Menjahit Optimisme Lintas Generasi Menuju Indonesia Emas 2045
Dunia saat ini berubah sangat cepat karena teknologi (disrupsi digital) dan masalah global yang rumit.
Dulu, tantangan utama adalah kekurangan informasi. Sekarang, masalahnya justru kebanyakan informasi yang membuat kita sulit memilah mana yang benar.
Ya, di tengah gelombang informasi yang tak terbendung, masa depan Indonesia sering kali menjadi subjek keraguan. Terbukti dengan sempat munculnya tagar Generasi Cemas.
Namun, sebuah diskusi panjang yang diinisiasi oleh Indonesian International Education Foundation (IIEF) melalui rangkaian seminar dan lokakarya (Semiloka) 2023, justru melahirkan rajutan optimisme yang tertuang dalam buku: "Generasi Emas 2045: Apa yang Membuat Kita Berbeda?”.
Diskusi ini bukanlah obrolan biasa. Sebagaimana disampaikan oleh Diana Kartika, Direktur IIEF, saat konferensi pers Rabu (10/12/2025) di Jakarta.
"Diskusi panjang tersebut menjadi "seru" karena mempertemukan lintas generasi, dari Boomers, Gen X, Milenial, hingga Gen Z, serta lintas sektor, mulai dari akademisi, korporat, penggiat pendidikan, pemimpin muda hingga penulis dan aktivis," tutur Diana.
Salah satu benang merah yang muncul adalah pergeseran tantangan mendasar di setiap era. Jika generasi terdahulu, seperti yang diceritakan Diana, berjuang karena kekurangan informasi, kini Gen Z dan Milenial menghadapi masalah sebaliknya: kebanyakan informasi.
"Kalau zaman dulu mendapatkan informasi itu sangat susah, tapi di saat sekarang dengan informasi yang terlalu banyak dan segitu cepat yang kita dapatkan, itu menjadi tantangan juga bagi kita untuk bisa memverifikasi apakah ini benar atau enggak," dukung Aji Putera Tanumihardja, Perwakilan Gen Z serta kontributor Buku yang turut hadir.
Kompleksitas tantangan semakin beragam, meliputi isu perkembangan digital, perubahan iklim, hingga globalisasi yang membuat arus budaya dan informasi begitu cepat.
Diskusi bahkan menyentuh topik sensitif seperti Childfree, menunjukkan betapa majunya pola pikir generasi muda dalam menentukan konsep hidup.
Meskipun tantangan berbeda, kesamaan pandangan muncul, yaitu: cinta terhadap negara.
Aji, yang juga mewakili suara generasi muda, menjelaskan bahwa kritik yang belakangan sering muncul di media sosial, seperti tagar tentang reformasi, adalah wujud kepedulian.
"Saya rasa itu adalah salah satu tanda bagi generasi kita untuk menunjukkan bahwa ada loh suatu masalah, ada loh suatu hal yang perlu dikritik, ada loh suatu hal yang perlu diperbaiki biar negara ini baik," tegasnya.
Poin pentingnya, generasi muda tidak menutup diri. Mereka tetap mencari 'wisdom' atau kearifan dari generasi sebelumnya, mencoba melihat perspektif yang berbeda, lalu mengadaptasi dan mengaplikasikannya dengan kondisi kekinian. Sinergi lintas generasi inilah yang menjadi fondasi buku tersebut.
Buku "Generasi Emas 2045" tidak hanya memetakan kesulitan, tetapi juga menyoroti keunggulan khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki banyak negara, seperti:
- Kemampuan adaptasi karena keberagaman budaya.
- Daya lenting dan ketangguhan menghadapi perubahan.
- Semangat gotong royong dan sensitivitas sosial.
Menurut Diana, tantangan ke depan akan jauh lebih challenging dan rumit dibandingkan era sebelumnya, terutama dengan tekanan dari dunia digital.
"Oleh karena itu, generasi masa depan memerlukan kualitas sisi atau sikap yang lebih kuat: adaptif, tangguh, dan luwes dalam menghadapi situasi," tandas Diana.
Dalam Siaran Pers yang menyertai peluncuran, juga ditekankan bahwa modal sosial tersebut harus diperkuat dengan pembaruan besar dalam pendidikan dan peningkatan karakter bangsa, seperti integritas, kegigihan, kepemimpinan, dan kemampuan berpikir kritis.
Salah satu rekomendasi strategis yang diusung adalah reformasi program magang nasional. Tujuannya agar mahasiswa tidak hanya menguasai teori, melainkan mengalami langsung realitas kerja, menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia profesional.
Dr. Bahrul Fuad, M.A., Komisioner Komnas Perempuan dan salah satu kontributor, mengungkapkan, “Hadirnya buku ini diharapkan menjadi jendela baru bagi para pembaca, membuka sudut pandang yang lebih jernih bahwa masa depan Indonesia dapat ditapaki dengan harapan dan optimisme.”
Masa depan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 bisa kita raih dengan penuh optimisme, asalkan semua pihak yaitu; pemerintah, sekolah, perusahaan, dan masyarakat, mau bekerja sama dan bersinergi lintas generasi.