ads

Ternyata Ini Kunci Sukses Diet, Kisah Febrina Elissa Pangkas 24,5 kg Berat Badan dalam 12 Minggu

Novita Sari - Kamis, 09 Oktober 2025
Ki-ka: dr. Maria Melissa, Anna Yesito Wibowo, Veronica, Febrina Elissa, dan Naomi Tobing. Foto: Novi
Ki-ka: dr. Maria Melissa, Anna Yesito Wibowo, Veronica, Febrina Elissa, dan Naomi Tobing. Foto: Novi
A A A

Menurunkan berat badan, sering kali terasa seperti mendaki gunung—penuh tantangan dan berpotensi kembali turun, alias berat badan naik lagi. 

Namun, bagi sebagian orang, perjalanan ini adalah awal dari transformasi yang bertahan lama. Salah satunya adalah Febrina Elissa, pemenang LIGHTweight Challenge (LWC) 2016 dari LIGHThouse Clinic.

Febrina berhasil memangkas berat badannya hingga 24,5 kg dan, yang paling mengesankan, ia sukses mempertahankannya hingga hari ini, hampir 10 tahun kemudian. 

Kisah suksesnya menjadi bukti nyata bahwa diet yang tepat bukan hanya soal angka di timbangan, tetapi tentang perubahan pola pikir dan perilaku yang berkelanjutan.

Melawan Kebiasaan "Ngemil Stres"

Sebelumnya, berat badan Febrina pernah menyentuh angka 100 kg. Berat badannya yang ekstrem tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari dan traveling tetapi juga memicu masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi. Ia mengaku sempat mencoba berbagai cara diet, namun hasilnya selalu "turun awalnya, tapi gampang untuk naik lagi."

Saat mengikuti program selama 12 minggu, Febrina menghadapi tantangan besar yang ternyata bukan hanya seputar makanan, tetapi juga psikologis.

Tantangan Diet Febrina:

Mengatur Prioritas Konsumsi: Febrina menyadari bahwa ia sering makan tanpa mengerti batas kenyang, yang membuatnya makan secara tidak terukur. Metode diet yang diikutinya mengajarkannya untuk makan saat lapar dan berhenti saat kenyang, bukan hanya sekadar membatasi kalori secara membabi buta.

Mengatasi Kebiasaan "Ngemil Stres": “Dulu itu aku stres kerja atau bosen, bawaannya tuh pengen makan ngemil... nah berarti aku kan harus membatasi,” ungkap Febrina. Ia harus berjuang keras mengganti kebiasaan ngemil yang tak sehat, sebuah tantangan besar karena lidah sudah terbiasa.

Awalnya, progres penurunannya sempat melambat. Namun, ketika melihat kemajuan teman-teman lain, membangkitkan sisi kompetitifnya. Ia pun mulai fokus pada progres dirinya.

Pendekatan Holistik

"Kegagalan diet sering terjadi karena metode yang tidak sesuai kebutuhan personal dan kurangnya pendampingan profesional," ungkap Anna Yesito Wibowo, Chief Marketing Officer LIGHT Group pada Rabu, 8 Oktober 2025 di Jakarta.

Membentuk pola pikir baru dan kebiasaan sehat jangka panjang, lanjut Anna, kunci sukses diet adalah dengan pendekatan holistik, yang menekankan prinsip diet rendah kalori dengan gizi seimbang dan diet personalisasi sesuai kondisi medis dan tipe kepribadian pasien.

Ditambahkan dr. Guadelupe Maria Melissa, Certified Obesity & Weight Management Consultant, kecepatan penurunan berat badan harus berada di rentang yang aman dan sehat.

“Kalau terlalu cepat itu biasanya kalau kita turun lebih dari 20% dari berat badan dalam satu bulan. Tapi kalau kita ngomong terlalu lambat itu biasanya kalau turun kurang dari 10% dalam 3 bulan. Jadi kalau masih di range itu sebenarnya masih oke, tapi memang harus supervisi medis,” jelas dr. Maria. Supervisi ini penting untuk memastikan keseimbangan nutrisi di tubuh dan menghindari malnutrisi atau gangguan metabolisme lainnya.

Jadikan Makanan sebagai Sahabat

Dalam kesempatan ini, Veronica, Nutritionist Program Manager, menekankan pentingnya mengubah cara pandang terhadap makanan.

“Kita enggak perlu takut sama makan, cuman memang kita harus tahu kapan kita harus makan, porsinya seperti apa, makanan apa yang perlu dijaga, yang perlu dihindari. Jadi, jadikan makanan itu sebagai sahabat kita,” kata Veronica. Pendekatan ini memastikan diet bisa sustain dalam jangka waktu lama dan tidak kembali naik (rebound).

Mengatasi Akar Masalah Mental

Kegemukan atau obesitas sering kali terkait dengan masalah psikologis, seperti trauma, kebosanan, atau mekanisme koping (coping mechanism) terhadap stres. Naomi Tobing, Psikolog Klinis, menjelaskan peran penting psikologi dalam keberhasilan diet:

“Ada faktor psikologis lainnya, sebenarnya adalah pasien trauma, pasien yang mereka bolak-balik sudah treatment, sudah diet... biasanya itu akan disarankan ke psikolog untuk kita atasi masalah psikologisnya supaya ketika mereka melakukan diet bisa lebih berhasil. Kita bantu atasi permasalahan mental yang dihadapi pasien,” ujar Naomi. Terapi seperti hipnoterapi atau Cognitive Behaviour Therapy (CBT) digunakan untuk melatih kontrol diri dan mengubah pola pikir.

Melihat tren obesitas yang mengkhawatirkan—diperkirakan mencapai 24% populasi dewasa Indonesia pada akhir 2025, Anna Yesito Wibowo terus memperkuat komitmennya, mengajak masyarakat di Jabodetabek (usia 25-45 tahun) untuk "Diet Bareng" dan menjalani transformasi menyeluruh selama 12 minggu dengan dukungan tim ahli.  

"Yuk, lawan obesitas, kamu tidak sendirian. Keberhasilan itu kan enggak mungkin di metode 1,2,3, tapi kita memang butuhkan kerja sama dari pasien juga untuk ayo kita berjuang bersama. Dan kalau kita sama-sama saling support, tentu hasilnya enggak bohong,” seru Anna.

Proses tidak akan mengkhianati hasil. Dengan bimbingan medis, nutrisi yang tepat, dan dukungan psikologis yang menyeluruh, menjalani hidup sehat dan mencapai berat ideal bukan lagi mimpi yang menakutkan, melainkan perjalanan yang menyenangkan dan berkelanjutan.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Ternyata Ini Kunci Sukses Diet, Kisah Febrina Elissa Pangkas 24,5 kg Berat Badan dalam 12 Minggu
img
Perkuat Perlindungan dari Infeksi Dengue dengan Pemberian Vaksinasi
img
Lebih dari Obat, Kekuatan Dukungan Jangka Panjang untuk Anak Pejuang Kanker
img
Kenapa Kulit Tubuh Juga Butuh Body Serum? Ini Alasannya, Moms!