Ibu Hamil dengan Anemia Dapat Pengaruhi Kecerdasan Anak!
Anemia adalah kondisi medis yang terjadi ketika jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia berbeda dengan darah rendah yang merupakan kondisi ketika tekanan darah seseorang di bawah standar. Anemia bisa dialami oleh siapa saja, tetapi lebih rentan terjadi pada wanita, terutama ibu hamil.
Anemia kerap dianggap sepele, nyatanya anemia pada ibu hamil menjadi salah satu kehamilan berisiko tinggi karena memiliki dampak yang cukup besar. Menurut dr. Better Versi Paniroi, Sp. O.G, Subsp. K.Fm. dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal RS Pondok Indah – Puri Indah, anemia selama kehamilan mempunyai dampak yang cukup besar, tidak hanya ibu hamil, juga janin yang dikandungnya.
Dalam masa 9 bulan mengandung, kondisi ibu sangat memengaruhi masa depan janinnya. “Ibu hamil dengan anemia dapat menghambat pertumbuhan janin karena plasenta tidak bisa terbentuk dengan baik akibat kekurangan nutrisi. Tak hanya itu, bayi yang lahir dalam kondisi anemia bisa mempengaruhi kecerdasan anak. Otak janin 90 persen dibentuk dalam kandungan. Kalau mau punya anak pintar, cerdas, dan sehat, harus dimulai dari dalam kandungan,” jelas dokter Better.
Maka dari itu, mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil dan mengintervensinya selama kehamilan menjadi sangat penting. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) setiap hari, sejak sebelum kehamilan hingga setelah melahirkan. Konsumsi TTD secara rutin dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat dan meningkatkan simpanan zat besi dalam tubuh.
Tetapi, jika anemia yang diderita tergolong cukup berat, ibu hamil memerlukan obat lainnya. Dengan demikian, ada baiknya agar ibu hamil senantiasa memeriksakan kondisinya pada dokter guna mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat dan sedini mungkin.
Anemia sendiri merupakan kondisi yang cukup umum terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan masalah anemia pada ibu hamil mencapai 37,1 persen. Dan pada Riskesdas 2018 naik menjadi 48.9 persen. Dan, kemungkinan angka tersebut setiap tahunnya akan naik lagi.
Dilansir dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), anemia sendiri adalah kondisi tubuh di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Seseorang dikatakan mengalami anemia apabila kadar Hb dalam darahnya kurang dari 11 g/dl. Hemoglobin merupakan komponen dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh. Sementara oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh supaya dapat berfungsi semestinya. Apabila tubuh kekurangan oksigen, maka dapat menimbulkan berbagai gejala tertentu, seperti kurang berkonsentrasi, kurang bugar dalam beraktivitas, mudah lelah, dan lainnya.