Lebih dari 400 Siswa SDS di Cibubur Ini Tampil Memukau dalam Pagelaran Akbar “KSATRIA PRINGGONDANI” di TIM Jakarta

Novita Sari - Minggu, 16 Juni 2024
Pertama kali setelah pandemi, SDS Global Mandiri Cibubur kembali menyelenggarakan pagelaran kolosal memukau tahun ini. Foto: Novi
Pertama kali setelah pandemi, SDS Global Mandiri Cibubur kembali menyelenggarakan pagelaran kolosal memukau tahun ini. Foto: Novi
A A A

Suara tepuk tangan, tawa, dan sorak sorai penonton tak henti-hentinya terdengar sepanjang pagelaran akbar “Ksatria Pringgondani” yang digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat pada sore itu Sabtu, 15 Juni 2024.

Betapa tidak, karena lebih dari 400 siswa siswi (SD dan TK) Sekolah Global Mandiri Cibubur ini tampil dengan apik dan menggemaskan, menyajikan cerita pewayangan tentang pahlawan super Gatotkaca yang terkenal dengan otot kawat dan tulang besi itu.

Ya, pertama kali setelah pandemi, SDS Global Mandiri Cibubur kembali menyelenggarakan pagelaran kolosal memukau tahun ini. Setelah Putri Hijau (2014), Mahapralaya (2016), dan Arung Palakka (2019), pada tahun ini, mereka mengambil tema “Ksatria Pringgondani” yang menceritakan kisah legendaris Gatotkaca.

Pagelaran akbar ini melibatkan lebih dari 400 siswa dan guru yang berkolaborasi dengan Wayang Orang Bharata dan Jakarta E’ Music. Pagelaran ini mengintegrasikan drama, tari, musik, vokal, dan paduan suara dalam sebuah pertunjukan kolosal megah.

Para siswa yang terlibat berasal dari kelas 1 hingga kelas 6 SDS Global Mandiri Cibubur. Foto: Ist
Para siswa yang terlibat berasal dari kelas 1 hingga kelas 6 SDS Global Mandiri Cibubur. Foto: Ist

Para siswa yang terlibat dalam pagelaran ini berasal dari siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD yang menunjukkan penampilan terbaik mereka setelah persiapan panjang selama hampir tujuh bulan berlatih di sekolah.

“Ksatria Pringgondani” menceritakan kisah tokoh pewayangan legendaris dari Pulau Jawa bernama Gatotkaca yang menunjukkan kepahlawanan dan pengorbanan demi memperjuangkan kebenaran di medan perang Kurusetra.

Tokoh-tokoh pewayangan populer lainnya seperti Arjuna, Bima, Yudhistira, Nakula, Sadewa hingga Punokawan turut pula ditampilkan dengan menawan oleh para siswa.

Pagelaran ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya nasional, menyalurkan bakat dan minat siswa, melatih kedisiplinan, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menjalin solidaritas, dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Dalam pagelaran ini, guru, siswa, dan orangtua melalui PAB (Parents Advisory Board yang diketuai oleh Ibu Anita Kadir) berkolaborasi memberikan kontribusi terbaik untuk menyajikan pagelaran seni akbar.

Dalam kesempatan ini turut hadir, Dr. Rifa Ariani, SE, Ak- Direktur Sekolah Global Mandiri. Tak hanya itu, pagelaran akbar ini pun mendapatkan apresiasi tinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Pendidikan Kota Bogor yang juga menyaksikan pagelaran.

“Kami sangat mengapresiasi komitmen sekolah ini untuk melestarikan warisan budaya Indonesia. Menonton pagelaran Ksatria Pringgondani ini mengingatkan saya saat sekolah dasar di salah satu kota di Jawa Tengah. Saat itu saya diajarkan beberapa tarian tradisional. Pringgondani ini adalah sebuah Kerajaan dimana salah satu ksatria-nya adalah Gatotkaca. Lewat pagelaran ini diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan terhadap budaya Indonesia pada generasi mendatang, Generasi Emas 2045,” ucap Prof. Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut., M.Si., Staf Ahli Menteri Bidang Energi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam kata sambutannya.  

Dihadiri Prof. Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut., M.Si., dari KLHK. Foto: Ist
Dihadiri Prof. Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut., M.Si., dari KLHK. Foto: Ist

Dr. Anna Budiatmi, M. Pd, Kepala SDS Global Mandiri Cibubur, menekankan pentingnya pelestarian seni budaya daerah, “Seni dan budaya tradisional asli daerah tidak boleh lenyap ditelan oleh gegap gempitanya seni dan budaya milik bangsa asing. Anak-anak akan meresapi lekuk-lekuk nilai yang tersimpan dalam kesenian dan kebudayaan daerah yang lebih sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Inilah salah satu landasan diadakannya pagelaran seni dan budaya di sekolah kami”.

