ads

Kisah Sukses Jutaan Ibu: Berani Berusaha, Maju Bersama Digitalisasi

Novita Sari - Selasa, 26 Agustus 2025
Sukses salurkan lebih dari Rp35 triliun modal usaha kepada 3,3 juta UMKM perempuan di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali Nusra. Foto: Novi
Sukses salurkan lebih dari Rp35 triliun modal usaha kepada 3,3 juta UMKM perempuan di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali Nusra. Foto: Novi
A A A

“Bisnis pakaian batik saya tadinya kurang berkembang bahkan sampai minus. Tapi setelah dibantu oleh Amartha, usaha saya kini jadi semakin berkembang,” ujar seorang perempuan pemilik usaha UMKM di perdesaan.

Terbukti sukses dengan menyalurkan lebih dari Rp35 triliun modal usaha kepada 3,3 juta UMKM perempuan di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Bali Nusra, tepat di usia ke-15 tahun, perusahaan yang telah lama dikenal sebagai penggerak ekonomi akar rumput (komunitas lokal) ini, memasuki babak baru.

Setelah mendapatkan izin uang elektronik dari Bank Indonesia, mereka secara resmi bertransformasi menjadi PT Amartha Financial Group. Momen penting ini menandai hadirnya layanan keuangan digital yang lebih lengkap dan terintegrasi, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lebih dari 50.000 desa di seluruh Indonesia.

Pencapaian tersebut membuktikan bahwa teknologi yang tepat guna, mampu menjadi motor penggerak ekonomi perdesaan.

Layanan Digital yang Lebih Lengkap

Dalam acara peluncuran yang digelar di Gedung Habitate, Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2025, Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha, menyampaikan bahwa potensi ekonomi di daerah masih sangat besar namun belum tergarap optimal. "Kami kini menghadirkan layanan keuangan digital yang lebih lengkap, yang khusus dirancang untuk kebutuhan masyarakat perdesaan guna mendorong inklusi keuangan serta memicu pertumbuhan ekonomi daerah," ujarnya.

Semua layanan ini dapat diakses melalui aplikasi AmarthaFin, sebuah platform terpadu yang mempermudah pengguna untuk melakukan berbagai transaksi keuangan, mulai dari pembayaran, investasi, hingga akses permodalan.

Layanan yang ditawarkan mencakup:

  • Pendanaan produktif untuk UMKM.
  • Layanan uang elektronik atau dompet digital.
  • Layanan multifinance untuk UMKM.

Selain itu, aplikasi ini juga memfasilitasi berbagai fitur tambahan seperti penyaluran zakat, keagenan, dan PPOB (Payment Point Online Bank), melalui kolaborasi dengan mitra strategis. Fitur unggulan lainnya adalah jembatan bagi para investor untuk mendanai UMKM di daerah dengan imbal hasil yang menarik, menghubungkan pengusaha mikro di perdesaan dengan investor nasional maupun global.

Tata Kelola dan Inovasi sebagai Kunci

Rudiantara, Komisaris Utama Amartha Financial, menekankan bahwa inovasi yang dikembangkan oleh perusahaan, menjadi salah satu kunci percepatan inklusi keuangan di daerah. "Kami membuktikan bahwa pertumbuhan bisnis yang sustainable dapat ditempuh dengan integritas, sekaligus memberi manfaat nyata bagi masyarakat," ungkapnya.

Pandangan ini didukung oleh Anastuty K., Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau Bank Indonesia, yang menegaskan komitmen BI untuk terus mendukung upaya inklusi keuangan, terutama bagi kelompok strategis seperti perempuan.

Senada dengan itu, Nailul Huda, pakar ekonomi digital sekaligus Direktur Ekonomi Digital CELIOS, menyoroti data OJK yang menunjukkan rendahnya tingkat inklusi keuangan di perdesaan. "Transformasi yang dilakukan ini bisa mendorong inklusi keuangan di daerah, terutama di akar rumput, sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah bisa didorong secara signifikan," jelasnya.

Dengan transformasi ini, perusahaan tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis, tetapi juga pada misi sosial untuk memajukan segmen masyarakat akar rumput secara inklusif dan berkelanjutan.

Ke depan, mereka berharap teknologinya dapat terus membuka peluang bagi jutaan masyarakat desa untuk terhubung dengan ekonomi digital modern, merealisasikan potensi mereka, dan berkontribusi lebih besar terhadap kemajuan bangsa.

