

Malam Penuh Empati untuk Anak-Anak Istimewa

Malam itu, Selasa, 22 Juli 2025, The Ballroom Djakarta Theater yang berada di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, bukan sekadar sebuah gedung pertunjukan. Bagi saya, dan mungkin juga bagi ribuan pasang mata (dan hati) yang hadir, ia menjelma menjadi sebuah mercusuar harapan.
Di sanalah, dalam pergelaran akbar bertajuk "Cahaya Hati", kami semua, ribuan pengunjung dari berbagai usia dan kalangan, menyaksikan bagaimana empati dan semangat yang tak kenal lelah, dapat menciptakan simfoni kehidupan yang paling indah.
Acara dibuka dengan kata sambutan dari Endang Hoyaranda, Ketua Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala sekaligus Ketua Panitia Pergelaran "Cahaya Hati". Ia menyampaikan rasa syukurnya yang mendalam.
"Malam ini, kita melihat bukti bahwa kepedulian bisa mengubah hidup. Ini adalah tentang keberanian anak-anak Rawinala, dan tentang tekad kita semua untuk memberi ruang bagi mereka tumbuh dan bermimpi,” seru Endang.
Pergelaran ini adalah buah dari kerja keras dan dedikasi luar biasa. Selama berbulan-bulan, hampir 1.000 pasang tangan telah mempersiapkan diri. Mulai dari latihan para penyanyi yang gigih, penjualan undangan, hingga semua persiapan teknis, setiap langkah dilakukan dengan sukacita oleh seluruh peserta.

Ketika pergelaran musik dimulai, keheningan khidmat menyelimuti ruangan. Sorot lampu menerangi anak-anak dari Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, para penampil tunanetra ganda, yang melangkah dengan penuh keyakinan.
Suara polos namun penuh makna mulai mengalun, membawakan puisi "Cahaya Hati". Setiap suku kata diucapkan dengan penghayatan yang mendalam, seolah-olah mereka melukiskan dunia melalui suara. Ada kelembutan, ada kekuatan, dan ada kejujuran yang menembus hingga ke relung jiwa. Saya bisa melihat beberapa penonton menyeka sudut mata mereka, sementara yang lain hanya terpaku, takjub.
Belum sempat saya pulih dari keharuan puisi itu, alunan melodi yang akrab mulai mengalun. Sebuah paduan suara yang begitu apik dan merdu mulai menyanyikan "I Have a Dream". Suara-suara mereka, meski beragam, menyatu dalam harmoni yang sempurna. Ada kelembutan di setiap nada tinggi, dan kekuatan di setiap nada rendah. Mereka tidak hanya menyanyi; mereka mengalirkan impian, harapan, dan tekad melalui melodi.
Dan kemudian, momen puncaknya tiba. Saat lagu berakhir, riuh tepuk tangan langsung membahana. Suara tepuk tangan itu bukan sekadar apresiasi, melainkan ledakan kegembiraan, kekaguman, dan rasa hormat yang mendalam.
Wajah anak-anak Rawinala memancarkan senyum tipis, mungkin tak terlihat oleh mata fisik, tapi terasa jelas di hati setiap yang hadir. Malam itu, mereka membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk bersinar, untuk menginspirasi, dan untuk menyentuh hati banyak orang. Mereka adalah Cahaya Hati yang sesungguhnya.
"Cahaya Hati adalah kisah batin. Tentang emosi yang tak bisa diucapkan, namun bisa dirasakan," tutur Poppy Hayono Isman, Kreator Kreatif pergelaran musikal ini. “Melalui musik, kami merangkul anak-anak luar biasa ini dan mengajak semua orang ikut menjadi bagian dari kisah mereka,” ucapnya.

Rawinala: 52 Tahun Menyalakan Harapan
Sejak 52 tahun lalu, Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala telah menjadi rumah dan sekolah bagi anak-anak dengan disabilitas ganda, merawat mereka sejak bayi hingga usia 20 tahun.
Dengan pendekatan berbasis kasih sayang dan inklusi, setiap anak diajar berkomunikasi, berkreasi, dan menemukan cara mereka sendiri untuk bersinar dan mandiri. Malam ini, Tuhan kembali menunjukkan kasih-Nya melalui tangan-tangan yang tulus dan hati yang bercahaya dari seluruh insan yang terlibat.
Lebih dari sekadar pertunjukan seni, pergelaran ini adalah sebuah panggilan nurani. Seluruh hasil dari penggalangan dana malam itu akan dimanfaatkan untuk membangun Sekolah Musik untuk Anak Berkebutuhan Khusus, serta mengembangkan Sheltered Workshop sebagai wadah pemberdayaan bagi murid setelah mereka lulus. "Setiap kontribusi malam ini adalah investasi bagi masa depan anak-anak luar biasa ini," tegas Endang Hoyaranda.
Pergelaran yang dipentaskan oleh lebih dari 250 pemeran ini, melibatkan musisi dan tokoh masyarakat ternama, paduan suara dari berbagai komunitas, kostum yang menyentuh emosi, serta narasi yang merefleksikan kisah nyata para murid Rawinala.
Ini adalah manifestasi dari kerja sama lintas pihak. Mulai dari Ibu Poppy Hayono Isman, Ibu Tuti, para pendukung dan pengisi acara, mereka yang berada di belakang layar, panitia, sponsor, donatur, hingga setiap individu yang hadir, semua telah menyumbangkan perannya untuk suksesnya acara ini.
Mewakili keluarga besar Rawinala, Endang Hoyaranda mengucapkan terima kasih dari lubuk hati terdalam serta apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam bentuk apa pun. Mereka berharap para hadirin membawa pulang hati yang semakin bercahaya, menyala, dan siap berbagi dengan sesama. Bukan hanya di malam itu, tetapi terus menerangi di setiap langkah kehidupan, layaknya “Cahaya Hati”.