jaringan RS mereka.
Ya, dukungan dari institusi, khususnya rumah sakit, sangat krusial dalam keberhasilan program ASI dan momentum 1000 HPK.
Agus Heru Darjono, President Director PT Bundamedik Tbk. berbagi pandangannya mengenai hal ini: "Saya saat ini bekerja di ekosistem yang menurut saya sangat optimal untuk mendukung ibu menyusui. Saya melihat sendiri bagaimana bedanya anak-anak yang benar-benar mendapatkan ASI dari orangtuanya dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI. Bunda adalah salah satu rumah sakit yang selalu kami gaungkan, patient first, profit will follow; employee first, profit will follow. Makanya kami punya tagline because family matters. Siapa itu family? Family bicara juga dokter yang bekerja di kami, pasien yang datang kepada kami, dan juga karyawan. Dari sisi demografi, 75% karyawan RS kami adalah perempuan, dan sudah selayaknya sebagai family kita juga memerhatikan. Ketika kita memberikan ruang khusus untuk laktasi, dalam waktu 2-3 minggu didukung oleh seluruh jajaran direksi, kami mengeluarkan sebuah surat keputusan untuk setiap unit rumah sakit atau unit usaha harus memiliki ruang laktasi. Inilah salah satu kontribusi kami, karena family matters bagi kami, dan perempuan ibu menyusui matters bagi kami."
Pernyataan ini menegaskan komitmen nyata perusahaan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu menyusui, baik bagi pasien, dokter, maupun karyawannya sendiri.
Dukungan menyeluruh bagi ibu menyusui dari keluarga, teman, lingkungan kerja, hingga tenaga kesehatan adalah kunci utama agar ibu dapat memberikan ASI secara optimal.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menunjukkan fakta memprihatinkan: lebih dari 60% ibu bekerja mengalami kesulitan mempertahankan pemberian ASI setelah kembali bekerja, terutama akibat minimnya ketersediaan ruang laktasi di tempat kerja.
Temuan Health Collaborative Center (HCC) bahkan mengindikasikan bahwa ibu bekerja yang tidak memiliki akses ruang laktasi, berisiko lebih tinggi memiliki anak dengan malnutrisi.
Hasil studi menunjukkan, ibu dengan akses ruang laktasi lebih mampu mempertahankan pemberian ASI eksklusif, anak dari ibu tanpa akses memiliki risiko empat kali lebih tinggi mengalami malnutrisi, dan sebanyak 88,3% ibu pengguna ruang laktasi melaporkan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan anak mereka.
Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Pendukung ASI
Infrastruktur dan kualitas pelayanan rumah sakit juga menjadi pilar penting dalam mendukung pemberian ASI. dr. Elizabeth M. H.Kes.- Chief of Medical, Nursing & Quality Officer PT Bundamedik Tbk menjelaskan bagaimana hal ini diwujudkan: "Peran dari kami di medical adalah bagaimana menjaga agar kualitas daripada pelayanan sendiri dapat terjaga, yaitu terhadap pelayanan terhadap pasien, maupun sarana-prasarana yang ada di rumah sakit itu pun juga harus terpenuhi, caranya adalah kami Rumah Sakit yang sudah terakreditasi. Ini adalah suatu bagian bagaimana kami juga menjaga bahwa fasilitas dan prasarana yang disiapkan ini adalah memenuhi persyaratan. Sehingga para pasien atau keluarga yang memang menggunakan sarana ruang laktasi, mungkin karyawan yang ingin menggunakan ruangan ini, dapat lebih aman dan sehingga nanti hasilnya optimal."
Keamanan dan kenyamanan ruang laktasi merupakan elemen kunci yang memastikan ibu dapat memerah ASI dengan tenang dan higienis. Ini mencakup ketersediaan tempat duduk yang nyaman, fasilitas cuci tangan, dan kulkas penyimpanan ASI dengan suhu yang terkontrol.
ASI: Nutrisi Ideal untuk Tumbuh Kembang Optimal
Nutrisi yang tepat adalah fondasi utama bagi tumbuh kembang anak. ASI telah terbukti sebagai nutrisi ideal yang memenuhi semua kebutuhan bayi. dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS – Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta (dr. Tiwi), memaparkan pentingnya ASI dari sudut pandang tumbuh kembang: "Secara dasar, ada dua kebutuhan yaitu nutrisi dan tumbuh kembang. Kalau kita dari aspek yang lain itu sering disebut asah, asih, dan asuh. Nah, pemberian asuh ini tentunya adalah nutrisi. Untuk seorang anak bisa bertumbuh dan bertumbuh kembang, karena saat ini yang kita inginkan tentunya kualitas generasi anak-anak kita di masa yang akan datang tidak kalah bersaing dengan negara lain. Jadi dari sejak hamil harus diperhatikan asupan nutrisinya. Sejak lahir, ibu harus dibekali pengetahuan yang benar yang cukup. ASI itu nutrisi yang ideal, sudah tidak ada yang membantah, tapi secara teknis banyak kendala pada saat pelaksanaan."
