

Mengubah Waktu Ngemil Jadi Ruang Emosional dan Bonding antara Orang Tua dan Anak
Bagi banyak orang tua, waktu ngemil sering dianggap hanya sebagai jeda di antara rutinitas anak. Padahal, di balik momen sederhana itu, ada kesempatan berharga untuk membantu anak merasa dicintai dan dihargai.
Menurut Psikolog Anak dan Praktisi Therapeutic Play, Dr. Anastasia Satriyo, momen kecil seperti ngemil justru bisa menjadi jembatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak.
“Anak-anak tumbuh paling kuat saat merasa dilihat, dihargai, dan dicintai dalam keseharian mereka, termasuk di momen yang tampak sepele seperti waktu ngemil,” ujarnya. “Justru di situlah kekuatan parenting reflektif bekerja, ketika rutinitas sederhana berubah menjadi ruang aman untuk membangun hubungan dan jati diri anak,” terang Dr. Anastasia saat ditemui dalam acara peluncuran kemasan spesial Lexus Sandwich x BT21, sebagai bagian dari kampanye bertajuk “That’s a Lexus Moment” yang mengajak orang tua menghadirkan kehangatan emosional di tengah rutinitas keluarga modern di kawasan Melawai, Jakarta (10/10).
Lebih dari sekadar aktivitas makan, momen ngemil juga bisa menjadi latihan kecil untuk kelekatan emosional (bonding). Saat orang tua hadir penuh tanpa distraksi misalnya dengan menatap anak, mendengarkan ceritanya, atau memberikan apresiasi atas hal baik yang ia lakukan maka anak belajar bahwa kehadiran orang tua adalah tempat yang aman untuk berbagi.
Anastasia menegaskan, kehadiran emosional orang tua dalam momen kecil memberi dampak besar bagi tumbuh kembang anak. Saat anak bercerita tentang hal-hal sederhana seperti membantu teman di sekolah, berbagi makanan, atau bahkan mengalami hari yang sulit, maka respon tulus orang tua menjadi bentuk pengakuan diri bagi anak.
“Kalimat sederhana seperti ‘Ibu bangga kamu mau berbagi’ bisa menumbuhkan dua hal penting sekaligus: rasa percaya diri dan empati,” jelasnya.
Dalam praktik therapeutic play, simbol atau aktivitas ringan juga bisa membantu anak mengekspresikan emosi dan mengenali dirinya. Momen ngemil, misalnya, bisa digunakan untuk saling berbagi cerita atau mengajak anak merefleksikan peran positifnya hari itu.
“Ketika anak berkata, ‘Aku bantu teman tadi,’ dan orang tua menjawab dengan tulus, ‘Ibu melihatmu, Nak,’ saat itu hubungan emosional terbentuk. Anak merasa berarti, diterima, dan tumbuh dengan rasa percaya diri,” tambah Anastasia.
Ia menilai pendekatan kampanye tersebut selaras dengan konsep therapeutic play, di mana simbol-simbol kecil bisa menjadi alat komunikasi reflektif antara anak dan orang tua.
Sementara itu, Rachmawati Sutarto, Marketing Director URC Indonesia, menjelaskan bahwa kampanye ini ingin membantu orang tua menemukan makna baru dalam kebersamaan sederhana.
“Kami ingin menginspirasi orang tua agar menemukan makna baru dalam momen kecil seperti ngemil. Dari situ, anak bisa belajar mengenali dan merayakan peran positifnya. Koleksi kartu karakter BT21, yang hadir dalam kemasan biskuit juga dirancang sebagai media refleksi ringan untuk memperkuat interaksi positif orangtua dan anak, di mana kartu permainan itu mengajak anak mengenali dirinya lewat peran-peran positif yang mereka jalani setiap hari,” ujarnya.
Sebagai bagian dari inisiatif ini, mereka juga menghadirkan talkshow parenting bersama Dr. Anastasia, jurnal aktivitas keluarga, dan voucher konsultasi psikolog gratis bagi keluarga terpilih agar pesan kampanye tak berhenti di ajakan, tapi benar-benar bisa diterapkan di rumah.
Lewat pendekatan seperti ini, waktu ngemil bukan lagi sekadar jeda untuk mengisi perut, melainkan kesempatan untuk mengisi hati yakni: menciptakan ruang aman, penuh cinta, dan berarti bagi tumbuh kembang si kecil.