Kisah Penggerak Ekonomi Akar Rumput

Ya, di tengah riuh rendah berita pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda banyak perusahaan, mereka justru menunjukkan arah sebaliknya. Sebagai perusahaan teknologi finansial (fintech) yang berfokus pada pemberdayaan perempuan di pedesaan, mereka tidak hanya berhasil bertahan, tetapi juga terus tumbuh dan memberikan dampak nyata.

Sejak awal berdiri, mereka telah menjangkau jutaan mitra. Mereka juga telah membuka 150 ribu lebih lapangan pekerjaan informal.

Namun, kontribusi tak berhenti di situ. Sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa 77% dari jutaan mitra sejak awal berdirinya, mengalami peningkatan kemampuan ekonomi. Riset-riset sosial ini menjadi kunci, sebab perusahaan didukung oleh banyak impact fund—investor yang lebih peduli pada dampak sosial ketimbang sekadar keuntungan finansial.

Membuka Lapangan Kerja di Era Teknologi

Di saat banyak startup teknologi lain fokus pada efisiensi dengan jumlah karyawan minimal, mereka justru melakukan hal yang berbeda. Perusahaan ini telah menambah jumlah karyawannya hingga mencapai lebih dari 10.000 orang. Memang, 70% di antaranya berada di daerah-daerah, sejalan dengan basis operasional utama perusahaan. Namun, hal ini secara tidak langsung juga mendukung perekonomian di wilayah tersebut.

Mereka membuktikan bahwa perusahaan teknologi tidak selalu berarti memangkas sumber daya manusia. Sebaliknya, mereka menggunakan teknologi sebagai jembatan untuk menjangkau lebih banyak orang, sambil tetap membuka lapangan kerja secara signifikan, terutama di sektor lapangan.

Sebuah Metamorfosa Layanan

Awalnya, mereka hanya dikenal sebagai platform yang menawarkan layanan pinjaman bagi ibu-ibu pengusaha mikro di perdesaan. Namun, seperti ulat yang bertransformasi menjadi kupu-kupu yang indah, perusahaan juga mengalami metamorfosa.

Perusahaan ini kini bertransformasi dari sekadar layanan pinjaman (lending) menjadi ekosistem yang lebih luas, termasuk layanan pembayaran digital. Metamorfosa ini mencerminkan komitmen untuk terus berinovasi dan memberikan solusi yang lebih komprehensif bagi para mitranya, mendorong mereka dari sekadar bertahan, menjadi berkembang.

Peran Bank Indonesia dalam Mendukung UMKM Go Digital

Sejalan dengan semangat ini, Bank Indonesia (BI) juga gencar mendukung UMKM melalui berbagai program. Salah satu fokus utama BI adalah mendorong UMKM untuk Go Digital. Inisiatif ini mencakup dua sisi:

Pemanfaatan Platform Digital: BI mendorong UMKM untuk memanfaatkan platform pembayaran digital, salah satunya melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). QRIS telah menjadi game changer, terutama selama pandemi, memungkinkan UMKM tetap berjualan tanpa harus bertatap muka. Hingga saat ini, tercatat ada 50 juta pengguna QRIS, dimana 39,3 juta di antaranya adalah UMKM.

Peningkatan Literasi Keuangan: BI juga memberikan pembinaan kepada UMKM, mengajarkan mereka untuk menyusun laporan keuangan yang rapi. Melalui program SiAPik, BI mengajarkan hal mendasar, seperti memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha, sesuatu yang seringkali menjadi masalah bagi pengusaha mikro.

Selain itu, BI juga meluncurkan program BISAID, sebuah basis data UMKM yang siap dibiayai. BISAID menjembatani UMKM dengan lembaga pembiayaan, sehingga mereka bisa mendapatkan akses dana yang dibutuhkan. Upaya ini menunjukkan komitmen BI untuk mengisi kesenjangan pembiayaan yang masih ada, terutama bagi UMKM yang belum terjangkau oleh perbankan konvensional.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Minat Baca Meningkat, Pameran Buku Internasional Mampir ke Jakarta dan Bawa 5 Juta Buku Baru, Catat Tanggalnya!
img
Kenapa Belanja Groceries Online? Berikut Kelebihannya!
img
Orang Tua yang Meluangkan Waktu 20 Menit Sehari Bersama Anak Berdampak Pada Perkembangan Emosional Anak
img
Pentingnya Perencanaan Keluarga: Kunci Sehat dan Sejahtera bagi Ibu dan Anak