Mengajarkan Empati Sejak Dini: Mengapa Membantu Korban Bencana Penting bagi Anak dan Keluarga

Ketika bencana alam terjadi, dampaknya tidak hanya terlihat dari rumah yang rusak atau fasilitas umum yang lumpuh. Bagi keluarga—terutama anak-anak—musibah sering kali meninggalkan trauma, rasa tidak aman, dan kehilangan harapan. Di sinilah peran empati dan kepedulian sosial menjadi sangat penting, bukan hanya untuk membantu pemulihan korban, tetapi juga sebagai pembelajaran nilai kehidupan bagi generasi muda.

Psikolog anak dan pakar parenting kerap menekankan bahwa anak belajar nilai empati bukan dari nasihat semata, melainkan dari contoh nyata yang mereka lihat di sekelilingnya. Saat anak menyaksikan orang dewasa saling membantu di tengah musibah, mereka belajar bahwa kepedulian, gotong royong, dan solidaritas adalah bagian penting dari kehidupan bermasyarakat. Sikap ini membantu anak memahami bahwa di balik kesulitan, selalu ada harapan yang dibangun bersama.

Musibah banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Utara dan Aceh sejak akhir November 2025 menjadi pengingat kuat tentang pentingnya nilai tersebut. Ribuan keluarga terdampak harus menghadapi kehilangan harta benda, keterbatasan akses air bersih, serta terganggunya layanan pendidikan dan kesehatan. Dalam situasi seperti ini, bantuan kemanusiaan tidak hanya bermakna sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga sebagai simbol bahwa mereka tidak sendirian.

Berangkat dari semangat kebersamaan itu, tenaga pemasar, karyawan, dan nasabah Generali Indonesia secara proaktif menggalang bantuan kemanusiaan dan menyalurkannya langsung ke wilayah terdampak, salah satunya di Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Bantuan yang diberikan perusahaan asuransi jiwa tersebut disesuaikan dengan kebutuhan nyata masyarakat, mulai dari bahan makanan dan minuman hingga peralatan pendukung seperti genset, pompa air, bahan bakar, serta perlengkapan dapur umum untuk memastikan akses air bersih dan makanan tetap tersedia.

Kehadiran para relawan dalam penyaluran bantuan ini mencerminkan nilai empati yang dapat diteladani oleh keluarga dan anak-anak. Anak belajar bahwa membantu sesama tidak selalu harus dalam skala besar—tetapi dimulai dari kepekaan melihat kebutuhan orang lain dan kemauan untuk berbagi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 11 Desember 2025 mencatat bahwa rangkaian bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah menyebabkan hampir seribu korban meninggal dunia, ratusan orang hilang, ribuan luka-luka, serta kerusakan ratusan ribu rumah dan fasilitas publik. Kerusakan infrastruktur dan terhambatnya distribusi logistik membuat proses pemulihan menjadi tantangan besar, terutama bagi keluarga dengan anak-anak.

Director & Chief Agency Officer Generali Indonesia, Jutany Japit, menyampaikan bahwa bantuan ini merupakan wujud empati dan komitmen bersama untuk menyalakan kembali harapan masyarakat terdampak. Ia menekankan pentingnya semangat optimisme dan kebersamaan agar masyarakat dapat bangkit secara perlahan dari masa sulit.

Koordinator pengumpulan donasi dari Medan Galaxy, Susana Bachtiar, menambahkan bahwa bantuan difokuskan pada kebutuhan paling mendesak di lapangan. “Tujuannya agar bantuan benar-benar bisa digunakan langsung oleh masyarakat, terutama untuk mendukung dapur umum dan akses air bersih,” jelasnya.

Lebih dari sekadar respons darurat, inisiatif ini juga sejalan dengan program berkelanjutan yang berfokus pada ketahanan keluarga rentan dan kesejahteraan masyarakat. Bagi orang tua, momen seperti ini dapat menjadi pintu masuk untuk berdiskusi dengan anak tentang arti empati, kepedulian sosial, dan pentingnya saling membantu di saat sulit.

Dengan melibatkan berbagai pihak dalam aksi kemanusiaan, diharapkan nilai gotong royong tidak hanya membantu korban bencana hari ini, tetapi juga menumbuhkan generasi yang lebih peduli dan tangguh di masa depan.