Stroke dan Hipertensi Mulai Menyerang Usia Muda, Gejala Sering Tak Disadari, Yuk Kenali Sebelum Terlambat!
Tanggal 29 Oktober diperingati sebagai Hari Stroke Sedunia. Stroke. Satu kata yang membawa ketakutan karena dampaknya yang mendadak dan melumpuhkan.
Di Indonesia, ancaman ini nyata. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, menjadikannya salah satu masalah kesehatan utama.
Namun, tahukah kalian? Di balik serangan mendadak ini, ada "penjahat yang diam" yang bekerja bertahun-tahun tanpa disadari. Ya, hipertensi (tekanan darah tinggi).
Memahami hubungan erat antara hipertensi, gangguan irama jantung, dan stroke adalah langkah pertama untuk memutus rantai "pembunuh senyap" ini.
Hipertensi: Si "Silent Killer" yang Berbahaya
Hipertensi dijuluki "silent killer" karena sering kali tidak menunjukkan gejala hingga ia merusak organ-organ vital, terutama jantung, ginjal, dan otak. Kerusakan yang paling fatal adalah stroke dan serangan jantung.
Penting untuk diingat: Hipertensi-lah yang merusak ginjal, bukan obatnya.
Berapakah Batas Normal Tekanan Darah?
Banyak dari kita menganggap 120/80 mmHg sebagai patokan normal, namun penting untuk mengetahui bahwa diagnosis hipertensi tidak cukup hanya dari satu kali pengukuran.
Seseorang didiagnosis hipertensi jika tekanan darah sistolik (angka atas) ≥140 mmHg, ATAU tekanan darah diastolik (angka bawah) ≥90 mmHg, ATAU sedang mengonsumsi obat antihipertensi.
Klasifikasi Tekanan Darah (Menurut JNC-VII/WHO):
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120−139 80−89
Hipertensi Stage 1 140−159 90−99
Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
Stroke: Serangan yang Datang Mendadak
Stroke adalah sindrom klinis yang terjadi MENDADAK akibat terganggunya pasokan darah ke otak. Otak, meskipun hanya 2% dari berat tubuh, membutuhkan sekitar 20% sirkulasi darah. Gangguan pada aliran darah ini dapat berupa sumbatan (Stroke Iskemik, 85% kasus) atau pendarahan (Stroke Hemoragik, 15% kasus).
Kenali Tanda Stroke: Bertindak SEGERA
Jika terjadi perubahan kondisi secara mendadak, segera curigai stroke dan lakukan tes sederhana.
Gejala:
Senyum; Senyuman berubah/wajah mencong
Gerak; Lengan/kaki lemas mendadak.
Bicara; Bicara pelo/kacau mendadak.
Waktu/Kebas; Kebas/mati rasa mendadak.
Jika menemukan tanda-tanda ini, SEGERA bawa ke rumah sakit dalam waktu optimal di bawah 4,5 jam untuk mendapatkan penanganan reperfusi (mengembalikan aliran darah).
Inovasi Deteksi Dini: Hubungan Jantung dan Stroke (AFib)
Selain tekanan darah tinggi, masalah irama jantung, khususnya Atrial Fibrilasi (AFib), adalah faktor risiko stroke yang sangat penting. AFib adalah kondisi dimana jantung berdetak tidak teratur atau "dangdutan," menyebabkan darah tidak terpompa sempurna dan berpotensi membentuk bekuan darah (trombus).
Jika bekuan ini terlepas dan menuju otak, ia dapat menyebabkan Stroke Kardioemboli yang seringkali masif. Studi Verdecchia et al. (2018) menegaskan hipertensi merupakan faktor risiko kuat untuk terjadinya AFib.
“Atrial Fibrilasi adalah salah satu gangguan jantung yang sering tidak disadari karena gejalanya bisa ringan. Namun, kondisi ini dapat meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat. Dengan pemantauan rutin, masyarakat dapat mendeteksi perubahan tekanan atau irama jantung lebih awal,” ujar Dr. Zicky Yombana Babeheer, SpN, AIFO-K, DAI FIDN, CPS, neurolog dari RS Brawijaya Saharjo & Mayapada Kuningan.
“Melalui inovasi berbasis teknologi dan edukasi berkelanjutan, kami berkomitmen membantu masyarakat memantau tekanan darah dan mendeteksi potensi gangguan irama jantung seperti AFib dengan lebih mudah dan akurat,” kata Tomoaki Watanabe, Director OMRON Healthcare Indonesia, sejalan dengan visi perusahaan, “Going for ZERO” untuk menuju nol kejadian serangan jantung dan stroke, Rabu (22/10/2025) di Jakarta.
Menambahkan pentingnya deteksi dini, Asep Aji Fatahilah, Pendiri Komunitas KDS Penyintas Stroke berbagi pengalamannya, “Saya tidak pernah menyangka akan mengalami stroke di usia 19 tahun. Saat itu, saya merasa sehat dan tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hingga suatu hari, seorang teman memeriksa tekanan darah saya, dan hasilnya menunjukkan angka yang sangat tinggi—lebih dari 200. Saya menganggapnya sepele, dan tak lama kemudian, serangan stroke pertama pun datang. Peristiwa itu menjadi titik balik dalam hidup saya. Saya menyadari betapa pentingnya mengenali kondisi tubuh sejak dini. Sekarang, saya rutin memeriksa tekanan darah di rumah dan lebih berhati-hati menjaga pola hidup sehat untuk mencegah masalah serius di masa depan.”
Pencegahan: Faktor Risiko yang Dapat Diubah
Stroke bukanlah takdir yang harus diterima. Studi global bahkan menyebutkan bahwa sekitar 90% kasus stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, salah satunya tekanan darah tinggi.
Langkah Pencegahan Kunci
Hipertensi; Kontrol tekanan darah secara teratur.
Gangguan Jantung (AFib); Deteksi dan penanganan irama jantung tidak teratur.
Sindroma Metabolik; Kontrol Kolesterol, Gula Darah, dan Obesitas Sentral.
Gaya Hidup Buruk; Hentikan Merokok/Alkohol, rutin Aktivitas Fisik.
Mendengkur (Sleep Apnea); Segera ditangani karena dapat mengganggu oksigenasi dan tekanan darah.
Pesan kunci dari para ahli adalah pemantauan mandiri yang teratur (pagi dan malam selama seminggu) merupakan langkah sederhana namun krusial dalam mencegah komplikasi serius terkait kesehatan jantung dan otak.
“Kami secara konsisten menjalankan kampanye edukatif yang mendorong masyarakat, khususnya mereka yang berisiko tinggi, untuk rutin memantau tekanan darah di rumah. Pemantauan mandiri yang teratur, menjadi langkah sederhana namun krusial dalam mencegah komplikasi serius terkait kesehatan jantung dan otak. Hal ini sejalan dengan semangat Hari Stroke Sedunia 2025, yang menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini dalam menurunkan angka kejadian stroke di Indonesia,” tandas Fanny Himawan, Marketing Manager PT Omron Healthcare Indonesia.
Melalui deteksi dini dan komitmen pada gaya hidup sehat, kita dapat meminimalkan risiko stroke, penyakit yang mengancam nyawa, di Indonesia.
Saat serangan stroke terjadi, SEGERA bawa pasien ke rumah sakit. JANGAN berikan minuman manis, tusuk jari dengan jarum, atau berikan obat herbal yang tidak jelas. Waktu adalah otak!