Run for Healthy Lungs, Langkah Nyata Lawan Kanker Paru Nomor Dua di Indonesia
Moms, tahu nggak sih kalau penyakit kanker paru-paru itu bahaya banget? Makanya, Yayasan Kanker Indonesia mau ajak kita semua buat ikut acara lari 'Run for Healthy Lungs' tanggal 1 Desember nanti. Selain seru-seruan lari, kita juga bisa cek kesehatan paru-paru kita secara gratis.
Kenapa sih penting banget periksa paru-paru? Soalnya, kalau kita tahu penyakitnya sejak awal, pasti lebih gampang sembuhnya. Nah, kalau kita punya gejala batuk-batuk nggak sembuh, sesak napas, atau badan lemas terus, jangan dibiarin ya. Segera ke dokter untuk diperiksa.
Kenapa sih banyak orang kena kanker paru-paru?
Salah satu penyebabnya itu karena kebiasaan merokok, baik itu rokok biasa atau rokok elektrik. Selain itu, polusi udara juga bisa jadi faktor risiko. Makanya, penting banget buat kita menjaga lingkungan sekitar dan hidup sehat.
Oleh karena itu, dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menekankan pentingnya skrining sebagai upaya meningkatkan peluang kesembuhan kanker paru. Kegiatan pra-skrining untuk masyarakat akan dilaksanakan pada ajang “Run For Healthy Lungs” yang akan digelar pada Minggu, 1 Desember 2024 di Area Pintu 6 Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Ajang ini didukung oleh program “Dedikasi Untuk Negeri” dari Bank Indonesia, mengingat kesehatan masyarakat memengaruhi daya saing dan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, mengatakan, “YKI mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Bank Indonesia dan segenap pihak. Kami mengajak masyarakat berpartisipasi pada ajang lari ini dan melakukan pra-skrining kanker paru sebagai upaya pengendalian faktor risiko kanker paru, mengingat kanker paru menempati urutan nomor dua kejadian kanker di Indonesia.”
Global Observatory on Cancer (GLOBOCAN) tahun 2022 menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 66.271 jumlah kasus baru dan sebanyak 34.339 jumlah kematian akibat kanker paru. Tingginya jumlah kasus dan kematian menandakan pentingnya pengendalian faktor risiko sebagai upaya pencegahan.
Ketua Bidang Ilmiah Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K), yang juga merupakan Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, mengutarakan, “Angka kematian yang tinggi pada kanker paru disebabkan oleh keterlambatan penanganan pada pasien kanker paru. Sebanyak 90 persen dari pasien kanker paru baru datang ke dokter setelah mereka memasuki stadium lanjut.”
Kesadaran masyarakat akan kanker paru perlu ditingkatkan. “Kesembuhan pada pasien kanker bisa mencapai 90 persen jika ditangani sejak dini. Oleh sebab itu, skrining dan deteksi dini kanker paru menjadi sangat penting, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi,” ujar Prof. Elisna di acara konferensi pers pada Selasa, 19 November 2024 di kantor YKI kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pra-Skrining dilaksanakan melalui pengisian Kuesioner Profil Risiko Kanker Paru. “Apabila pra-skrining menunjukkan responden memiliki risiko tinggi, harus dilanjutkan dengan skrining kanker paru dan pemeriksaan medik lebih lanjut," jelas Prof. Elisna.
Sementara itu, edukasi awam tentang kanker paru yang didukung oleh AstraZeneca Indonesia juga akan digelar.
Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia mengatakan,"Kanker paru-paru adalah masalah kesehatan serius dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, dengan sekitar 34.339 kematian setiap tahunnya. Kami senantiasa berkomitmen untuk mengatasi tantangan kanker paru-paru di Indonesia melalui pengobatan inovatif dan akses perawatan yang lebih baik untuk pasien. Dalam Bulan Kesadaran Kanker Paru-Paru ini, kami merasa terhormat untuk melanjutkan kemitraan kami dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk mengedukasi serta mengadvokasi skrining dini dan langkah-langkah pencegahan kanker paru-paru."
Memahami lebih dalam tentang Kanker Paru
Dalam paparannya, Prof. Elisna menjelaskan bahwa kanker paru dapat berasal dari sel epitel saluran napas yang menandakan sebagai kanker paru primer, sementara kanker paru sekunder atau metastasis adalah kanker yang berasal dari organ lain seperti kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon kanker prostat yang menyebar dan tumbuh di paru.
“Tanda dan gejala respirasi akibat efek kanker primer di paru adalah batuk yang tak kunjung sembuh, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Sementara tanda dan gejala karena penyebaran kanker dalam rongga dada adalah nafsu makan menurun, berat badan turun drastis, nyeri menelan, pembengkakan pada wajah dan lengan, suara serak, suara batuk melemah, nyeri dada pleuritik, kelopak mata menurun, pupil mata mengecil, berkurangnya keringat pada wajah, hingga nyeri bahu dan penyusutan otot di bahu dan lengan,” jelas Prof. Elisna.
“Adapun faktor risiko kanker paru diantaranya akibat merokok aktif, perokok pasif, memiliki riwayat merokok, usia diatas 45 tahun, radon, riwayat dalam keluarga, polutan lingkungan dan rumah tangga, dan penyakit paru kronis,” pungkas Prof. Elisna.
Tips untuk mengurangi risiko kanker paru
Selain melakukan pra-skrining dan skrining kanker, Prof. Elisna menghimbau masyarakat untuk mengurangi risiko kanker dengan berhenti merokok; menghindari paparan radon atau gas radioaktif alami yang dapat menumpuk di rumah dan tempat kerja; bahan kimia yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru; memperbaiki pola makan tinggi antioksidan, vitamin dan mineral; melakukan olahraga sedang setidaknya 150 menit setiap minggu, seperti jalan cepat atau bersepeda; membatasi konsumsi alkohol.
“Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan melakukan perubahan gaya hidup, setiap individu dapat membantu mengurangi risiko kanker paru dan mendukung komunitas yang lebih sehat,” tambah Prof. Elisna.