

Tampil Cantik dan Cinta Alam dengan Produk Lokal yang Ramah Lingkungan

Bagi Moms yang peduli dengan lingkungan, kini tampil menarik tidak harus merusak alam. Dari sabun sereh wangi hingga dompet kulit kayu, produk fashion dan kecantikan lokal kini hadir dengan semangat baru: menjaga bumi sambil memberdayakan masyarakat.
Menurut data PBB, industri fashion menyumbang sekitar 8–10 persen emisi karbon global—lebih besar dari gabungan emisi industri penerbangan dan pelayaran. Namun, kini makin banyak produsen lokal yang memilih jalan berbeda: menciptakan produk yang tidak hanya mempercantik, tapi juga memperbaiki. Yuk, kenalan dengan beberapa produk unik yang bisa jadi pilihan Moms!
Sabun Citronella dari Sigi: Wangi Segar, Ramah Lingkungan
Produk perawatan berbahan dasar sereh wangi (citronella) kini mulai banyak digemari. Salah satunya datang dari Desa Pulu, Sigi, Sulawesi Tengah. Lewat merek Tumbavani, masyarakat mengolah sereh wangi yang mereka tanam sendiri menjadi sabun alami.
“Tanaman sereh wangi dipilih karena masa panennya singkat, hanya empat bulan, jadi bahan bakunya berkelanjutan,” jelas Nedya Sinintha Maulaning, Ketua Gampiri Interaksi Lestari, inkubator bisnis lokal yang membina program ini bersama Mercy Corps Indonesia.

Selain menggunakan bahan alami seperti daun kelor dan minyak sereh, sabun ini diproduksi oleh ibu-ibu dan anak muda desa melalui BUMDes. Proses produksinya juga dilengkapi pelatihan agar kualitas dan keamanan produk tetap terjaga.
Skincare dari Kalbar, Kembali ke Alam
Menggunakan bahan alami seperti tengkawang, kemiri, dan lidah buaya, brand lokal Arcia dari Kalimantan Barat menawarkan produk perawatan kulit bebas bahan kimia. "Kami mengolah bahan lokal yang biasa digunakan masyarakat secara tradisional," jelas pendirinya, Yenni Angreni. Produk ini juga dikemas ramah lingkungan dan praktis dibawa bepergian.
Menariknya, skincare ini juga punya inovasi ramah lingkungan: kemasan daur ulang, sabun dan shampo batangan yang praktis, serta kondisioner tanpa bilas yang hemat air, praktis banget untuk Moms aktif.
Minyak Atsiri dari Hutan Indonesia
Aroma khas hutan Bali bisa Moms temukan di produk Foresta, dari essential oil murni hingga skincare berbasis minyak atsiri seperti sereh wangi dan nilam. Semuanya dibudidayakan lewat sistem agroforestry oleh petani hutan.
“Minyak atsiri ini kami uji kemurniannya di laboratorium, dan semua produk mengikuti standar keamanan nasional maupun internasional,” jelas Eka Maulana Nugraha Putra, Business Director Conservana, produsen Foresta.
Menariknya lagi, semua produk mereka sudah tersertifikasi Wildlife Friendly, artinya aman bagi manusia dan juga bagi hewan serta ekosistem hutan.
Tenun Dayak Iban: Cantik, Penuh Cerita
Tenun ikat khas Dayak Iban dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menyimpan warisan budaya yang dalam. Motif, warna, dan teknik yang digunakan seperti sidan, ikat, hingga pileh amat, semuanya dikerjakan penuh makna.
“Bagi perempuan muda Iban, menenun adalah bagian dari jati diri. Dari tenun, mereka belajar mandiri,” ungkap Hardiyanti, peneliti Mahakarya Tenun.
Warna-warna alaminya kini lebih beragam, dari merah dan cokelat hingga pink dan sage, berasal dari pewarna alami seperti bunga kemunting dan daun putri malu. Semua diambil tanpa merusak alam.
Tas Noken Papua, Tradisi Bertemu Gaya
Tas rajut noken kini tampil makin variatif, tanpa kehilangan keaslian budaya Papua. Dari bentuk tradisional hingga model kekinian, Ki.Basic hadir dengan koleksi unik yang mengangkat cerita lokal.
“Koleksi noken tradisional kami beri nama KBO, sesuai nama aslinya dalam bahasa Namblong. Kami tak ubah bentuk aslinya,” jelas Naomi Waisimon, co-founder Ki.Basic.
Satu tas bisa dibuat dalam satu hingga dua minggu, dirajut dari serat kulit kayu yang kuat dan awet bertahun-tahun. Perawatannya pun mudah, cukup dengan air dan sikat lembut.
Dompet Kulit Kayu dari Sigi: Aksesori dengan Nilai Budaya
Siapa bilang kulit hanya berasal dari hewan? Di Kulawi, Sigi, masyarakat adat mengolah kulit kayu pohon nunu menjadi kain dan aksesori seperti dompet serta tas.
“Kami ingin kulit kayu tak hanya digunakan saat upacara adat, tapi juga jadi komoditas ekonomi,” kata Nedya.
Kulit kayu diambil secara terbatas dan lestari, lalu diolah tradisional dengan cara dipukul menggunakan alat bernama ike. Proses ini memastikan hutan tetap terjaga, sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat adat.
Produk-produk ini bisa jadi inspirasi untuk Moms yang ingin tampil gaya sekaligus mengajarkan anak tentang pentingnya keberlanjutan. Cantik luar dalam, untuk bumi dan keluarga.