Pertunjukan "Tari Aceh dari Masa ke Masa", Wujud Apresiasi untuk Dedikasi Maestro Tari, Marzuki Hasan
Pada Sabtu sore, 30 Maret 2024, Galeri Indonesia Kaya (GIK) menghadirkan pertunjukan bertajuk “Tari Aceh dari Masa Ke Masa” bersama Maestro Tari, Marzuki Hasan.
Tak sendirian, dalam pertunjukan ini Marzuki Hasan juga berkolaborasi dengan kelompok Gema Citra Nusantara dan Canang7.
Marzuki Hasan adalah seorang Maestro Tari Aceh yang lahir dan besar di Gampong Meudang Ara, Aceh Barat Daya pada tahun 1943.
Sejak kecil, ia sudah berkiprah di dunia tari khususnya tari Seudati dan tari Saman. Marzuki mendedikasikan dirinya mengajar di Institut Kesenian Jakarta hingga masa pensiunnya.
Dikenal sangat kaya akan pantun berisi petuah dan budaya Aceh, Marzuki Hasan dipandang sebagai salah satu pelopor literasi di Indonesia. Dalam dirinya mengalir darah dan jiwa seni yang begitu kuat.
Sebagai sosok yang rendah hati, ia tulus dan ikhlas memberikan ilmu yang dimiliki kepada generasi muda penerus bangsa
“Marzuki Hasan atau yang sering disapa Pak Uki, telah berdedikasi selama puluhan tahun dalam mengajar, menyutradarai, dan mempersembahkan karya-karya tari yang memukau. Beliau kerap mengekspresikan keindahan dan kekayaan budaya Aceh melalui gerakan-gerakan tari yang indah dan penuh makna. Sebagai seorang maestro, Marzuki Hasan tidak hanya menjadi guru bagi banyak penari muda, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus melestarikan dan mengembangkan seni tari tradisional Indonesia, khususnya tari Aceh. Pertunjukan Tari Aceh Dari Masa Ke Masa ini diharapkan dapat menjadi wujud apresiasi kami terhadap karya-karya Pak Uki dan dapat menghibur dan bermanfaat bagi para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Selama kurang lebih 60 menit, penikmat seni dihibur dengan pertunjukan yang kental dengan kebudayaan Aceh. Beragam tarian dan lagu-lagu yang ditampilkan menggambarkan perjalanan dedikasi Marzuki Hasan untuk tari Aceh dari masa ke masa yang berjudul Likok Meualoen.
Likok Meualoen merupakan perpaduan keselarasan, energik, kebersamaan di dalam gerak tari yang dikemas dengan ritme pukulan perkusi Aceh dan syair-syair yang membawa pesan bermanfaat sehingga garapan ini menjadi sebuah kekuatan tersendiri.
Pertunjukan dibagi menjadi beberapa bagian yang berpadu dengan amat indah. Pertunjukan dibuka oleh Musik Garapan Canang 7, dilanjutkan dengan Tari Ranup Lampuan. Kemudian penikmat seni menyaksikan penampilan duet Deddy dan Karissa A. Soerjanatamihardja yang membawakan Lagu Bungong.
Dipertengahan acara, penikmat seni disuguhkan kembali oleh musik dan dilanjutkan mengajak para penikmat seni untuk menari bersama.
Di penghujung acara penikmat seni dihibur dengan Tari Rampoe Meuhayak yang diawali dengan syair dan pantun.
”Semoga pertunjukan ini dapat menginspirasi dan menambah wawasan para penikmat seni, terutama generasi muda tentang kebudayaan Aceh, agar kedepannya generasi-generasi muda dapat melestarikannya sehingga seni tari dan budaya Aceh tetap berkumandang di mata dunia," pungkas Marzuki Hasan.