ads

Anak Batuk Terus? Mungkin Bukan Hanya Karena Udara, tapi Juga Pakaian

Efa Trapulina - Selasa, 21 Oktober 2025
Acara edutalk “DETOXPERIENCE #DetoxPakaianmu” yang diadakan di Anjungan Sarinah Jakarta Pusat mengedukasi masyarakat bahwa polusi udara tak hanya bisa terhirup dan masuk ke paru-paru, namun juga menempel di kulit dan pakaian (Foto: Ist)
Acara edutalk “DETOXPERIENCE #DetoxPakaianmu” yang diadakan di Anjungan Sarinah Jakarta Pusat mengedukasi masyarakat bahwa polusi udara tak hanya bisa terhirup dan masuk ke paru-paru, namun juga menempel di kulit dan pakaian (Foto: Ist)
A A A

Moms, pernah merasa heran dan bertanya-tanya kenapa anak tetap batuk-batuk? Moms mengira itu karena faktor udara, namun si kecil sudah jarang keluar rumah. Kondisi rumah pun Moms yakin bukan merupakan masalah karena sering dibersihkan. Coba cek gantungan di kamar. Apakah Moms dan Dads punya kebiasaan menggantung jaket atau baju sehabis bepergian karena menganggap hanya dipakai sebentar dan ‘masih bersih’? Tanpa kita sadari, kebiasaan yang terlihat sepele itu bisa jadi merupakan salah satu penyebab paparan polusi yang tak kita sangka.

Polusi udara bukan hal aneh di kota besar. Bahkan, meski pahit untuk disebutkan, polusi udara sudah jadi bagian dari keseharian keluarga urban. Entah saat kita dalam perjalanan menjemput anak sekolah, belanja harian, atau sekadar jalan sore, partikel debu mikro yang tak kasat mata diam-diam menempel di kulit dan pakaian.

Menurut data WHO (2023), Indonesia pernah masuk dalam 10 besar negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Laporan Nafas Indonesia (2024) bahkan menunjukkan kawasan Jabodetabek, Bandung Raya, Semarang dan Surabaya sebagai kawasan dengan kualitas udara terburuk.

Berdasarkan laporan Nafas Buka Data (Mei–Juni 2025), rata-rata konsentrasi bulanan PM2.5 di Indonesia pada Juni 2025 mencapai 32,3 µg/m³. Angka ini enam kali lipat di atas batas aman WHO (5 µg/m³) dan lebih dari dua kali ambang batas nasional (15 µg/m³).

PM2.5 merujuk pada partikel polusi udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikrometer, atau 36 kali lebih kecil dari sebutir pasir. Partikel berukuran halus tersebut sangat mudah terhirup dan masuk ke paru-paru, bahkan menempel pada kulit dan pakaian.

Nah, partikel halus yang menempel di pakaian itu bisa menjadi pencetus anak sering batuk. Mengapa? Saat orang dewasa pulang membawa partikel halus di baju, partikel itu bisa lepas lagi ke udara rumah dan terhirup oleh anak yang sistem pernapasannya masih sensitif. Jadi meski anak tidak keluar rumah, ia tetap bisa “menghirup polusi” dari pakaian orang tuanya sendiri.

“PM2.5 itu sangat kecil, ukurannya 2,5 mikron, sekitar 30 kali lebih kecil dari diameter sehelai rambut. Dia bisa masuk ke paru-paru dan menembus aliran darah, meningkatkan risiko gangguan kesehatan,” jelas Dinda Shabrina, Research & Collaboration Manager NAFAS Foundation, sebuah inisiatif nirlaba Nafas Indonesia yang berfokus pada kualitas udara melalui misi sosial, edukasi, dan riset.

“Karena bentuknya partikel, dia bisa menempel di kulit dan pakaian, memperpanjang paparan bahkan setelah kita meninggalkan area berpolusi,” lanjut Dinda dalam acara konferensi pers peluncuran detergen berteknologi detoksifikasi pakaian, SoKlin Liquid Nature Fresh Detox di Anjungan Sarinah, Jakarta (17/10).

