Anak SD Kurang Gizi, 3 Kali Lebih Berisiko Working Memory Rendah

Dwi Retno - Rabu, 23 Oktober 2024
Anak dengan kondisi kurang zat besi, kurang energi, dan perawakan pendek karena kurang gizi berisiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik (Foto : Ist)
Anak dengan kondisi kurang zat besi, kurang energi, dan perawakan pendek karena kurang gizi berisiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik (Foto : Ist)
A A A

Working memory (memori kerja) adalah sistem kognitif yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan dan memproses informasi dalam waktu singkat. Memori kerja sangat penting untuk kegiatan sehari-hari yang melibatkan pemecahan masalah, belajar, dan pengambilan keputusan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) pada 500 Anak Sekolah Dasar di Jakarta menemukan bahwa anak-anak sekolah dasar yang kekurangan zat besi dan berisiko mengalami anemia, kekurangan energi, dan memiliki perawakan pendek terbukti berisiko gangguan kemampuan belajar.

Penelitian yang dipimpin langsung oleh Direktur Eksekutif FKI, Prof. Nila F Moeloek dan Koordinator Riset dan Kajian FKI Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menyimpulkan bahwa anak dengan kondisi kurang zat besi, kurang energi, dan perawakan pendek karena kurang gizi berisiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi untuk mengalami gangguan memori kerja (working memory) dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki status gizi baik.

Menurut Prof Nila, “Temuan ini merupakan peringatan keras terhadap masa depan kesehatan dan pendidikan di Indonesia. Karena working memory adalah indikator sangat penting untuk keberhasilan belajar anak di sekolah. Working memory itu dibutuhkan agar anak bisa mengikuti instruksi guru, fokus pada tugas pelajaran, bahkan untuk menghafal dan menginterpretasikan informasi jangka pendek. Nah kalau skor working memory-nya rendah maka proses dasar otak untuk belajar selama sekolah tidak akan berjalan dengan baik,” ungkap Menteri Kesehatan RI 2014-2019 ini.

Sementara menurut dokter Ray, “Penelitian ini membuktikan bahwa fakta adanya kondisi kurang gizi, dan anemia defisiensi besi pada anak SD ini bisa mengancam prestasi akademik murid sekolah dasar dikemudian hari, apabila ini terjadi pada jumlah anak yang lebih banyak. Dari evaluasi kami juga ditemukan bahwa murid sekolah dasar kelas 3 hingga 5 di Jakarta hampir 30 persen anak yang anemia mengalami gangguan memori kerja. Gangguan ini secara langsung berdampak pada kemampuan mereka untuk konsentrasi, memproses dan menyimpan informasi saat belajar,” ungkap pendiri Health Collaborative Center ini.

Lebih dari 19 persen anak-anak dalam studi ini juga terbukti mengalami anemia, yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prof Nila dan dokter Ray menjelaskan, “Ironisnya, anemia bukan hanya masalah kesehatan fisik tetapi juga sangat memengaruhi kemampuan kognitif anak-anak. Anak-anak dengan anemia memiliki skor memori kerja yang jauh lebih rendah, bahkan berdampak klinis yang sangat nyata. Anemia kurang besi secara langsung membatasi kemampuan anak untuk menyerap informasi, berpikir logis, dan berpartisipasi aktif di kelas,” ujar kedua inisiator FKI ini.

Lebih lanjut, Prof Nila menegaskan, penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi makro adalah penyebab mayor dari masalah ini. Sebanyak 28 persen anak-anak memiliki asupan energi yang tidak mencukupi, dan lebih dari 63 persen anak kekurangan karbohidrat. “Ini adalah fakta yang bisa dihubungkan secara medis bahwa anak-anak SD banyak yang tidak cukup makan, sehingga asupan gizi terutama gizi makro menjadi tidak cukup. Padahal asupan gizi makro ini penting sekali karena langsung dipakai tubuh dan otak sebagai energi untuk aktivitas, berpikir, bermain, dan belajar, jadi kalau memang tidak cukup makan energinya juga tidak tersedia untuk belajar dan bermain di sekolah,” tegasnya.

Jika gangguan memori kerja ini tidak segera ditangani, dampaknya pada kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin besar. Anak-anak yang memiliki gangguan memori kerja tidak hanya kesulitan belajar, tetapi juga akan mengalami kesulitan dalam mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan sosial dan karier dimasa depan. Ini bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga masalah ekonomi. Apa yang ditemukan dalam penelitian ini adalah puncak gunung es, dan jika tidak ada intervensi segera, kita akan melihat generasi yang terjebak dalam lingkaran kekurangan gizi, pendidikan yang tidak baik, dan hilangnya kesempatan hidup berkualitas.

Dalam penelitian oleh tim yang diperkuat oleh Dr. Tonny Sundjaya, Dr. Kianti Raisa dan Dr. Eric Tjoeng ini menegaskan pentingnya tindakan segera. Program intervensi gizi yang menyeluruh dan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama pemerintah. Program pemberian makan siang bergizi di sekolah juga menjadi salah satu potensi solusi, asalkan dijalankan dengan baik dan memastikan makanan dikonsumsi secara habis di sekolah oleh semua murid.

Setiap anak yang kekurangan gizi adalah kehilangan masa depan bangsa. Apa yang dipertaruhkan bukan hanya kesehatan individu, tetapi kesehatan masa depan ekonomi dan sosial negara. Memperbaiki status gizi anak-anak Indonesia harus menjadi prioritas nasional untuk membangun generasi penerus yang sehat, cerdas, dan siap bersaing di kancah global.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Nutrisi Optimal: Solusi Efektif untuk Imunitas, Alergi, dan Pertumbuhan Anak
img
Formula Modern dari Kearifan Tradisional untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan
img
Seru Banget! Lari-lari sambil Jaga Kesehatan Paru-paru, Ini Tipsnya
img
Peringati Bulan Peduli Kanker Paru, Perlunya Edukasi Faktor Risiko, Tanda, dan Gejala