“Sekarang ini banyak budaya dari luar negeri dan sekolah dasarlah tempat yang tepat untuk mengenalkan budaya Indonesia sejak dini. Dengan adanya pagelaran seni dan budaya Indonesia ini, mereka jadi tahu cerita legenda Indonesia di setiap daerah dimana punya nilai-nilai bagus. Di cerita legenda kali ini dimana tentang kepahlawanan yang menjunjung kepersatuan mereka, belajar berkolaborasi satu dengan lainnya sehingga menjadi teamwork kesatuan yang bagus. Anak-anak yang umumnya lebih kenal tokoh superhero asing, kini jadi tahu tokoh-tokoh pahlawan Indonesia. Oh, ternyata Indonesia juga punya pahlawan super yaitu Gatotkaca. Pelajaran sejarah ini tidak ada di kurikulum sekolah. Jadi kita angkat ini untuk juga mengangkat nilai Pancasila seperti kebhinekaan, gotong royong serta kemandirian,” papar Dr. Anna.

“Dua tahun sekali kami gelar pagelaran seni dan budaya daerah Indonesia. Pertama, Putri Hijau (2014) dari Sumatera, kedua Mahapralaya (2016) dari Jawa Timur dan Bali, ketiga Arung Palakka (2019) dari Makassar, dan tahun ini kami ambil tema Ksatria Pringgondani dari Jawa Tengah,” tambah Dr. Anna.

Kepala Sekolah dan Guru-guru SDS Global Mandiri Cibubur. Foto: Ist
Kepala Sekolah dan Guru-guru SDS Global Mandiri Cibubur. Foto: Ist

Bapak Ardi Nursodik, ketua panitia pagelaran akbar “Ksatria Pringgondani” menambahkan, “Pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, baik potensi akademik maupun potensi non-akademiknya. Selaras dengan hal tersebut, sekolah kami tidak hanya menciptakan siswa-siswi yang unggul secara akademik, tapi juga unggul dalam bidang non-akademik. Pagelaran ini adalah salah satu wadah untuk mewujudkan tujuan tersebut.”

Tentu bukan hal yang mudah untuk bisa menyajikan sebuah pagelaran akbar ini secara apik dengan tantangan para pemainnya adalah anak-anak.

Bapak Yudi Wahyudi, S.Pd.- Wakil Kepala Sekolah yang ternyata adalah sang Sutradara pagelaran ini mengaku punya trik khusus.

“Menjadi challenging bagaimana me-manage anak-anak usia 6-12 tahun ini, memahami secara mental dan fisiknya. Tapi anak-anak ini juga punya semangat yang oke hingga akhirnya bisa,” terang Bapak Yudi yang punya passion di budaya Indonesia ini.

“Bersama semua guru-guru, kami buat panitia besar dari mulai penata tari, panggung, kostum, properti, dan lain sebagainya. Sejak dua tahun lalu saat pandemi saya sudah lakukan studi literasi, konsultasi cerita saya ke Wayang Orang Bharata karena kan ini adaptasi. Dipadukan juga dengan kekinian dimana ada dance Korea, baik dari musik dan juga kostum, tapi cerita tetap dapat. Mencampur modern dan tradisional,” jelas Bapak Yudi.

Salah satu pemain, siswa kelas 6, Canavaro Azka Dharma Wibawa yang akrab disapa Cano bercerita, ia terpilih sebagai Dalang setelah mengikuti audisi. Sebelumnya, ia tahu tentang Gatotkaca, tapi lebih kenal secara mendalam setelah mengikuti pagelaran ini.

Canavaro Azka Dharma Wibawa (Cano) terpilih sebagai Dalang setelah audisi. Foto: Ist
Canavaro Azka Dharma Wibawa (Cano) terpilih sebagai Dalang setelah audisi. Foto: Ist

“Gatotkaca hanya tahu saja, belum pernah baca. Sekarang jadi tahu Gatotkaca dan juga tokoh-tokoh wayang lainnya,” ujar Cano yang hobi nyanyi dan sering ikut lomba public speaking, pidato serta puisi.

Pagelaran kolosal ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi sekolah-sekolah untuk senantiasa mengembangkan minat dan bakat siswa/i terutama dalam melestarikan budaya daerah agar tidak lenyap tertelan zaman.

Masyarakat umum juga dapat meresapi keindahan warisan budaya Indonesia dengan menyaksikan pagelaran seni akbar seperti ini.

Latest Update
Explore more fun