

Pentingnya Perencanaan Keluarga: Kunci Sehat dan Sejahtera bagi Ibu dan Anak

Bagi pasangan suami istri, adanya tawa riang si kecil di rumah adalah kebahagiaan tak ternilai. Namun, saat merencanakan hadirnya adik baru bagi si buah hati, kita pasti ingin memastikan waktu yang paling tepat agar cinta, perhatian, dan kesiapan finansial bisa terbagi sempurna.
Di sinilah pentingnya perencanaan keluarga (family planning). Ya, perencanaan kehamilan yang matang adalah investasi terbaik bagi kesehatan diri para ibu serta memengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas hidup keluarga secara keseluruhan.
Mengapa perencanaan keluarga ini begitu krusial? Diuraikan oleh dr. Olivia Oktaviani, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSU Bunda, perencanaan kehamilan merupakan fondasi utama bagi kebahagiaan dan kesehatan keluarga. “Perencanaan keluarga adalah upaya pasangan atau individu untuk mengatur jarak kehamilan, jumlah anak, dan waktu yang tepat memiliki anak lagi sesuai kondisi kesehatan, mental, sosial, dan ekonomi. Perencanaan kehamilan sangatlah penting bagi pasangan suami istri karena menyangkut kesehatan, kesiapan, dan masa depan keluarga,” terang dr. Olivia saat ditemui dalam talkshow edukasi kesehatan bertema Healthy Beginnings, Happy Futures dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia atau World Contraception Day (WCD) 2025 yang digelar oleh Kalbe melalui PT Hexpharm Jaya Laboratories bersama komunitas ShePlans di Jakarta (4/10).
Ia menegaskan, ketika kehamilan tidak direncanakan dengan baik, risiko kesehatan yang mungkin terjadi sangat besar, dan berdampak langsung pada kualitas hidup ibu dan anak. “Tanpa perencanaan keluarga yang baik, banyak perempuan berisiko mengalami penyakit seperti kanker serviks (kanker mulut rahim) atau kanker endometrium, serta masalah kehamilan seperti bayi prematur atau kurangnya perhatian orang tua,” ujar dr. Olivia.
Idealnya, katanya, jarak antar kehamilan adalah minimal 24 bulan (dua tahun) setelah persalinan sebelumnya. “Itu adalah standar yang ditetapkan oleh WHO. Karena bila terlalu dekat, rahim tidak punya waktu istirahat, yang bisa menyebabkan ibu berisiko alami persalinan prematur,” imbuh dr. Olivia.
Tak hanya dari sisi ibu saja, mengatur jarak kehamilan juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak pertama. “Selain itu, jika ibu terlalu cepat hamil kembali, anak pertama kehilangan kesempatan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Jadi, selain faktor fisik, ada juga aspek psikologis dan kasih sayang yang terganggu,” tegasnya.
Sayangnya, meski terdengar vital, banyak Moms di Indonesia yang belum sepenuhnya mempraktikkan perencanaan keluarga ini. Berdasarkan data FP2030 (global family planning partnership), hanya sekitar 42 persen perempuan usia reproduktif di Indonesia yang menggunakan kontrasepsi modern. Rendahnya penggunaan kontrasepsi juga menyebabkan 38 persen kehamilan di Indonesia tidak direncanakan dan berisiko meningkatkan angka aborsi tidak aman dan kematian ibu.
“Data global mencatat bahwa hanya sekitar 42% perempuan usia reproduktif yang menggunakan kontrasepsi modern. Ini berarti, hampir 4 dari 10 kehamilan di Indonesia terjadi tanpa direncanakan, sebuah kondisi yang membawa risiko besar. Perencanaan kehamilan dapat mencegah sekitar 30% kematian ibu di negara berkembang,” imbuh dr. Olivia.

