ads

Penyakit Gusi: Silent Killer yang Memicu Naiknya Beban Ekonomi Keluarga dan Risiko Penyakit Tidak Menular

Efa Trapulina - Kamis, 18 Desember 2025
Unilever Indonesia angkat fakta ilmiah tentang dampak penyakit gusi pada produktivitas dan kesehatan tubuh di Indonesia Hygiene Forum (IHF) 2025 (Foto: Efa)
Unilever Indonesia angkat fakta ilmiah tentang dampak penyakit gusi pada produktivitas dan kesehatan tubuh di Indonesia Hygiene Forum (IHF) 2025 (Foto: Efa)
A A A

Moms, siapa sangka, penyakit gusi yang sering dianggap sepele ternyata menyimpan bahaya tersembunyi bagi kesehatan keluarga. Bukan hanya soal gigi goyang atau bau mulut saja, tapi penyakit gusi juga bisa memicu berbagai masalah serius yang memengaruhi produktivitas, ekonomi keluarga, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Bahkan, para ahli menyebut penyakit gusi sebagai "silent killer" karena sering datang diam-diam tanpa disadari.

Fakta mencengangkan datang dari WHO yang memperkirakan pada tahun 2050 nanti akan ada 1,5 miliar orang di dunia yang terkena penyakit gusi parah (periodontitis), dan 660 juta di antaranya terancam kehilangan gigi. Di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Vietnam, kasus ini tergolong tinggi.

Bahkan, menurut dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kementerian Kesehatan RI, “Masalah gigi termasuk lima besar penyakit yang ditemukan pada seluruh kelompok usia. Ini menjadi tanda bahwa kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan gusi masih perlu ditingkatkan,” ujar dr. Elvieda dalam Indonesia Hygiene Forum 2025 (IHF 2025) yang digelar oleh Pepsodent dengan topik mengenai risiko penyakit gusi terhadap produktivitas dan kesehatan tubuh secara menyeluruh, Rabu (17/12) di Jakarta.

Dampak penyakit gusi meluas hingga menurunkan produktivitas dan menambah beban ekonomi keluarga. “Banyak orang datang ke dokter gigi ketika penyakit sudah parah dan perawatannya jadi lebih kompleks dan mahal. WHO memperkirakan kerugian produktivitas akibat masalah gigi dan mulut di Indonesia mencapai puluhan triliun rupiah setiap tahun,” jelas drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., Personal Care Community Lead Unilever Indonesia.

Penyakit gusi juga punya hubungan erat dengan penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.  dr. Dicky Levenus Tahapary, Sp.PD-KEMD, Ph.D., Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi, Metabolik, dan Diabetes dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, “Pada diabetes, hubungan dengan penyakit gusi itu dua arah. Diabetes meningkatkan risiko penyakit gusi, sementara infeksi gusi juga membuat kontrol gula darah lebih sulit. Begitu juga dengan penyakit jantung, bakteri dari gusi bisa masuk ke aliran darah dan memicu peradangan di pembuluh darah.”

Indonesia Hygiene Forum 2025

Guru Besar Ilmu Periodonsia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., menambahkan bahwa rendahnya literasi kesehatan mulut, kebiasaan merokok, pola makan tidak sehat, serta keterbatasan tenaga kesehatan gigi menjadi penyebab utama tingginya angka periodontitis di Indonesia. “Penyakit gusi itu sering tidak terasa di awal, tapi saat sudah parah, gigi bisa goyang dan akhirnya tanggal. Kesadaran masyarakat harus dibangun sejak dini,” paparnya.

Lalu, apa yang bisa Moms lakukan untuk mencegah penyakit gusi? Berikut langkah sederhana yang bisa diterapkan di rumah:

  • Gosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride, zinc, dan vitamin E. Produk seperti Pepsodent Gum Expert bisa menjadi pilihan untuk kesehatan gusi.
  • Perhatikan pola makan: kurangi konsumsi gula berlebih dan perbanyak asupan buah, sayur, serta vitamin dan mineral.
  • Hindari merokok, karena berperan besar dalam risiko penyakit gusi.
  • Rutin periksa ke dokter gigi minimal enam bulan sekali.
  • Edukasi anak tentang pentingnya merawat gigi dan gusi sejak dini baik di rumah maupun di sekolah.

Selain menjaga kebiasaan sehat sehari-hari, Indonesia Hygiene Forum (IHF) 2025 juga telah merumuskan sejumlah rekomendasi penting untuk menanggulangi penyakit gigi dan gusi di Indonesia, seperti:

  • Pengumpulan data epidemiologi dan ekonomi untuk mengukur beban penyakit gigi dan mulut.
  • Integrasi strategi kesehatan gigi dan mulut ke dalam kebijakan kesehatan nasional.
  • Pengembangan sistem informasi kesehatan gigi dan mulut yang terintegrasi dan efisien.
  • Pengembangan kurikulum kesehatan gigi dan mulut di sekolah.
  • Kampanye promotif-preventif lintas pihak untuk menggalakkan pencegahan masalah gigi dan mulut.
  • Pelayanan kesehatan terpadu bagi pasien penyakit tidak menular agar kesehatan gigi dan mulut turut terjaga.
  • Program pelatihan dan kualifikasi untuk perawat dan ahli kesehatan gigi guna memperluas tenaga kerja.
  • Edukasi menyikat gigi yang baik dan benar

Berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga medis, dan industri, terus mendorong edukasi dan layanan kesehatan gigi secara luas. Ajakan kolaborasi ini diharapkan bisa membangun kebiasaan menjaga kesehatan gusi sebagai investasi masa depan keluarga. Jadi Moms, jangan remehkan kesehatan gusi. Dengan langkah sederhana, kita bisa melindungi keluarga dari risiko penyakit gusi dan dampak buruknya. Yuk, mulai sekarang jadikan kesehatan gusi sebagai prioritas bersama demi masa depan yang lebih sehat!

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Bukan Sekadar Obat, Literasi Kesehatan Jadi Kunci Inklusivitas Medis di Indonesia
img
Penyakit Gusi: Silent Killer yang Memicu Naiknya Beban Ekonomi Keluarga dan Risiko Penyakit Tidak Menular
img
Rahasia Menjaga Kesehatan Kulit dari Dalam ala Luna Maya dan Cinta Laura
img
Tidak Perih dan Tanpa Drama, Inilah Cara Baru Keluarga Modern Hadapi Luka