

Waspada, Moms! Ternyata, Bayi juga Bisa Kena Stroke. Ini Tanda-Tandanya!

Stroke, yang sering diidentikkan sebagai penyakit orang dewasa atau lansia, ternyata juga dapat menyerang bayi. Kondisi ini, meskipun jarang, merupakan keadaan medis serius yang memerlukan perhatian dan penanganan segera.
Hal itu diungkap oleh Dr. Zicky Yombana Babeheer, SpN, AIFO-K, DAI FIDN, CPS, seorang neurolog pada acara World Stroke Day 2025: Omron’s Call for Early Detection, Rabu 22 Oktober 2025 di Jakarta.
"Jadi, pasien saya yang termuda adalah bayi. Saya pernah di konsultasi, bayi umur 27 hari. 27 hari stroke. Kok bisa? Ternyata ada gangguan pada darahnya. Dan siapapun yang punya otak, ya, punya risiko stroke," cetus Dr. Zicky.
Diakui Dr. Zicky, untuk mengetahui stroke pada bayi memang agak sulit. "Karena kenapa? Kan kalau orang sudah jalan, bisa kelihatan. Tangan, kaki bayi sih bisa tiba-tiba gerak-gerak kanan kiri kanan kiri itu bisa ya, cuma kalau bayi Indonesia kan sering dibedong," ucapnya.
"Jadi agak-agak tricky memang, biasanya kelihatan dari nangisnya, nangisnya dia miring. Nangisnya miring-miring," jelas Dr. Zicky. "Kemudian, apakah bisa dicegah? Tergantung. Kembali lagi, kita gak bicara bayi ini kita jaga agar tidak stroke bagaimana. Gak ada yang kepikiran. Cuma, gimana caranya jantungnya cakep, darahnya gak kental, pembuluh darahnya gak mampet, itu saja. Itu yang paling penting. Karena kalau ini ada masalah, pasti stroke. Tinggal tunggu kapan," urainya.
Sama seperti pada orang dewasa, stroke pada bayi terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terganggu. Gangguan ini bisa berupa:
Stroke Iskemik: Terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah di otak, yang menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Ini adalah jenis stroke yang paling umum pada bayi.
Stroke Hemoragik: Terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak, menyebabkan pendarahan.
Ketika sel-sel otak tidak mendapatkan darah yang cukup, mereka akan mati, yang berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang pada perkembangan neurologis dan fisik bayi.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab stroke pada bayi bisa sangat beragam dan seringkali kompleks. Beberapa faktor risiko utama meliputi:
- Kelainan Jantung Bawaan: Kondisi jantung yang tidak normal dapat memicu terbentuknya gumpalan darah yang kemudian menyumbat pembuluh darah otak.
- Kelainan Pembuluh Darah Otak: Seperti malformasi arteri-vena (AVM), di mana pembuluh darah tidak terbentuk dengan baik dan rentan pecah.
- Kelainan Darah: Kondisi yang menyebabkan darah mudah membeku, seperti kelainan genetik tertentu (misalnya Faktor V Leiden) atau penyakit seperti anemia sel sabit.
- Infeksi Berat: Infeksi parah pada bayi, seperti meningitis atau sepsis.
- Dehidrasi: Kekurangan cairan yang parah dapat menyebabkan darah menjadi kental dan mudah menggumpal.
- Trauma saat Kelahiran: Persalinan yang sulit atau cedera kepala berat saat proses kelahiran.
Gejala Stroke pada Bayi yang Harus Dikenali
Mendeteksi stroke pada bayi baru lahir seringkali sulit karena gejalanya tidak selalu jelas seperti pada orang dewasa dan dapat menyerupai kondisi lain. Namun, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda berikut:
- Kejang: Ini adalah gejala stroke yang paling umum pada bayi baru lahir. Kejang bisa terlihat halus, seperti gerakan wajah berulang (mengisap, mengunyah), gerakan mata yang tidak biasa, atau gerakan mengayuh pada kaki.
- Hipotonia: Tonus otot yang lemah, menyebabkan bayi tampak sangat lemas atau lunglai (lesu).
- Hemiparesis (kelemahan pada satu sisi tubuh): Meskipun seringkali baru terlihat jelas saat bayi bertambah usia, seperti kecenderungan untuk hanya menggunakan satu sisi tubuhnya (misalnya, tangan yang tidak digunakan untuk menggenggam).
- Kesulitan Menyusu: Refleks menghisap yang lemah atau kesulitan menelan.
- Sangat Mengantuk atau Lesu Berlebihan: Bayi tidur lebih lama dari biasanya atau sulit dibangunkan.
- Apnea: Gangguan pernapasan atau jeda dalam pernapasan.
- Ubun-ubun Cekung: Terkadang dikaitkan dengan dehidrasi yang dapat memicu pembekuan darah.
Jika Moms melihat salah satu dari gejala itu, segera cari pertolongan medis darurat.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis stroke pada bayi biasanya dilakukan melalui:
Pemeriksaan Fisik dan Neurologis oleh dokter.
Pencitraan Otak:
Magnetic Resonance Imaging (MRI): Sangat efektif untuk mendeteksi stroke, bahkan pada janin.
Computed Tomography (CT) Scan dan Ultrasonografi (USG) Kepala.
Tes Darah: Untuk mendeteksi kelainan pembekuan darah atau infeksi.
Penanganan stroke pada bayi sangat bergantung pada jenis stroke (iskemik atau hemoragik) dan penyebabnya. Prinsip utama pengobatan adalah:
Dukungan Medis: Memastikan oksigenasi, hidrasi, dan nutrisi yang memadai.
Pengobatan: Pemberian obat-obatan untuk mengencerkan darah (antikoagulan) pada stroke iskemik, meskipun harus hati-hati dan disesuaikan oleh dokter.
Terapi Jangka Panjang: Karena sel-sel otak bayi masih berkembang, intervensi dini seperti fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi wicara sangat penting untuk membantu pemulihan dan meminimalkan dampak jangka panjang.
Pencegahan
Beberapa langkah pencegahan dapat dilakukan, terutama selama masa kehamilan dan pasca melahirkan:
- Perawatan Prenatal yang Tepat: Ibu hamil harus menjaga pola makan sehat, tidak merokok, dan menghindari dehidrasi.
- Skrining Kelainan Darah: Jika ada riwayat keluarga dengan masalah pembekuan darah, lakukan pemeriksaan genetik.
- Mencegah Dehidrasi pada Bayi: Pastikan bayi mendapat asupan cairan yang cukup, terutama pada hari-hari pertama kehidupan.
Meskipun stroke pada bayi dapat menimbulkan kekhawatiran, deteksi dini dan penanganan yang tepat oleh tim medis spesialis (dokter anak dan dokter saraf) dapat memberikan peluang pemulihan yang lebih baik bagi si kecil. Orangtua harus selalu waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter jika menemukan gejala yang mencurigakan.