Haruskah Kakak Selalu Mengalah pada Adik?
Bagi Moms yang memiliki dua orang anak atau lebih, pasti pernah atau bahkan sering melihat mereka bertengkar. Terkadang, tanpa melihat duduk persoalannya, banyak orangtua yang langsung meminta sang kakak untuk mengalah pada adiknya. “Kakak kan lebih besar, mengalah dong sama Adik. Udah, mainannya dikasih Adik dulu...” Duh, benarkah solusi yang diambil ini?
Tak bisa ditolak, Indonesia lekat dengan budaya ketimuran. Kerap dipandang sosok kakak seharusnya mengayomi dan memberi contoh pada yang lebih kecil. Padahal, yang seharusnya menjadi sumber keteladanan adalah orangtua sendiri. Yakni, bagaimana orangtua bersikap adil selama mengasuh anak-anaknya.
Nah, agar orangtua bisa bersikap adil, ada beberapa rambu yang perlu diperhatikan. Apa saja?
1. Sadari Anak Punya Hak Sama
Kakak sudah seharusnya mengalah pada adik, ups, pola pemikiran seperti ini sangat keliru. Sebab, setiap anak tanpa terkecuali, entah itu posisinya sebagai anak pertama, kedua, atau ketiga, memiliki hak serta tanggung jawab yang sama dalam keluarga dan masyarakat.
2. Berlaku Sportif
Sebaiknya orangtua menerapkan aturan yang sama untuk semua anggota keluarga, misalnya, terkait dengan mainan atau bermain bersama. Aturan yang telah disepakati ini, harus dijalankan bersama. Sehingga, jika adik kalah dalam bermain, maka orangtua harus sportif. Bukan sebaliknya, meminta kakak untuk sengaja mengalahkan dirinya agar adik merasa senang. Atau, ketika kakak sedang asyik bermain dengan mainannya, lalu adik menangis karena menginginkan mainan kakak, orangtua jangan serta merta meminta kakak untuk segera memberikan mainannya agar adik diam. Sebab, kondisi seperti ini nantinya malah akan menimbulkan perasaan kebencian yang mendalam dari kakak kepada adiknya.
3. Ajar Anak Bernegosiasi
Untuk itu, Moms dapat mengajarkan anak cara bernegosiasi seperti bertukar mainan atau bermain bersama. Bantu kakak dan adik untuk menciptakan permainan bersama yang menyenangkan. Beberapa mainan dapat dimainkan bergiliran berdasarkan waktu. Moms dapat menggunakan timer sehingga anak tidak merasa diperlakukan tidak adil. Ajaklah anak untuk berkomunikasi dalam melakukan ini.
Hindari sikap yang menunjukkan kekerasan, seperti memarahi, merebut mainan, dan sebagainya. Hal itu dapat membuat anak semakin tidak mau berbagi. Buatlah situasi yang menyenangkan dan tunjukkan kesabaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut.
Kapan Kakak Mengalah?
Lantas kalau begitu, apakah kakak tidak boleh mengalah? Sekali-kali, tentu boleh. Umumnya, kakak diminta untuk mengalah apabila ada situasi yang sekiranya membahayakan. Misalnya, ketika adik kecil harus mandi, tetapi kakak meminta ibu untuk menemaninya belajar. Nah, membiarkan adik kecil yang belum mandiri untuk mandi sendiri tentu akan berbahaya, sehingga ibu bisa memberikan penjelasan pada kakak untuk menunggu ibu selesai memandikan adik. Misalnya, dengan mengatakan, “Kak, sabar, ya? Tunggu Ibu selesai memandikan Adik. Setelah itu, Ibu akan menemani Kakak belajar.”
Perhatikan Skala Prioritas
Jadi, penting untuk diperhatikan skala prioritasnya, mana yang lebih penting, mana yang lebih membutuhkan. Sebenarnya, mengajarkan kakak untuk mengalah ada sisi positifnya, seperti mengajarkan kakak untuk perhatian dan sayang pada adik. Saat meminta kakak atau adik untuk mengalah, katakan padanya bahwa hal tersebut bukan salahnya sehingga ia harus mengalah, tetapi karena memang sangat perlu dilakukan.
Tak lupa, berikan apresiasi ketika kakak atau adik mau mengalah. Katakan padanya bahwa ia telah melakukan sesuatu karena menyayangi saudaranya. Hindari memberikan komentar negatif atau ancaman agar kakak atau adik mau mengalah.
Bukan Selalu, Atau Terus Menerus
Namun, perlu diingat, segala sesuatu yang berlebihan tentu akan berdampak buruk. Membiarkan kakak selalu mengalah terus menerus, akan berdampak buruk. Selain menyimpan kemarahan, kekesalan, dan kesedihan, sikap orangtua yang selalu meminta kakak untuk mengalah, juga bisa menimbulkan kebencian kakak pada adik dan juga pada orangtuanya. Selain itu, kakak yang selalu mengalah pada adik, cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki rasa percaya diri dan sikap optimisme. Ia juga akan diliputi perasaan sikap ragu dan takut mengecewakan orang lain. Akibatnya, produktivitasnya sehari-hari menjadi kurang maksimal.
Nah, Moms dan Dads, yuk perlakukan tiap anak dengan cara yang sama. Setiap kali anak bertengkar, orangtua tidak berpihak, melainkan memberi solusi dan menjadi penengah sehingga setiap anak tumbuh dengan sempurna dan saling mengasihi hingga mereka dewasa.