

Dari Bakso Ikonik Hingga Inovasi Terbaru, Rahasia Lezat di Balik Belanja Furnitur Dibongkar Global Food Designer, Daniel Yngvesson

Siapa sangka, di balik labirin furnitur dan pernak-pernik rumah tangga, toko perabot asal Swedia ini menyajikan pengalaman kuliner yang tak kalah menarik. Ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil pemikiran matang yang dipimpin oleh para inovator seperti Daniel Yngvesson, seorang Global Food Designer di IKEA.
Yuk, kita intip kisah di balik dapur inovatif mereka yang telah melayani jutaan pelanggan di seluruh dunia.
Ditemui di Food Lab IKEA of Sweden pada Rabu, 04 Juni 2025, Daniel mengungkap bagaimana awal mula mereka akhirnya juga menyediakan restoran di toko furniturnya.
Diceritakan Daniel, semua bermula dari inisiatif sederhana mereka untuk mengucapkan terima kasih kepada para pelanggan.
"Ketika kami membuka toko pertama di tahun 1958, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pelanggan dengan kopi dan kue," kenang Daniel.
Kala itu, lanjut Daniel, pelanggan datang jauh-jauh ke toko di tengah hutan, bahkan bersedia mengumpulkan sendiri barang belanjaan mereka. Namun, ada pemandangan yang menarik perhatian: beberapa pelanggan tertidur saat jam makan siang.
"Rasa penasaran membawa tim kami mengikuti para pelanggan ini, dan mereka menemukan bahwa pelanggan memilih makan siang di kedai hotdog terdekat," ujar Daniel. "Dari sinilah ide untuk menghadirkan bistro dan restoran muncul," ucapnya.
Tujuannya jelas: menciptakan tempat dimana pelanggan bisa mengisi kembali energi mereka dan menenangkan diri sebelum melanjutkan perjalanan belanja, terutama saat harus memutuskan pembelian sofa yang besar. Inilah alasan toko perabot ini juga menyediakan restoran. Sebuah komitmen untuk membuat pengalaman berbelanja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

Laboratorium Makanan: Dua Dapur, Satu Tujuan
Bangunan Food Lab ini sendiri merupakan sebuah bangunan yang relatif baru, terbagi dalam dua dapur berbeda yang beroperasi secara sinergis.
Di satu dapur, fokusnya adalah pada pemahaman pelanggan. Tim di sini mendalami kondisi pikiran pelanggan, kebutuhan mereka, dan bahkan peralatan dapur apa yang mereka miliki di rumah. Dari wawasan inilah, produk-produk makanan seperti yang tersedia dikembangkan—barang-barang yang bisa dibawa pulang atau dinikmati saat bepergian.
Sementara itu, di dapur restoran lainnya, perhatian utama diberikan pada efisiensi penyajian. Daniel menjelaskan, "Kami memikirkan bagaimana karyawan kami bisa menyajikan makanan secara efisien dan mudah bagi pelanggan di toko." Dengan sistem hotline, oven modern, dan teknologi digital, kami memastikan proses penyajian makanan berjalan lancar. Tujuannya adalah memberikan instruksi yang jelas kepada karyawan agar mereka bisa menyiapkan makanan dengan mudah, sehingga pelanggan tidak perlu menunggu lama.
Inovasi Berbasis Demokrasi: Sentuhan Global untuk Rasa Lokal
Pengembangan makanan di Food Lab tidak terlepas dari masukan rekan kerja di berbagai negara. "Dengan teknologi seperti kamera di dapur dan sistem tanpa sentuhan, kami bisa memahami apa yang dibutuhkan di berbagai negara dan budaya," kata Daniel. Tim bahkan melakukan kunjungan langsung ke pasar-pasar untuk mencicipi dan memahami budaya makanan setempat, memastikan produk yang disajikan relevan dan diterima dengan baik.

Semua pengembangan ini dilakukan berdasarkan prinsip desain demokratis, sebuah filosofi yang diterapkan pada semua produk. Desain demokratis terdiri dari lima prinsip inti: bentuk, fungsi, kualitas, keberlanjutan, dan harga terjangkau.
Dalam konteks makanan:
- Bentuk tidak hanya tentang visual, tetapi juga rasa, tekstur, aroma, dan bahkan suara saat dikunyah.
- Fungsi diterjemahkan sebagai nilai gizi—makanan harus bergizi dan seimbang.
- Kualitas berarti pelanggan bisa mempercayai produk, didukung kontrol kualitas yang tinggi.
- Keberlanjutan mencakup perhatian pada kesejahteraan hewan, manusia, dan planet.
- Harga terjangkau menggabungkan semua aspek ini agar dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin orang.
Ikonik Meatball Hingga Inovasi Falafel dan Smoothie
Contoh nyata dari prinsip-prinsip tersebut adalah meatball IKEA yang tahun ini berusia 40 tahun, diluncurkan pertama kali pada 1985. Mulai tahun 1993, meatball tersebut telah tersedia secara global, dan pada 2020, varian plant-based ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan vegetarian dan vegan. Saat ini, 1,4 juta meatball terjual setiap tahun di seluruh dunia—sebuah bukti keberhasilan konsep ini.
Selain itu, mereka juga bangga dengan inovasi produk baru seperti falafel yang dikembangkan sendiri. "Rasanya lembut di dalam, renyah di luar, penuh dengan daun bawang, bawang putih, dan parsley," jelas Daniel.
Falafel ini disajikan dengan campuran couscous dan daun bawang goreng berbumbu pedas, dilengkapi dengan aioli bawang putih dan lemon segar untuk menyeimbangkan rasa. Tak ketinggalan, smoothies yang dikembangkan, tidak hanya enak, tetapi juga kaya serat dan tetap menyegarkan—pilihan sempurna untuk memulihkan energi setelah berkeliling toko.
Dengan filosofi yang kuat dan inovasi berkelanjutan, mereka terus membuktikan bahwa pengalaman berbelanja tidak hanya tentang produk rumah tangga, tetapi juga tentang kenikmatan kuliner yang terjangkau dan berkualitas.
Jadi, jika berkunjung ke toko ini, jangan ragu untuk menikmati sajian lezat yang telah dirancang dengan cermat oleh para ahli seperti Daniel Yngvesson dan timnya.