Pentingnya Kontrasepsi
Itulah mengapa, kontrasepsi sebagai salah satu alat/metode dalam perencanaan keluarga, sangat penting. Akses terhadap kontrasepsi memiliki peran pula sebagai penyelamat nyawa.
dr. Olivia menjelaskan pengaruh kontrasepsi pada kesehatan ibu, antara lain:
- Mencegah Kehamilan Berisiko Tinggi: Kontrasepsi mencegah kehamilan yang terlalu muda (di bawah 18 tahun), terlalu sering, atau jaraknya terlalu dekat. Kondisi ini sangat meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti perdarahan, anemia, preeklampsia, hingga kematian.
- Memberikan Waktu Pemulihan: Kontrasepsi memberikan jeda waktu yang cukup bagi tubuh ibu untuk pulih sepenuhnya setelah melahirkan sebelum menghadapi kehamilan berikutnya.
“Peran kontrasepsi sangat penting dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. Bagi ibu, kontrasepsi berperan untuk mencegah berbagai risiko kesehatan seperti kanker mulut rahim, penyakit menular seksual, dan perdarahan pascapersalinan akibat kehamilan yang terlalu sering atau terlalu berdekatan. Sementara bagi anak, kontrasepsi membantu menjaga kualitas kasih sayang dan perhatian orang tua, sekaligus mencegah bayi lahir dalam kondisi kurang sehat karena jarak kehamilan yang terlalu dekat,” terangnya panjang lebar.
Lebih lanjut, dr. Olivia menerangkan bahwa kontrasepsi secara umum terbagi menjadi dua kelompok besar yakni Non-hormonal, meliputi: IUD (Spiral), metode kalender, dan sterilisasi (baik pada perempuan maupun laki-laki (seperti vasektomi). Lalu ada pula kontrasepsi Hormonal, meliputi: suntik, pil KB, IUD hormonal dan implan.
Pemilihan metode kontrasepsi, ujar dr. Olivia, sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing perempuan, agar hasilnya efektif serta aman bagi kesehatan tubuh dan mental.
Pil KB Kombinasi
Salah satu metode kontrasepsi modern yang populer dan efektif adalah Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) atau yang Moms kenal sebagai pil KB kombinasi. “Kontrasepsi oral kombinasi mengandung dua hormon: estrogen dan progesteron. Estrogen berfungsi menghambat ovulasi, sementara progesteron mencegah penebalan dinding rahim agar tidak siap menerima sel telur yang dibuahi,” kata dr. Olivia.
Selain mencegah kehamilan, pil KB kombinasi juga menawarkan berbagai manfaat non-kontraseptif yang dapat meningkatkan kualitas hidup karena berfungsi juga sebagai penjaga kesehatan reproduksi perempuan.
“Selain sebagai pencegah kehamilan, pil kombinasi juga bisa berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi dan mengurangi pendarahan berlebihan, mengurangi nyeri haid (dismenore), meringankan gejala premenstrual syndrome (PMS) atau premenstrual dysphoric disorder (PMDD), seperti perubahan suasana hati (mood swing) dan kembung, memperbaiki jerawat terkait hormon dan melindungi diri dari risiko kanker ovarium dan endometrium,” terang dr. Olivia.
Mungkin Moms sering mendengar hal ini, bukankah penggunaan pil KB bisa membuat berat badan naik? Hal ini dibantah oleh dr. Olivia. “Itu sebenarnya mitos lama. Saat ini, pil KB kombinasi sudah dikembangkan dengan formulasi baru yang lebih aman dan nyaman digunakan, tidak lagi memengaruhi berat badan secara signifikan. Memang dulu ada efek retensi cairan yang bisa membuat berat badan tampak naik, tapi sekarang formulasinya sudah disesuaikan agar lebih cocok bagi perempuan Indonesia tanpa efek samping tersebut,” katanya.
Meskipun membawa fungsi non-kontraseptif yang berarti pil KB kombinasi bisa diasup oleh perempuan belum menikah yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi seperti siklus menstruasi tidak teratur atau nyeri haid, dr. Olivia menegaskan bahwa pemakaian pil KB harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. “Memang benar pil KB -baik kombinasi maupun non kombinasi- bisa diberikan untuk mengatasi masalah menstruasi yang tidak teratur, nyeri haid, atau jerawat. Jadi tidak selalu identik dengan tujuan mencegah kehamilan. Namun, bagi perempuan yang belum menikah, umumnya dokter akan melihat penyebabnya apa dan dianjurkan untuk memperbaiki pola hidup sehat terlebih dahulu. Jika dalam waktu 3 bulan misalnya, masalah belum teratasi, baru akan dipertimbangkan untuk memberikan pil KB atau yang lain, tentunya semuanya harus sesuai dengan indikasi medis yang tepat,” jelas dr. Olivia.
dr. Olivia mengatakan bahwa masih banyak perempuan yang belum begitu memahami pengetahuan terkait perencanaan keluarga dan edukasi kontrasepsi. Itulah mengapa ia sangat mengapresiasi edukasi kesehatan ini.
“Melalui kegiatan edukasi ini, kami berharap agar perempuan Indonesia memiliki informasi yang benar terkait kesehatan reproduksi dan dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan adanya edukasi terkait family planning maupun kontrasepsi, semoga bisa meningkatkan kesadaran bahwa kontrasepsi bukan sekadar pilihan medis, melainkan hak fundamental bagi setiap perempuan untuk memiliki kendali atas tubuh dan masa depannya. Kontrasepsi oral kombinasi kami dirancang untuk memberikan pilihan yang lebih personal. Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO bahwa pemilihan kontrasepsi harus individual, mempertimbangkan kondisi medis dan preferensi perempuan,” tutup apt. Renata Andari, S.Farm, Senior Product Manager PT Hexpharm Jaya Laboratories.