ads

Dinamika Global Hantui Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025

Novita Sari - Kamis, 15 Mei 2025
Ki-ka: Adjie Harisandi-Head of Industry & Regional Research Permata Bank; Josua Pardede-Chief Economist Permata Bank; dan Faisal Rachman-Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank dalam acara PIER Economic Review Q1 2025. Foto: Ist
Ki-ka: Adjie Harisandi-Head of Industry & Regional Research Permata Bank; Josua Pardede-Chief Economist Permata Bank; dan Faisal Rachman-Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank dalam acara PIER Economic Review Q1 2025. Foto: Ist
A A A

Pada Rabu, 14 Mei 2025 di Jakarta, Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) kembali menggelar Economic Review yang mengulas perkembangan terbaru perekonomian Indonesia, khususnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun 2025.

Dalam kajian ini, mereka menyoroti bahwa pertumbuhan PDB diperkirakan melambat dari 5,03% di tahun 2024 menjadi 4,5 - 5,0% pada 2025, angka tersebut lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 5,11%.

"Kami memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 akan melambat, lebih rendah dari target sebelumnya. Ketidakpastian perang dagang yang meningkat, telah mendorong perusahaan untuk menunda investasi dan rencana ekspansi. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah dapat merespons dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan stimulus tepat sasaran, agar konsumsi dan investasi domestik kembali bergerak," ujar Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank.

Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal pertama 2025 tercatat sebesar 4,87% year-on-year (YoY), lebih rendah dibandingkan 5,02% pada kuartal sebelumnya dan menjadi laju paling Iambat sejak kuartal ketiga 2021. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang biasanya menjadi motor utama ekonomi melambat tipis menjadi 4,89% YoY. Hal ini didorong oleh melemahnya daya belanja pada sub-komponen makanan & minuman serta transportasi & komunikasi.

Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12% YoY, terutama karena melemahnya investasi pada bangunan & struktur serta mesin & peralatan. Di Sisi Iain, belanja pemerintah mengalami kontraksi 1,38% YoY setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu, sementara ekspor barang & jasa meningkat dengan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas yang lebih kuat.

Dari sisi sektoral, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 10,52% YoY, karena lonjakan produksi tanaman pangan seperti padi dan jagung. Sektor manufaktur, yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional, tumbuh stabil sebesar 4,55%, didukung oleh kuatnya permintaan ekspor di industri logam dasar. Sektor perdagangan ritel mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,03% berkat momentum musiman Ramadan, serta sektor jasa juga tetap solid didukung aktivitas pariwisata berkelanjutan. Namun, sektor pertambangan mengalami kontraksi akibat aktivitas pemeliharaan di tambang emas dan tembaga, sementara sektor konstruksi melambat signifikan karena adanya realokasi anggaran pemerintah.

Melihat tren ini, PIER merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi di bawah 5%, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 5,11%. Ketidakpastian global akibat perang dagang yang sedang berlangsung diperkirakan akan menekan laju investasi dan konsumsi domestik. Lebih lanjut, adanya perang dagang tersebut juga akan mempengaruhi pertumbuhan sektoral, meskipun dampaknya akan bervariasi. Sektor dengan orientasi ekspor dan memiliki ketergantungan terhadap pasar AS yang relatif tinggi, seperti tekstil dan garmen, kulit dan alas kaki, elektronik, furniture, dan produk karet, akan terkena dampak yang cukup signifikan dan dapat menurunkan pertumbuhan sektor tersebut di tahun 2025 ini.

Namun demikian, sektor-sektor yang berorientasi pada pasar domestik, seperti jasa dan perdagangan diyakini masih akan menjadi motor utama pertumbuhan tahun ini.

"Meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan yang tampak lesu dapat membuka ruang bagi pelonggaran moneter. Jika ketidakpastian global mereda dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menguat, maka Bank Indonesia dapat memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) hingga 50 basis poin sepanjang sisa tahun ini," tutup Josua Pardede.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Rayakan Hari Keluarga Sedunia, Dhatu Rembulan Bagikan Tips agar Barang di Rumah Awet dan Riyanto Beri Kiat Baju Bekas jadi Kinclong Lagi
img
Dinamika Global Hantui Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025
img
Hadir Lagi, Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara Siap Membawa Penonton Kembali Ke Keluarga
img
Wujudkan Senyum Anak Negeri, Dengan Salurkan Lebih Dari 40.000 Kotak Susu di NTT