Kendala yang dimaksud bisa beragam, mulai dari masalah anatomi puting susu, produksi ASI yang tidak secepat harapan, hingga tantangan saat bayi sudah lebih besar. Oleh karena itu, pemantauan tumbuh kembang bayi secara rutin menjadi sangat penting.
Memantau Kecukupan ASI dan Transisi MPASI
Kualitas ASI memang terbaik, namun kecukupan ASI dapat bervariasi antar ibu dan bayi. Dr. dr. Klara Yuliarti, Sp.A, Subsp NPM - Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, menekankan pentingnya pemantauan: “Walaupun memang sudah memberikan ASI, tetap harus dipantau pertumbuhannya. Artinya setiap bulan seorang ibu itu harus tahu berapa dan saling bekerja sama dengan dokter untuk mengingatkan, oh bulan ini kenaikannya tidak baik, mari kita cari penyebabnya apa. Apakah penyebabnya karena teknik menyusui yang kurang tepat, menyusui yang terputus-putus, atau cara menyusui yang berpindah-pindah. Ada banyak sekali hal-hal yang bisa memengaruhi kecukupan ASI. Kualitas ASI itu sudah yang terbaik, tapi kalau kita bicara masalah kecukupan ASI, maka ini akan berbeda-beda antara setiap ibu dan bayi."
Setelah fase ASI eksklusif 6 bulan, bayi akan memasuki fase Makanan Pendamping ASI (MPASI). WHO menganjurkan ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih.
Dr. Klara menambahkan: "Pada saat MPASI kita harus ingat, ibu-ibu saat ini kalau kita lihat di kota besar, di daerah-daerah juga sudah banyak yang memiliki informasi yang baik. Kesadaran bahwa MPASI itu harus merupakan makanan yang lengkap mengandung semua zat gizi, ada protein, ada karbohidrat yang cukup, lemak juga harus cukup, mikronutrien, itu sudah banyak dimiliki oleh ibu-ibu di Indonesia. Hanya saja mungkin dalam pelaksanaannya ini yang masih harus dibimbing oleh tenaga kesehatan, karena pelaksanaannya tidak mudah. Banyak membaca itu boleh, tapi jangan lupa tetap konsultasi ke dokter karena masalah untuk setiap anak itu berbeda."
Persiapan Kehamilan dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan sangat memengaruhi kualitas nutrisi yang akan diterima bayi. Dr. dr. R. Aditya Kusuma, Sp.OG, Subsp. K.Fm., M.Sc. - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSIA Bunda Jakarta, menjelaskan pentingnya persiapan ini: "Pada dasarnya memang kita kalau berhadapan dengan wanita hamil, parameter kasarnya misalnya tinggi badan, berat badan ibu. Tapi pada dasarnya kita butuh tahu lebih dalam misalnya bagaimana profil kesehatannya, artinya bagaimana dalam darahnya misalnya kadar vitamin D, magnesium, selenium, dan lain sebagainya. Itu alangkah baiknya kalau kita sudah bisa tentukan dan artinya kalau misalnya zaman dulu ya pemberian universal misalnya di tingkat layanan primer mungkin sampai saat ini oh iya semuanya dikasih suplemen, semuanya dikasih kalsium. Tapi sekarang saat ini dengan kemajuan yang bisa dilakukan oleh beberapa laboratorium, termasuk diagnosa, kita sudah bisa melihat lebih jauh bagaimana kecukupan nutrisi dari seseorang. Jadi tidak cukup hanya melihat parameter kasar misalnya tinggi badan, berat badan. Dan kemudian kita juga perlu untuk membekali tingkat pengetahuan juga."
Kolaborasi antara dokter kandungan dan dokter anak menjadi kunci untuk memberikan edukasi yang komprehensif kepada calon ibu dan orangtua baru.