(ki-ka) Sinda Shabrina, dr. Nadia
(ki-ka) Sinda Shabrina, dr. Nadia Alaydrus dan Joanna Elizabeth Samuel 

Pada kesempatan yang sama, dr. Nadia Alaydrus, content creator sekaligus dokter kecantikan dan kesehatan kulit yang juga hadir, menyebutkan bahwa bagi anak-anak yang paru-parunya masih berkembang, risiko ini bisa berlipat ganda. Tak heran, kasus batuk berkepanjangan, alergi, hingga kulit iritasi sering muncul tanpa sebab jelas.

Sebagian besar orang mungkin sudah mulai sadar pentingnya memakai masker atau air purifier, tapi jarang yang menyadari bahwa pakaian pun bisa jadi pembawa polusi.

Kebiasaan kecil seperti menggantung pakaian habis bepergian karena ‘masih bersih’, atau memakainya kembali keesokan hari tanpa dicuci, ternyata memperpanjang paparan polutan.

“Aku sering lihat nih, terutama para suami, suka gantung baju di belakang pintu,” kata dr. Nadia. “Padahal baju itu sudah menyerap debu, asap, bakteri, dan partikel halus dari luar. Kalau digantung lama-lama di kamar, polutannya bisa berpindah ke udara atau ke kulit kita lagi,” katanya.

dr. Nadia menambahkan, dampak polusi bukan hanya ke paru-paru, tapi juga bisa mempercepat penuaan kulit, memicu alergi, dan membuat kulit kusam. “Jadi jangan cuma detox wajah dan tubuh, tapi detox juga pakaian yang kita pakai setiap hari,” terangnya.

Dalam konteks polusi, detox pakaian di sini berarti menyadari bahwa partikel udara bisa ikut menumpuk di rumah dan pakaian perlu dibersihkan secara menyeluruh.

Labih jauh, dr. Nadia menyoroti pentingnya peran antioksidan, yakni senyawa yang mampu menetralkan radikal bebas akibat polusi. “Green tea termasuk salah satu sumber antioksidan terbaik,” katanya. “Selain dikonsumsi, kini manfaat green tea juga bisa dirasakan lewat perawatan pakaian. Karena partikel mikropolutan yang menempel di baju bisa dibersihkan dengan bahan alami kaya antioksidan seperti green tea extract,” terang dr. Nadia.

Tak lupa dr. Nadia mengingatkan bahwa anak-anak dan bayi jauh lebih rentan terhadap polusi. “Kalau baju yang kita pakai ke luar rumah langsung dipeluk anak tanpa dicuci, itu bisa jadi jalur paparan. Jadi mencuci pakaian setelah dipakai keluar bukan cuma soal kebersihan, tapi bentuk kasih sayang buat keluarga.”

Joanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care Category WINGS Group Indonesia, mengatakan bahwa inovasi teknologi pembersih pakaian dengan ekstrak alami seperti green tea bukan hanya soal mencuci lebih bersih, tapi juga membantu menetralkan efek polusi. “Paparan partikel mikro dari polusi udara ternyata nggak cuma berdampak pada kesehatan fisik, tapi juga pada pakaian. Detoksifikasi menjadi penting untuk meminimalkan dampak polusi yang sehari-hari nggak kita sadari,” ujarnya.

Untuk itu, ada beberapa tips yang Moms dan Dads bisa terapkan di rumah untuk mengurangi risiko paparan polusi udara:

  • Tidak menggantung baju habis bepergian, langsung cuci atau pisahkan di area khusus. Cuci pakaian dengan cara yang benar agar partikel mikro tidak tertinggal di serat kain.
  • Rajin membersihkan permukaan rumah yang sering terpapar udara luar.
  • Menggunakan masker saat polusi tinggi dan rutin mengecek indeks kualitas udara lewat aplikasi.
Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Bentuk Regenerasi Dunia Reli Indonesia Sejak Dini, Rifat Sungkar Ajak Putranya Jadi Navigator
img
Anak Batuk Terus? Mungkin Bukan Hanya Karena Udara, tapi Juga Pakaian
img
Asah Bakat Anak Lewat Kompetisi: Merangkai Percaya Diri dan Ekspresi di Kidsversity 2025
img
Di-bully Karena Kulit Gelap, Mahasiswi Psikologi Ini Balas Dendam dengan Omzet Ratusan Juta