ads

Mengenalkan dan Mengapresiasi Anak-Anak Biru Melalui Novel dan Soundtrack Lagu

Novita Sari - Selasa, 11 November 2025
Grup Band Element (kiri) dan Karin Kemayu (kanan). Foto: Element
Grup Band Element (kiri) dan Karin Kemayu (kanan). Foto: Element
A A A

Dalam perbincangan sehari-hari, kita mungkin jarang mendengar istilah "Anak Biru". Bagi sebagian besar masyarakat, julukan ini masih terasa asing. Namun, di tengah komunitas yang bersentuhan langsung dengan dunia anak-anak spesial, "Anak Biru" adalah sebutan indah yang penuh makna, diberikan kepada mereka yang memiliki kebutuhan dan keunikan khusus.

Pemilihan warna biru sebagai simbol bukan tanpa alasan. Biru adalah warna yang secara universal sering diasosiasikan dengan ketenangan, kedamaian, dan kedalaman.

Warna biru sering dikaitkan dengan warna bulan atau lampu sorot, menyimbolkan penerangan, keunikan, dan penanda bahwa mereka adalah jiwa-jiwa spesial yang hadir di dunia.

Sama seperti langit yang luas dan laut yang dalam, anak-anak ini seringkali memiliki ketulusan yang luar biasa dan cara pandang yang unik terhadap dunia, yang perlu kita pahami dengan hati terbuka.

Pengenalan istilah "Anak Biru" juga merupakan bagian dari gerakan yang lebih besar untuk meliterasi masyarakat. Seperti dalam kolaborasi novel karya Karin.Kemayu dan grup musik Element.

Musik sebagai soundtrack film mungkin sudah biasa. Namun, bagaimana jika sebuah band berkolaborasi menciptakan soundtrack untuk sebuah novel? 

Kolaborasi unik ini tidak hanya menghasilkan karya seni yang indah, tetapi juga mengemban misi literasi yang mulia: mengenalkan dan mengapresiasi "Anak-Anak Biru."

Novel Bukan Sekadar Cinta karya Karin Kemayu. Foto: Element
Novel Bukan Sekadar Cinta karya Karin Kemayu. Foto: Element

Novel "Bukan Sekadar Cinta" sendiri menyoroti kisah keluarga dan pengasuh yang berjuang dan mencintai tanpa batas. 

"Bukan hanya sekadar nada-nada dan lirik saja, tetapi musik juga menjadi media dan ada pesan di dalamnya," ujar Didi Riyadi yang bersama Element mempersembahkan single "Cinta Tak Berbatas," sebagai interpretasi musikal dari novel ini. “Inilah yang membuat kami merasa bisa berkontribusi, menggunakan musik sebagai media literasi untuk masyarakat,” tambah Didi saat konferensi pers, Senin, 10 November 2025 di Jakarta.

Karin Kemayu menyebut proyek ini sebagai bentuk literasi emosional yang bisa didengarkan. Ia menulis bukan untuk menggurui, melainkan untuk mengajak pembaca untuk berpikir ulang tentang stigma, keluarga, dan cinta dalam banyak bentuk.

Memeluk Anak-Anak Biru lewat kolaborasi musik dan novel. Foto: Novi
Memeluk Anak-Anak Biru lewat kolaborasi musik dan novel. Foto: Novi

​"Ini adalah bentuk apresiasi dan penghormatan setinggi-tingginya. Bukan hanya kepada 'Anak-Anak Biru' itu sendiri, tetapi juga kepada orangtua dan para tenaga pengajar atau guru-guru yang bersentuhan langsung, mendidik, mengawasi, dan menjaga mereka—sebuah tugas yang bukan perkara mudah," ungkap Karin.

​Pesan utama yang ingin disampaikan  adalah bahwa semua berhak untuk dicintai dan cinta itu sendiri bersifat universal. Cinta tidak melulu terbatas pada keluarga atau pasangan. Cinta muncul saat kita bertemu teman, sahabat, atau siapa pun yang pada akhirnya membuat kita bisa berjalan jauh dan berjalan bersama.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Dari Daun Kelor hingga Limbah Kelapa Sawit, Empat Perempuan Peneliti Ini Wujudkan Sains yang Berdampak Nyata  
img
Pola Asuh Inspiratif Vincent Verhaag dan Jessica Iskandar: Menggali Potensi Anak dari Kekuatan Otak dan Usus
img
Pentingnya Kolaborasi dan Pemberdayaan Komunitas untuk Kemandirian Keluarga
img
Mengenalkan dan Mengapresiasi Anak-Anak Biru Melalui Novel dan Soundtrack Lagu