Atasi Hernia Anak dengan Penanganan Cepat dan Masa Pemulihan Singkat
Hernia pada anak merupakan kondisi yang cukup sering ditemukan. Hernia adalah kondisi yang terjadi akibat adanya kelemahan dinding rongga tubuh maupun kegagalan proses penutupan dinding rongga tubuh, sehingga sebagian atau seluruh organ atau jaringan menonjol keluar dari tempat seharusnya. Istilahnya sendiri diambil dari bahasa Yunani “Hernios”, yang berarti pucuk (bud) atau cabang pohon (offshoot).
dr. Karmile, Sp. B.A., Dokter Spesialis Bedah Anak, RS Pondok Indah – Pondok Indah, menyebut ada bermacam-macam hernia yang dapat terjadi pada anak, antara lain: hernia inguinal, hernia umbilical, hernia epigastric, hernia spigeli, hernia insisional, hernia diafragmatika, hernia hiatal, hernia lumbaris, hernia dinding abdomen traumatika.
Masing-masing jenis hernia memiliki karakteristik dan penyebab yang berbeda-beda. Dari berbagai jenis hernia, hernia inguinal dan hernia umbilikal merupakan kasus yang paling sering terjadi pada pasien anak. Hernia inguinal dapat terjadi akibat kegagalan penutupan processus vaginalis (angka kejadian lebih sering) maupun kelemahan dinding perut (angka kejadian sekitar 4 persen dan terjadi pada anak usia lebih besar). Sementara hernia umbilikal disebabkan oleh kegagalan penutupan dinding perut pada bagian pusar.
Hernia pada anak sebaiknya ditangani sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi yang lebih berat. Oleh karena itu, perhatikan gejala fisik yang muncul pada anak yang biasanya berupa benjolan hilang timbul yang tidak terasa nyeri. Benjolan ini dapat muncul di lipatan paha atau kantung kemaluan (hernia inguinal) maupun di area pusar (hernia umbilikal).
Gejala akan terlihat lebih berat ketika hernia mengalami jepitan. Pada kondisi ini, anak menjadi rewel, merasakan nyeri, muntah, serta benjolan tampak kemerahan dan menetap. Jika sudah terjadi jepitan pada pembuluh darah usus maka perut si kecil akan kembung, dan dapat juga disertai dengan keluhan buang air besar (BAB) disertai darah.
Menurut dokter Karmile pada hernia umbilikal umumnya dapat menutup dengan spontan dan sembuh tanpa operasi, tetapi observasi tetap diperlukan hingga usia anak mencapai 3-4 tahun. Tindakan penanganan hernia umbilikal dipertimbangkan jika ditemukan kondisi-kondisi berikut:
- Benjolan menetap sampai usia 4 tahun
- Ukuran diameter defek melebihi 1,5-2 cm
- Diameter defek membesar
- Terjadi komplikasi, seperti terjepit atau kulit terbuka
- Ada rencana tindakan operasi lain
Sementara itu, tindakan pembedahan dibutuhkan untuk hernia inguinal karena kondisi ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak dapat ditangani dengan terapi obat-obatan maupun pijat.
Tindakan pembedahan hernia pada anak umumnya aman dan memiliki risiko komplikasi yang rendah. Adapun penentuan waktu pembedahan bergantung pada kondisi hernia yang dialami si kecil. Pembedahan terencana atau elektif dilakukan setelah bayi atau anak terdiagnosis hernia dan berada dalam kondisi sehat dan stabil. Sedangkan hernia yang terjepit harus segera ditangani dengan pembedahan darurat. Jika tidak segera ditangani, komplikasi mungkin terjadi dan timbul risiko terjadinya organ atau jaringan terjepit, kebocoran organ, hingga kematian organ atau jaringan.
Mengingat hernia kerap terjadi pada anak, pemeriksaan rutin dan deteksi sedini mungkin menjadi hal yang sangat penting. Hernia yang sudah mengalami penjepitan dapat menimbulkan nyeri hebat serta komplikasi yang lebih serius. Salah satu metode operasi hernia adalah pembedahan terbuka, yaitu dengan membuat satu sayatan berukuran sekitar 1-2 cm pada setiap lokasi hernia. Namun saat ini operasi hernia menggunakan laparoskopi menjadi opsi yang lebih efektif karena teknologi yang digunakan lebih canggih dan bersifat minimal invasive, sehingga masa pemulihan menjadi lebih cepat dan memungkinkan untuk identifikasi hernia sisi kiri dan kanan melalui 1 sayatan (berukuran 0.5-1 cm).
Prosedur laparoskopi dimulai dengan membuat sayatan berukuran 0,5-1 cm pada pusar sebagai tempat masuknya kamera. Lalu, pada masing-masing lokasi hernia dibuat sayatan yang sangat kecil, sekitar 2-3 mm, untuk melakukan penutupan hernia. Metode ini memungkinkan dokter untuk melakukan identifikasi sisi kanan dan kiri sekaligus melalui 1 sayatan. Apabila ditemukan juga hernia umbilikal, penutupan hernia umbilikal dapat dilakukan saat prosedur tanpa menambah jumlah sayatan lagi.
Pasien umumnya dipantau selama 24-48 jam setelah prosedur. Perawatan luka setelah operasi perlu dilakukan dengan menjaga area tetap kering dan bersih dengan balutan tahan air. “Penting untuk diingat bahwa penegakan diagnosis dan penanganan yang tepat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi hernia. Apabila terdapat hernia, sebaiknya tidak melakukan penekanan berlebihan atau memijat benjolan, serta hindari pemakaian koin atau perekat pada area pusar. Pemeriksaan rutin dan konsultasi ke dokter spesialis bedah anak sangat dianjurkan untuk penanganan yang optimal dan terhindar dari risiko yang lebih berbahaya,” saran dokter Karmile.