Mandra dan Sinar Norray Meriahkan HUT Jakarta ke-497 Lewat Pertunjukan “Seribu Akal si Gede Boong”
Pada Sabtu, 22 Juni, kota Jakarta berulang tahun ke-497. Untuk turut merayakan HUT Jakarta di hari itu, Galeri Indonesia Kaya (GIK) menggelar pertunjukan bertajuk Seribu Akal Si Gede Boong. Pertunjukan yang berkonsep lenong ini menghadirkan musik dan juga tarian Betawi bersama grup lenong Betawi yang dibina oleh Almh. Mpok Nori, Sinar Norray dan juga seniman yang terkenal melalui Si Doel Anak Sekolahan, Mandra.
“Melalui pertunjukan ini, kami ingin menghadirkan kekayaan budaya dan sejarah Jakarta kepada masyarakat luas, untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga dan merayakan warisan budaya kita. Dikemas dengan balutan komedi, semoga para penikmat seni yang hadir pada sore hari ini dapat terhibur, mendapatkan wawasan baru serta merasakan kemeriahan HUT Jakarta bersama para seniman yang memiliki darah Betawi yaitu Sinar Norray dan Mandra. Selamat ulang tahun kota Jakarta!” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Selama kurang lebih 60 menit, penikmat seni dihibur dengan cerita lucu dan cerdas tentang Gede Boong yang penuh dengan permainan kata-kata dan situasi komedi khas Betawi. Pertunjukan dibuka dengan tarian Betawi yang dengan diiringi oleh musik serta nyanyian Betawi.
Pertunjukan Seribu Akal Si Gede Boong merupakan sebuah komedi (bodoran) yang mengisahkan petualangan kocak dari anak Betawi dengan cerita-cerita bohongnya yang mengundang tawa dan pelajaran berharga.
Dengan penampilan khusus dari komedian dan artis Betawi, acara ini menawarkan humor segar dan situasi komedi yang khas, diiringi oleh musik dan tarian tradisional Betawi. Cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan penonton pada kekayaan budaya Betawi melalui cerita dan pertunjukan yang penuh warna.
“Melalui kombinasi musik, tarian dan bodoran Betawi, kami ingin menghibur sambil memperkenalkan kekayaan budaya Betawi kepada masyarakat, terutama generasi muda tepat di momen ulang tahun Jakarta. Selain menghibur, pertunjukan ini juga untuk memupuk rasa bangga dan kecintaan terhadap budaya Betawi yang kaya akan sejarah dan tradisi,” imbuh Mpok Engkar selaku pemimpin Sinar Norray.
Mpok Engkar yang juga berperan sebagai “Emak” dalam pertunjukan Seribu Akal si Gede Boong menyampaikan pesan moral di balik pertunjukan tersebut adalah ingin mengajarkan anak-anak muda Indonesia untuk jujur. “Kami ingin menyampaikan pesan agar anak-anak muda jangan berbohong, tetapi kebiasaan jujur itu harus diawali dari orangtuanya terlebih dahulu. Orangtua harus memberi contoh, kalau orangtuanya terbiasa berbohong, anak pun nanti bisa ikut meniru,” ujarnya.
Penampilan istimewa Mandra memberikan warna tersendiri. Lelucon-lelucon dengan dialek khas Betawi membuat penikmat seni yang menonton tertawa dan terhibur. Penampilan Mpok Engkar dan para pemain lain juga patut diapresiasi. Dialog-dialog spontan yang mereka ucapkan sangat segar dan mampu membuat penonton terpingkal-pingkal.
“Ini pertama kalinya gue tampil di sini, siap ngibur kalian semua sambil ngenalin budaya Betawi. Selain bikin ketawa, ada pesan dan nilai-nilai budaya Betawi yang gue sisipin di pertunjukan. Semoga penampilan ini bisa diterima dan jadi sajian akhir pekan yang seru dan menghibur, biar perayaan HUT Jakarta makin meriah,” ujar Mandra dengan gaya khasnya.
Untuk diketahui, Sinar Norray (SiNorray) sendiri merupakan gabungan dari kata Sinar dan Norray, nama panggilan panggung (Almh) Ibu Hj. Nori, yang terkenal dengan nama Mpok Nori.
Berdirinya Sanggar Sinar Norray di tahun 1995 berawal dari ketidaksengajaan yang kemudian berlanjut menjadi wadah seni Betawi tradisional. Dipimpin oleh Mpok Nori, Sinar Norray mulai melakukan pementasan Lenong Betawi. Seiring berjalannya waktu, sanggar Sinar Norray mulai menyajikan berbagai pertunjukan kesenian Betawi seperti tari dan musik.
Setelah ditinggal selama-lamanya oleh Mpok Nori, Sinar Norray dipimpin oleh Mpok Engkar Karmilasari yang merupakan putri bungsu dari Mpok Nori. Pada tahun 2015, SiNorray merilis sebuah album yang mengaransemen ulang lagu-lagu gambang kromong Betawi dengan sentuhan tradisi modern.