Bikin Kagum, 3 Pelajar Indonesia Tembus Empat Besar Dunia dalam Kompetisi Robot Bergengsi Internasional di Jepang

Novita Sari - Selasa, 14 Oktober 2025
Tim Bayu Sakti terdiri dari tiga pelajar SMA, yakni Ksatria Wibawa Putra Murti (16 tahun), Owen Tay Jia Hao (16 tahun) dari ACS Jakarta, dan Arga Wibawa (18 tahun) dari SMA Al Irysad yang baru lulus kelas 12. Foto: Ist
Tim Bayu Sakti terdiri dari tiga pelajar SMA, yakni Ksatria Wibawa Putra Murti (16 tahun), Owen Tay Jia Hao (16 tahun) dari ACS Jakarta, dan Arga Wibawa (18 tahun) dari SMA Al Irysad yang baru lulus kelas 12. Foto: Ist
A A A

Tiga pelajar SMA asal Indonesia yang tergabung dalam Tim Bayu Sakti berhasil menorehkan prestasi membanggakan di ajang World Robot Summit (WRS) pada Minggu (12/10) di Fukushima, Jepang.

Sebagai satu-satunya wakil Indonesia dan tim termuda di WRS 2025, Tim Bayu Sakti sukses menembus empat besar dunia dalam kompetisi robot untuk kategori Disaster Robotics Drone. 

Ajang bergengsi ini diselenggarakan oleh Fukushima Institute for Research, Education and Inovation (FREI) bersama Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang dan diikuti ahli robotika dari berbagai negara pada tanggal 10-12 Oktober 2025.

Tim Bayu Sakti terdiri dari tiga pelajar SMA, yakni Ksatria Wibawa Putra Murti (16 tahun), Owen Tay Jia Hao (16 tahun) dari ACS Jakarta, dan Arga Wibawa (18 tahun) dari SMA Al Irysad yang baru lulus kelas 12. 

Mereka bertanding dalam kategori Robot Tantangan Bencana Alam (Disaster Challenge), tepatnya Standard Disaster Robotics Drone Challenge, yang menguji kemampuan otonomi, pemetaan, dan manuver drone dalam simulasi bencana.

“Ini melampaui ekspektasi kami. Target kami adalah lolos masuk ke WRS dengan membawa nama baik Indonesia. Nyatanya kami bisa lolos hingga final dan bahkan urutan 4 teratas,” kata Ksatria sebagai Ketua Tim Bayu Sakti. “Kami mengalahkan tim-tim lainnya yang beranggotakan mahasiswa atau peneliti, dengan peralatan dan pengalaman yang lebih banyak,” kata Owen. “Sebagai tim paling muda, hasil Bayu Sakti membuktikan bahwa SDM Indonesia bisa bersaing ketat dengan SDM negara-negara maju,” sambung Arga.

Dalam kompetisi ini, tim Bayu Sakti menampilkan drone Rajawali, sebuah drone bertenaga kecerdasan buatan (autonomous AI-powered disaster response unmanned aerial vehicle), yang mampu melakukan pemetaan area bencana, bergerak secara mandiri (autonomous), dan mampu mendeteksi beberapa indikator yang muncul saat bencana seperti retakan, label hazard, karat, dan serangkaian tantangan lainnya. 

Tim Bayu Sakti menampilkan drone Rajawali, sebuah drone bertenaga kecerdasan buatan. Foto: Ist
Tim Bayu Sakti menampilkan drone Rajawali, sebuah drone bertenaga kecerdasan buatan. Foto: Ist

Drone Rajawali dikembangkan selama 6 bulan spesifik untuk bersaing di kompetisi Disaster Robotics Drone Challenge WRS 2025.

Lebih lanjut Ksatria mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negera rawan bencana. “Kami mau mengembangkan solusi nyata untuk menjawab permasalahan ini. Karena ditandingkan dengan solusi negara lain, ini menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia bisa mengembangkan teknologi ini secara berkualitas dan mandiri,” ujar Ksatria.

Sementara Owen menambahkan ini baru tahap awal dan berharap bisa terus mengembangkannya sehingga Indonesia punya kemandirian teknologi di bidang penanggulangan bencana.

WRS merupakan kompetisi dan pameran robotika internasional bergengsi yang dirancang mempercepat, riset, inovasi dan implementasi sistem robotika di dunia nyata. 

Tidak semua tim bisa otomatis berpartisipasi dalam WRS 2025. Untuk berpartisipasi dalam WRS 2025, tim Bayu Sakti harus lolos dari kualifikasi desain robot WRS yang sulit. 

WRS terdiri dari berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan dengan tujuan menciptakan inovasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Puncak acara WRS adalah kompetisi robot di mana tim dari berbagai negara datang untuk menyelesaikan tantangan dengan menggunakan robot dengan teknologi paling mutakhir.

Latest Update
Explore more fun