

Beser atau Inkontinensia Urine Bukan Hal Memalukan bagi Lansia! Begini Cara agar Tetap Nyaman dan Produktif

Menua itu pasti, setiap orang pasti akan menuju ke sana. Sama halnya dengan orang tua Moms dan Dads saat ini. Apakah mereka sudah beranjak atau bahkan berada di usia senja? Tanda-tanda seperti sering lupa-lupa ingat akan sesuatu hal, lebih cepat lelah dari biasanya, persendian sering sakit, atau susah mengontrol BAK (buang air kecil) dalam kehidupan sehari-hari? Ya, usia lanjut memang membawa banyak perubahan pada tubuh: otot melemah, metabolisme melambat, dan fungsi organ menurun. Namun di balik itu semua, mereka tetap bisa aktif, sehat, dan bahagia jika tahu cara menyesuaikan diri dengan kebutuhan tubuhnya yang baru.
Salah satu hal yang sering dihadapi lansia namun jarang dibicarakan adalah beser atau dalam istilah medis: inkontinensia urine, yakni kesulitan menahan buang air kecil. Kondisi ini menyebabkan urine “bocor” sewaktu-waktu atau ngompol, seringkali saat bersin, batuk, atau mengangkat beban.
Data yang dihimpun dari penelitian Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA) pada 2020 mencatat, sebanyak 11,6% dari 585 responden mengalami beser atau inkontinensia urine. Ini artinya, 1 dari 10 orang menghadapi tantangan dalam mengontrol fungsi kemih yang berpengaruh terhadap kualitas hidup dan menambah beban pengobatan di masyarakat.
Masalah beser atau inkontinensia urine ini umum terjadi karena melemahnya otot panggul dan kandung kemih akibat proses penuaan, namun banyak lansia yang memilih menahannya karena malu atau takut dianggap tidak mandiri.
Padahal menurut Spesialis Kesehatan Lansia, dr. Ika Fitriana, Sp.PD-KGer, inkontinensia merupakan kondisi medis yang umum dialami lansia. Ia mengungkapkan bahwa berdasarkan survei di seluruh dunia, sekitar 26-30 persen lansia pernah mengeluh mengompol, tapi mereka malu untuk mengakuinya.
“Inkontinensia sering tidak dibicarakan karena dianggap memalukan. Padahal, itu tidak perlu malu. Ngompol bisa menjadi bagian dari proses penuaan yang sebenarnya bisa dicegah. Dengan manajemen yang tepat, termasuk penggunaan popok celana dewasa yang sesuai, lansia tetap bisa aktif bergerak dan produktif. Aktivitas fisik yang terjaga akan membantu mencegah penyakit lain serta meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan lansia di usia emasnya,” jelas dr. Ika saat ditemui pada acara peluncuran popok dewasa Happily di Plaza Sudirman Pintu 6 Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta (12/10).
Ya, sering menahan buang air kecil dalam jangka panjang justru berisiko terhadap kesehatan, seperti meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, batu kandung kemih, bahkan gangguan ginjal. “Pada lansia, risiko ini lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh menurun dan kemampuan tubuh melawan bakteri tidak sekuat dulu,” jelas dr. Ika.
Kesadaran itu pula yang membuat Debby Sahertian (62), aktris senior yang juga dikenal sebagai komedian, untuk tak sungkan memakai popok dewasa di momen-momen tertentu. “Aku dulu sering kesulitan cari toilet waktu syuting di tempat terpencil. Kadang juga pas macet di Jakarta berjam-jam. Awalnya malu mikir untuk pakai popok, takut dibilang udah tua,” ceritanya sambil tersenyum. “Tapi lama-lama aku sadar, kesehatan tubuh kita lebih penting. Nahan pipis terus-terusan itu nggak sehat. Akhirnya aku ubah mindset-ku: pakai popok itu buat kenyamanan dan kesehatan,” urainya. Wanita berambut pendek ini mengaku menggunakan popok dewasa di momen tertentu sejak menginjak usia 60 tahun.
Menurut ia, yang terpenting adalah menerima kondisi tubuh dengan lapang dada dan mencari solusi yang membuat hidup tetap nyaman. “Sekarang aku malah bilang ke teman-teman, ‘Say, kalau gue pakai popok karena gue mau nyaman, nggak mau ribet.’ Kita jadi nggak nyusahin orang lain juga kan? Jadi, ke mana-mana aku pakai popok yang yang ekstra serap, ekstra kering dan ekstra tipis seperti jalan pagi bareng teman, ikut arisan, bahkan ibadah pun nggak takut bocor, meskipun macet di jalan tetap nyaman dan percaya diri,” katanya.
Debby menekankan, “Pokoknya, golden age itu bukan waktunya minder, tapi waktunya tetap berkarya, aktif, and happy!”
Hal ini diamini oleh dr. Ika. Selain mengelola kondisi kesehatan, dr. Ika juga mengingatkan pentingnya gaya hidup aktif. “Olahraga ringan seperti jalan kaki, peregangan pagi, atau senam lansia bisa menjaga fungsi otot, melancarkan peredaran darah, dan membantu keseimbangan tubuh. Dengan begitu, risiko jatuh dan cedera pun berkurang,” tambahnya.
Debby sendiri punya rutinitas sederhana yang konsisten agar tetap sehat dan produktif di usianya saat ini. “Aku jalan tiap hari, bisa 5 sampai 10 kilometer tergantung waktu luang. Jalan itu aman buatku dan bikin tubuh tetap fit. Makan juga aku jaga, makan apa yang aku suka tapi secukupnya. Jangan keterlaluan, karena semua yang berlebihan pasti nggak baik,” ungkapnya.
Bagi Debby, kunci bahagia di usia lanjut adalah menjaga tubuh dan jiwa tetap seimbang. “Tubuh kita pasti menua, tapi jiwa bisa tetap muda. Lakukan hal-hal yang dulu belum sempat. Coba hal baru, berbagi sama teman-teman, ngobrol, tertawa. Itu bikin hidup lebih ringan dan bahagia,” ujarnya.
Meskipun umum dialami oleh lansia, inkontinensia urine apakah juga bisa dialami oleh dewasa muda? “Bisa, misalnya pernah operasi di daerah panggul, atau setelah persalinan yang sulit. Bisa juga karena infeksi saluran kemih,” urai dr. Ika yang berpraktik di RS Hermina Bekasi.
Untuk mencegah terjadinya inkontinensia urine di usia lansia, dr. Ika memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan sejak usia muda. “Lakukan aktivitas fisik rutin sejak muda. Lalu, latihan kegel untuk perempuan, terutama yang sudah melahirkan berulang kali. Latihan ini memperkuat otot panggul dan dilakukan 4-5 kali sehari, ditahan sekitar 5 detik setiap kali. Lalu, jangan lupakan gizi, biasanya orang yang gampang ngompol di usia lanjut adalah yang ototnya lemah. Jadi, asupan protein harus cukup,” katanya.
Tak lupa ia berpesan, bagi orang dewasa yang ternyata susah menahan buang air kecil sehingga sering mengompol, untuk tidak diam saat itu terjadi. “Segera konsultasikan ke dokter. Karena bila tahap awal, mungkin hanya karena kondisi akut seperti infeksi yang bisa diobati!” ujarnya.