1 dari 3 Perempuan Berusia 50 Tahun Ke Atas Mengalami Patah Tulang Akibat Osteoporosis
Osteoporosis atau keropos tulang masih menjadi tantangan kesehatan global dengan lebih dari 500 juta orang terdampak di seluruh dunia. International Osteoporosis Foundation (IOF) mencatat, 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 laki-laki berusia 50 tahun ke atas akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Di Indonesia, prevalensinya cukup tinggi, mencapai 23 persen pada perempuan usia 50–70 tahun dan meningkat hingga 53 persen pada usia di atas 70 tahun. Data Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) menunjukkan bahwa lebih dari 41.7 persen masyarakat Indonesia mengalami kepadatan tulang rendah (osteopenia), mencerminkan masih rendahnya kesadaran akan pentingnya pemenuhan asupan kalsium dan vitamin D harian.
Fakta medis menegaskan urgensi pencegahan osteoporosis sejak dini. Menurut Dokter Spesialis Ortopedi dr. Aldico Sapardan Sp.OT. CF., osteoporosis adalah penyakit progresif yang sering tidak terdeteksi hingga terjadi patah tulang. “Osteoporosis sering disebut silent disease karena sering kali didiagnosis hanya setelah penderita mengalami fraktur. Puncak massa tulang tercapai di usia 20–30 tahun, sehingga periode ini menjadi critical window untuk mencegah osteoporosis. Jika dilewatkan, risiko patah tulang di usia lanjut akan jauh lebih besar. Kekurangan kalsium dalam tubuh, akan membuat tubuh mengambil cadangan kalsium dari tulang. Jika terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan penurunan massa tulang dan Osteoporosis,” jelas dr. Aldico yang ditemui saat diskusi sains bertema “The Science Behind: Strong Bones, Preventing Osteoporosis Starts Today” yang diselenggrakan oleh Bayer.
Ia menambahkan, “Selfcare untuk pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak dini seperti beraktivitas dan latihan fisik secara rutin dan teratur, diet seimbang kaya akan kandungan kalsium, menghindari rokok dan minuman beralkohol serta kafein yang berlebihan, mengonsumsi susu dan kacang-kacangan, cukup paparan sinar matahari sebelum pukul 9 pagi, dan jika diperlukan mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium dan vitamin D”.
Dampak osteoporosis tidak hanya terasa secara kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Patah tulang akibat osteoporosis sering menyebabkan penyintasnya kehilangan kemandirian. Sebanyak 40 persen penyintas tidak lagi mampu berjalan sendiri, dan 60 persen masih membutuhkan bantuan setahun setelah mengalami patah tulang panggul.
Melihat seriusnya dampak tersebut, Ade Rai, Fitness Practitioner menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan tulang secara mandiri. “Banyak orang berfokus pada olahraga kardio untuk menjaga kesehatan, tetapi sering melupakan latihan penguatan tulang. Padahal, tulang yang sehat menopang otot, menjaga keseimbangan, dan menyimpan mineral penting. Penerapan gaya hidup aktif, olahraga teratur, serta pemenuhan nutrisi seperti kalsium dan vitamin, merupakan bentuk selfcare yang paling mungkin dilakukan,” ujar Ade.