Pentingnya Menabung dan Investasi di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian semakin menuntut masyarakat untuk lebih cermat dalam mengelola keuangan. Hal ini terungkap dalam sesi diskusi bersama UOB Indonesia di acara Like It! 2024 yang diselenggarakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan di Atrium Gandaria City Mall Jakarta Selatan, pada Jumat 8 November 2024.
ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja bersama Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret memberikan pandangan mendalam mengenai pentingnya menabung, perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia, dan strategi investasi yang aman.
Enrico menyatakan bahwa inflasi dan ketidakpastian ekonomi global mendorong masyarakat untuk mengutamakan tabungan sebagai langkah perlindungan terhadap risiko ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.
"Ketika harga barang dan jasa meningkat, daya beli masyarakat menurun. Hal ini memicu banyak orang untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk mengantisipasi masa depan yang tidak pasti," ujarnya.
Selain inflasi, ancaman kehilangan pekerjaan juga membuat sebagian besar masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran dan meningkatkan tabungan sebagai cadangan darurat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan respons umum terhadap ketidakpastian ekonomi global yang meluas.
Di sisi lain, Enrico menyoroti pola konsumsi di kalangan generasi muda Indonesia yang cenderung mengarah pada gaya hidup konsumtif. Menurutnya, konsumsi terhadap barang-barang non-esensial mengalami peningkatan yang cukup signifikan. "Kita melihat semakin banyak pengeluaran untuk barang-barang gaya hidup seperti skincare, perjalanan, dan makanan yang fotogenik," kata Enrico.
Enrico menguraikan bahwa ada empat kategori konsumsi populer di kalangan milenial, yaitu sun (liburan dan perjalanan), skin (produk perawatan kulit), screen (gadget dan perangkat elektronik), dan sugar (makanan dan minuman manis).
Peningkatan konsumsi barang-barang gaya hidup ini, menurutnya, mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bisa berdampak negatif jika mengurangi proporsi tabungan. Masyarakat pun diminta tetap waspada agar konsumsi tidak mengurangi cadangan untuk masa depan.
Ia menambahkan bahwa generasi muda perlu mengurangi konsumsi yang berlebihan dan lebih fokus pada peningkatan aset. Jika tren gaya hidup konsumtif terus berlanjut tanpa perhatian terhadap stabilitas keuangan, risiko finansial di masa depan akan semakin besar.
Kekhawatiran Finansial Mendominasi Masyarakat Indonesia
Berdasarkan survei yang dilakukan Perusahaan, kekhawatiran finansial memang menjadi salah satu hal utama yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Sebanyak 76% responden di Indonesia merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka. Kekhawatiran ini bukan hanya terkait aspek finansial, tetapi juga meluas ke ketidakpastian dalam dunia pekerjaan. Tercatat, 61% responden merasa cemas dengan masa depan pekerjaan mereka.
Vera Margaret menyebutkan bahwa 49% masyarakat merasa ragu terhadap kemampuan mereka untuk menabung. "Banyak yang ingin menabung, tetapi ada ketidakpastian apakah mereka bisa melakukannya secara konsisten," ungkapnya.
Selain itu, 40% responden menyatakan kekhawatiran bahwa mereka tidak akan dapat menyisihkan uang untuk investasi, sementara 35% lainnya merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi diri sendiri maupun keluarga.
Survei ini juga mengungkapkan lima kategori pengeluaran utama di kalangan masyarakat Indonesia. Prioritas utama adalah pendidikan, disusul oleh kebutuhan rumah tangga seperti tagihan listrik, air, dan telepon. "Investasi pada produk kecantikan juga cukup besar, terutama karena perawatan kulit kini menjadi tren tersendiri di kalangan perempuan," ujar Vera.
Konsumsi makanan melalui layanan antar online pun menjadi pengeluaran yang signifikan, seiring dengan meningkatnya popularitas layanan tersebut di era digital.
Berdasarkan survei ini, 27% responden mengaku telah meningkatkan pengeluaran mereka dibandingkan tahun sebelumnya, sementara 30 persen lainnya berupaya mengurangi pengeluaran mereka, dan sisanya memilih untuk mempertahankan pengeluaran pada tingkat yang sama.
Meski ada kekhawatiran finansial yang mendalam, survei ini juga menunjukkan bahwa keinginan untuk menabung tetap tinggi di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi Gen Z. Sebanyak 36% responden menyatakan minat untuk menambah jumlah uang yang ditabung, dengan kelompok Gen Z menjadi yang paling antusias dalam hal menabung.
"Gen Z adalah kelompok yang menunjukkan kesadaran finansial paling tinggi dalam hal tabungan dan pengurangan pengeluaran yang tidak perlu," ungkap Vera.
Fakta ini mencerminkan optimisme dan kesadaran finansial yang semakin meningkat di kalangan generasi muda Indonesia, yang tampaknya semakin sadar akan pentingnya menjaga stabilitas keuangan di masa depan.
Berdasarkan survei, sebanyak 91% responden di Indonesia mulai menyisihkan sebagian pendapatan mereka untuk dana darurat, meskipun hanya 20% yang memiliki dana darurat cukup untuk bertahan selama enam bulan ke depan.
Vera menjelaskan bahwa idealnya, dana darurat setidaknya mencakup enam bulan pengeluaran bulanan untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau masalah medis. Namun, kenyataannya, sebagian besar masyarakat hanya memiliki dana darurat untuk satu atau dua bulan.
Untuk membantu masyarakat dalam mengelola keuangan, Vera membagikan panduan alokasi pengeluaran ideal. Sebanyak 70-85% pendapatan sebaiknya dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti tagihan dan cicilan minimum. Selain itu, 10-20% pendapatan dapat digunakan untuk tabungan atau investasi, sedangkan 5-10% lainnya bisa dialokasikan untuk kepentingan pribadi.
"Alokasi untuk kepentingan pribadi penting sebagai bentuk penghargaan atas hasil kerja keras kita, tetapi harus proporsional agar tidak merugikan keuangan," katanya.
Sebagai lembaga keuangan, mereka berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Vera menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama mereka adalah membantu masyarakat dalam perencanaan dan alokasi keuangan yang bijak, terutama dalam hal tabungan dan dana darurat.
"Melalui pemahaman terhadap pola pengeluaran masyarakat, kami berusaha memberikan edukasi yang tepat mengenai pentingnya tabungan dan investasi jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi situasi finansial tak terduga dan mencapai stabilitas keuangan yang lebih baik," tutup Vera.