

Dorong Keberlanjutan dari Hulu ke Hilir: Operasional Bisnis, Pembiayaan Hijau, hingga Ekonomi dan Fesyen Sirkular

Tunjukkan keberlanjutan bukan sekadar program tambahan, melainkan bagian dari strategi inti perusahaan yang menyentuh berbagai rantai nilai bisnis dan sosial, OCBC menjalankan strategi keberlanjutan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, mulai dari operasional bisnis, penyaluran solusi pembiayaan berkelanjutan, hingga program CSR yang terintegrasi dengan prinsip ekonomi dan fesyen sirkular.
Secara konkret, mereka telah mengimplementasikan ketiga pilar keberlanjutan terdiri dari lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) guna mendukung pencapaian target Net Zero pada tahun 2050.
Dari sisi operasional, OCBC Space yang berlokasi di BSD sebagai salah satu kantor utama, telah mendapatkan sertifikat bangunan hijau level 2 dari IFC EDGE: Advanced (Zero Carbon Ready) berkat penerapan teknologi efisiensi energi dan sistem pengelolaan air yang berkelanjutan.
Selain itu, mereka juga menjadi bank pertama di Indonesia yang mendorong penggunaan energi terbarukan melalui pembelian Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN, serta mengimbangi emisi tidak terhindarkan melalui pembelian karbon kredit dari Bursa Karbon Indonesia.
Heriyanto, Direktur OCBC mengungkapkan, “Bagi kami, keberlanjutan bukan hanya tanggung jawab moral, tapi merupakan fondasi penting dalam membangun ketahanan bisnis jangka panjang. Dari efisiensi operasional gedung hingga skema pembiayaan, semua dirancang untuk mendorong transformasi menuju praktik yang lebih bertanggung jawab.”
Di bidang pembiayaan, mereka telah menerapkan prinsip responsible financing, termasuk integrasi risiko LST ke dalam proses penilaian debitur di segmen business banking.
Per 31 Desember 2024, mereka telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan senilai Rp37,85 triliun, tumbuh sebesar 17% year-on-year (YoY), dan 42% diantaranya didistribusikan melalui inisiaitif Green Financing dan Sustainability-linked Loan (SLL) yang ditawarkan Bank.
Lewat skema pembiayaan SLL, mereka membuka peluang pembiayaan berkelanjutan bagi seluruh sektor industri, tidak hanya spesifik pada sektor tertentu, selama debitur memiliki Key Performance Indicator (KPI) keberlanjutan yang ambisius dan relevan.
Hingga saat ini, mereka telah menyalurkan SLL untuk berbagai sektor diantaranya sektor kelapa sawit, forestry, chemical manufacturing, real estate; termasuk juga SLL dengan KPI yang menyasar dampak sosial.
Terlepas dari SLL, mereka juga menyalurkan pembiayaan hijau untuk berbagai sektor termasuk untuk membiayai energi terbarukan, pengelolaan Sumber Daya Alam berkelanjutan, pengelolaan limbah, serta bangunan hijau (green building) dan green mortgage, dan lain-lain.
Mereka juga merupakan bank pertama di Indonesia yang menerbitkan Green and Gender Bond dengan fasilitas maksimum sebesar Rp2,75 triliun.
Upaya keberlanjutan juga diwujudkan melalui berbagai program sosial yang berdampak langsung pada masyarakat dan lingkungan.
Sepanjang 2024–2025, mereka berkolaborasi dengan Group, menargetkan penanaman lebih dari 21.000 bibit mangrove di sejumlah wilayah pesisir strategis, seperti Bangka Belitung, pesisir utara Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Program ini melibatkan karyawan dan didukung oleh dana yang dihasilkan dari program pengelolaan limbah berbasis circular economy.
Dorong Circular Fashion dan UMKM Lokal
Mengukuhkan komitmennya dalam membangun masa depan berkelanjutan, mereka mengimplementasikan inisiatif circular fashion yang memadukan inovasi lingkungan, pemberdayaan UMKM, dan kesadaran gaya hidup berkelanjutan.
Melalui kolaborasi bersama desainer mode berkelanjutan Adrie Basuki serta mitra sosial seperti Precious One (bagian dari Yayasan Karya Insan Sejahtera yang berfokus pada pemberdayaan), Rappo, dan XS Project, mengubah seragam batik bekas pakai karyawan menjadi koleksi fesyen bernilai guna.
“Circular fashion adalah contoh bagaimana pendekatan kreatif bisa membawa dampak nyata dan inklusif. Kolaborasi ini menjadi cara kami menghubungkan komunitas kreatif termasuk UMKM dan isu lingkungan ke dalam satu gerakan yang inspiratif dan berkelanjutan. Selain menciptakan dampak sosial, kami juga memperluas makna sustainability ke dalam gaya hidup,” ungkap Aleta Hanafi, Brand & Communications Division Head OCBC.
Koleksi kolaborasi dengan Adrie Basuki dan UMKM menampilkan desain kontemporer yang menggunakan bahan daur ulang dari seragam batik bank ini.
Kain bekas diolah menjadi aksesori dan busana dengan pendekatan mode ramah lingkungan seperti tote bag, laptop sleeve, notebook, vest, cable hugger, pouch, key cover, bandana, dan pencil topper.
Kolaborasi ini juga menjadi ruang pertumbuhan bagi UMKM binaan mereka dalam bidang kreatif, tekstil, dan daur ulang.
Program ini bukan sekadar pengelolaan limbah tekstil, melainkan bagian dari strategi keberlanjutan menyeluruh perusahaan.
Produk-produk hasil daur ulang dijual melalui Gerobak CSR, dan seluruh hasilnya digunakan untuk penanaman mangrove di berbagai wilayah Indonesia, dari pesisir Bangka Belitung hingga Sulawesi Selatan.
“Sebagai bagian dari komitmen pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, kami menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan seragam batik baru yang dibuat dari bahan 90% poliester daur ulang. Material ini berasal dari limbah botol plastik PET yang diolah kembali menjadi serat tekstil, kemudian dikembangkan menjadi batik bercorak modern yang merepresentasikan semangat keberlanjutan,“ tutup Aleta.