Menyusui: Perilaku Primitif dengan Segudang Manfaat
Menyusui adalah perilaku primitif yang telah ada sejak zaman dahulu dan terbukti secara ilmiah sebagai yang terbaik. Namun, pemahaman yang belum sepenuhnya mengenai proses produksinya masih menjadi tantangan.
dr. Tiwi menegaskan: "Menyusui itu perilaku primitif. Di buku-buku, Alkitab, Al-Quran, itu semua ada perilaku menyusui. Jadi dari zaman dulu itu sebetulnya itu satu perilaku yang primitif, satu dunia yang berubah. Tadi dokter Klara dalam presentasinya sudah menekankan, enggak bisa didebatkan lagi, ASI itu terbaik, tapi memang proses produksinya yang belum dipahami sepenuhnya, bukan hanya oleh masyarakat, tapi oleh rumah sakit atau tenaga kesehatan. Sehingga angka menyusui di Indonesia itu yang harusnya bisa kita optimalkan tinggi, apalagi dengan kondisi masyarakat kita yang tidak baik secara ekonomi, harusnya ini bisa menyelamatkan atau menyehatkan bayi. Kalau masih bagaimana ASI terproduksi dengan baik, maka saya berpikir di tempat kita bekerja itu harus kita beresin dulu."
dr. Tiwi juga menyoroti pentingnya proses menyusui itu sendiri, bukan hanya nutrisinya. Aspek asah, asih, dan asuh ada di dalam breastfeeding. Asuh adalah nutrisi, asih adalah kasih sayang yang terjalin saat menyusui, dan asah adalah stimulasi yang diterima bayi melalui suara, sentuhan, dan interaksi dengan ibu.
“Pemerintah menjamin hak Ibu menyusui melalui UU No. 4/2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Maka diperlukan langkah dan kolaborasi nyata untuk membangun sistem dukungan yang kuat dan berkelanjutan mulai dari kebijakan, layanan kesehatan, hingga dukungan di komunitas dan tempat kerja karena ini cara yang efektif untuk dapat menjadikan menyusui menjadi norma yang didukung dan dilestarikan secara global,” imbuhnya.
Kebutuhan dan Fasilitas Ruang Laktasi yang Aman dan Nyaman
Fasilitas ruang laktasi yang memadai di tempat kerja maupun umum sangat vital untuk mendukung ibu menyusui. dr. Elizabeth menambahkan tentang ruang laktasi di Rumah Sakit mereka: "Kalau ruang laktasi yang berlaku di Rumah Sakit kami ini pada prinsipnya adalah ruang laktasi yang aman dan nyaman. Jadi aman itu berarti meminimalkan risiko infeksi. Nyaman ini adalah aman untuk ibu karena tidak mudah kalau misalnya lingkungannya kurang memadai itu agak sulit biasanya. Jadi biasanya minimal harus ada tempat duduk yang nyaman seperti sofa dan sebagainya, yang kedua adalah tempat cuci tangan, nah ini yang paling penting. Kemudian juga dibantu oleh teman-teman dari cleaning service untuk pembersihannya dan semua itu kita training dan edukasi terlebih dahulu."
Sesi Edukasi dan Talkshow Interaktif
Parenting Convention ini menghadirkan para tenaga kesehatan multidisiplin seperti dokter spesialis anak, konsultan gizi anak, konsultan tumbuh kembang anak, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Subspesialis Fetomaternal), konselor laktasi, dan psikolog untuk membahas secara menyeluruh isu-isu penting di 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Rangkaian sesi edukasi dan talkshow interaktif mencakup:
Talkshow ASI dan 1000 Hari Pertama Kehidupan
- Dr. dr. Klara Yuliarti, Sp.A, Subsp. NPM - Dokter Spesialis Anak (Konsultan Gizi Anak)
- Dr. dr. R. Aditya Kusuma, Sp.OG, Subsp. K.Fm., M.Sc. - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Subspesialis Fetomaternal)
Talkshow – Memahami Sensori dan Karakter Anak
- Dr. dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K) - Dokter Subspesialis Rehabilitasi Medis Anak
- Jovita Adyarani Murhanjati, S.Psi., M.Psi., Psikolog - Psikolog Klinis Anak
Talkshow – MPASI dan Cegah Sulit Makan
- dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS – Dokter Spesialis Anak
- dr. Dimple Gobind Nagrani, Sp.A - Dokter Spesialis Anak
Talkshow – Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
- Prof. Rini Sekartini, Sp.A(k) – Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak
- dr. Natasya Ayu Andamari, Sp.A - Dokter Spesialis Anak
- dr. Dewi Kartika, Sp.A - Dokter Spesialis Anak
Talkshow & Workshop Ayah Jago Bonding
Sesi interaktif yang dibawakan oleh bidan dan konselor laktasi RS ini dirancang khusus bagi para ayah untuk mendukung pasangannya, terutama ibu menyusui.
Melalui inisiatif seperti Parenting Convention ini, mereka terus berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu dan anak, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan awal kehidupan terbaik dan tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas, serta berdaya.
Pemberian ASI eksklusif dan perhatian terhadap 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Dengan dukungan ekosistem yang solid, fasilitas yang memadai, informasi yang akurat dari para ahli, serta komitmen dari berbagai pihak, kita dapat bersama-sama menciptakan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan unggul.
Mari kita terus bergerak maju, karena family matters, dan masa depan ada di tangan kita.