93% Anak Alami Gigi Berlubang, IDGAI Tingkatkan Layanan Kesehatan Gigi Anak Indonesia
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di 2018 memaparkan bahwa 93% anak usia 5-6 tahun mengalami gigi berlubang. Sama mirisnya, pada penelitian di Sulawesi Selatan, 91.2% dari anak ditemukan tidak melakukan praktik menyikat gigi yang benar, yaitu setidaknya dua kali sehari.
Minimnya edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut anak yang baik, menyebabkan 93% anak Indonesia berusia 5-6 tahun mengalami gigi berlubang.
Padahal, rendahnya kesadaran kesehatan gigi dan mulut anak juga mempunyai dampak jangka panjang seperti gangguan tumbuh kembang dan asupan nutrisi yang tidak optimal.
PT. Interbat yang sudah 75 tahun berperan dalam layanan kesehatan bangsa, ikut mendukung acara Pertemuan Ilmiah Nasional Ilmu Kedokteran Gigi Anak ke-17 (PIN IKGA 17) pada tanggal 1-3 Februari 2024 di Jakarta Convention Center.
Acara ini diadakan untuk dokter gigi spesialis anak dan dokter gigi umum di seluruh Indonesia serta mengundang banyak ahli kedokteran gigi sebagai narasumber dari berbagai negara seperti Malaysia, Jepang, Korea, dan Indonesia untuk membahas prevalensi, penyebab, dan cara pencegahan gigi berlubang pada anak, terutama pada anak berkebutuhan khusus.
Kesehatan rongga mulut sebenarnya merupakan aspek yang sangat penting untuk kesehatan secara umum, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan anak berkebutuhan khusus. Rongga mulut adalah salah satu barrier pertahanan pertama organ tubuh kita terhadap paparan bakteri ataupun virus yang infeksius.
Apalagi pada anak-anak berkebutuhan khusus, dimana praktik kesehatan rongga mulut ternyata lebih parah, sehingga lebih banyak lagi dijumpai karies gigi yang sama sekali tidak terawat.
Menurut Jurnal Kesehatan Gigi tahun 2022, anak berkebutuhan khusus mempunyai keterbatasan kecerdasan dan motorik yang menyebabkan kurangnya pemeliharaan kesehatan gigi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan mereka dalam mengurus dirinya sendiri secara independen, sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan intervensi dini berupa bantuan dari orangtua dan dokter gigi untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Kebersihan rongga mulut yang baik, dapat mencegah gigi berlubang pada anak. Orangtua dapat membantu anak membangun kebiasaan menjaga kebersihan gigi yang sehat, dimulai dari praktik menyikat gigi rutin.
Namun, ternyata sikat gigi hanya bisa membersihkan 25% dari keseluruhan rongga mulut dan tidak cukup menjadi cara satu-satunya untuk merawat kesehatan gigi.
Sebagai salah satu perusahaan farmasi dan kesehatan di Indonesia, Interbat memiliki solusi inovatif yaitu Interlac Pro-D dan Nt Clear Varnish. Interlac Pro-D adalah tablet hisap dengan kandungan bakteri baik dari strain Lactobacillus reuteri yang telah dipatenkan dan teruji klinis pada pasien di Indonesia dan mancanegara, dengan hasil efektif untuk memelihara kesehatan rongga mulut serta menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri jahat di dalam mulut, termasuk bakteri penyebab karies pada enamel gigi.
Dr. drg. Eva Fauziah, Sp.KGA, K-PKOA, selaku Ketua IDGAI Jakarta, menjelaskan bahwa, “Mengonsumi tablet hisap bakteri baik secara rutin bisa membantu mencegah terbentuknya karies pada gigi, terutama pada anak berkebutuhan khusus yang sangat minim mendapatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Tablet hisap ini bakteri baik spesifik yaitu strain Lactobacillus reuteri yang teruji klinis efektif pada pasien Indonesia memelihara kesehatan rongga mulut”.
Iwan Ahmad Musnamirwan, drg., Sp.KGA.SUBSP.KKA(K) selaku Ketua IDGAI Indonesia menambahkan, “Mulut kita adalah rumah bagi 700 spesies mikroba yang terdiri dari bakteri baik dan bakteri jahat. Hampir semua masalah gigi dan mulut dapat ditelusuri, penyebabnya adalah bakteri patogen di rongga mulut. Konsumsi suplemen bakteri baik setiap hari mudah dilakukan, dan dapat menciptakan ekologi rongga mulut yang sehat, sehingga bakteri patogen berkurang dan masalah gigi dan mulut juga menjadi lebih minim”.
Sedangkan Nt Clear Varnish merupakan produk yang bisa diaplikasikan ke gigi pasien oleh dokter gigi di tempat praktik. Salah satu efektivitas yang dihasilkan adalah melepaskan fluoride secara berangsur sejak pertama dioleskan pada gigi. Pelepasan fluoride secara berangsur bermanfaat untuk melindungi enamel gigi dan mencegah karies gigi.
Efek pelepasan fluoride ini dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies, sehingga direkomendasikan untuk anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan gigi dan pada pasien dengan risiko karies tinggi.
Pertemuan Ilmiah Nasional Ilmu Kedokteran Gigi Anak ke-17 (PIN IKGA 17) ditutup dengan kegiatan Bakti Sosial yang diinisiasi oleh Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI), diikuti 200 dokter gigi untuk 250 anak berkebutuhan khusus.