

Bangun Komunitas Peduli Lansia untuk Dorong Semangat Mandiri, Sehat dan Produktif Sepanjang Usia

Pada 2025, Nestlé Boost Optimum kembali menegaskan komitmennya untuk peduli terhadap lansia dalam menjalani kehidupan yang lebih sehat dan aktif melalui program “Bakti Sepanjang Usia: Membangun Komunitas Peduli Lansia”. Program ini merupakan hasil kolaborasi lintas sektor dengan berbagai pihak, termasuk PP PERGEMI, puskesmas, serta komunitas lansia.
Komitmen dan kolaborasi yang dihadirkan melalui program ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah yang melihat pentingnya peran lintas sektor dalam mendukung kesejahteraan lansia di Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum, S.T., MIDS mengapresiasi komitmen Nestlé Boost Optimum yang secara konsisten menyelenggarakan program bagi lansia sejak 2022. Inisiatif melalui program “Bakti Sepanjang Usia: Membangun Komunitas Peduli Lansia” sejalan dengan upaya mendukung Strategi Nasional Kelanjutusiaan (Perpres No. 88 Tahun 2021).
“Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua yang ditandai dengan penduduk lansia melebihi 10 persen dari total penduduk. Tahun 2024, ada 21 provinsi yang persentase lansianya melebihi 10 persen dari total penduduk di provinsi tersebut. Pada tahun 2021, di saat angka harapan hidup meningkat menjadi 71,57 tahun, namun angka harapan hidup sehat hanya 60,7 tahun. Artinya, rata-rata lansia menjalani 11 tahun kehidupannya dalam kondisi sakit. Seiring bertambahnya usia, lansia menghadapi masalah kesehatan kronis dan penurunan fungsi fisik. Kondisi ini menurunkan kualitas hidup lansia, dan jika tidak diatasi, akan semakin meningkatkan beban keluarga dan sistem kesehatan nasional. Mengingat tantangan lansia meliputi aspek fisik, mental, dan sosial, termasuk risiko malnutrisi dan isolasi pendekatan lintas sektor melalui edukasi, penguatan komunitas, dan inovasi sangat diperlukan. Namun, keberhasilan ini hanya dapat dicapai melalui kerja sama antara pemerintah, keluarga, komunitas, dunia usaha, dan media, agar lansia Indonesia memiliki akses terhadap gizi, layanan kesehatan, aktivitas sosial, dan fasilitas publik yang inklusif sehingga mereka tetap aktif dan berdaya hingga akhir hayat.”
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 bahwa sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia adalah lanjut usia (lansia), dan diperkirakan angka ini akan meningkat dua kali lipat pada 2045. Melihat peningkatan ini, isu kesehatan lansia menjadi tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak guna memastikan kualitas hidup dan aktivitas yang optimal bagi para lansia.
Business Executive Officer Nestlé Health Science Erfin Suraida menjelaskan, “Setiap tahun, kami secara konsisten mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan berkelanjutan guna mendukung gaya hidup yang lebih sehat dan aktif. Namun, kami memahami bahwa aktivitas fisik saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan emosional lansia. Tahun ini, melalui program Bakti Sepanjang Usia, kami berfokus pada penciptaan ruang yang mendukung lansia agar tetap terhubung secara sosial, merasa dihargai, serta menjalani hari-hari mereka dengan semangat dan makna yang lebih dalam.”
Malnutrisi pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, penyakit, dan kondisi hidup. Bagi para lansia yang hidup sendiri cenderung mengalami malnutrisi akibat kurangnya dukungan keluarga untuk memastikan pemenuhan asupan gizi. Hal ini ditegaskan dari hasil survei yang dilakukan terhadap 1.000 lansia di Jakarta, Surabaya, dan Medan, setengah dari lansia, yaitu 5 dari 10, mengharapkan untuk bertemu dengan keluarga setidaknya seminggu sekali. Namun, kenyataannya, hanya 40 persen dari harapan tersebut yang terpenuhi, dan kunjungan tersebut umumnya hanya terjadi saat hari raya atau liburan panjang. Temuan ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam dukungan sosial yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka. Oleh karena itu, peranan keluarga dan komunitas sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan memerangi isu malnutrisi lansia.
Keluarga dan komunitas berperan penting dalam memberikan dukungan mental supaya lansia tetap sehat dan produktif. “Tahun ini, kami menargetkan 4.000 lansia di daerah Jabodetabek, Medan, dan Surabaya dalam program Bakti Sepanjang Usia untuk menginspirasi mereka agar terus semangat menjalani hidup yang sehat dan produktif. Program ini menghadirkan berbagai kegiatan aktif dan inklusif, seperti senam pagi serta health talk show inspiratif bersama para ahli. Melalui interaksi sosial dan kebersamaan dengan keluarga maupun komunitas, kami berharap dapat memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan lansia secara holistik.” tambah Erfin Suraida.
Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PP PERGEMI). Pembina PP PERGEMI Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM menjelaskan, “Meningkatnya populasi lansia membawa tantangan kompleks, mulai dari penyakit kronis, malnutrisi, penurunan fungsi fisik dan kognitif, hingga masalah kesepian, sehingga diperlukan pendekatan multidisiplin dan multisektor yang melibatkan edukasi masyarakat, penguatan komunitas, serta intervensi berbasis keluarga. Aktivitas fisik teratur, dukungan gizi, serta pendampingan psikososial sangat penting untuk memperpanjang masa produktif lansia dan mencegah ketergantungan. Panjang usia saja tidak cukup, sehingga yang perlu diperjuangkan adalah lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan berkualitas. Program ini menjadi contoh baik sinergi antara pemerintah, swasta, komunitas, dan tenaga kesehatan untuk menciptakan lingkungan yang peduli lansia serta meningkatkan akses informasi dan jejaring yang mendukung kualitas hidup mereka secara menyeluruh.”