Bangga! Cloud Nusantara Diluncurkan, Solusi Cloud Lokal untuk Kedaulatan Digital Indonesia

Di era digital saat ini, teknologi telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun, sebagian besar layanan cloud yang kita gunakan masih bergantung pada penyedia asing. Data pribadi kita, mulai dari identitas hingga kebiasaan belanja, sering disimpan di luar negeri, dan ini menimbulkan kekhawatiran akan perlindungan data.

Cloud computing atau komputasi awan adalah layanan yang memungkinkan kita menyimpan dan mengakses data melalui internet, dengan data disimpan di pusat penyimpanan yang terhubung secara online. Namun, banyak dari data center ini berada di luar negeri. Ini adalah tantangan yang coba diatasi oleh ION Network dengan meluncurkan Cloud Nusantara, inisiatif layanan cloud lokal yang dikembangkan oleh anak bangsa, pada 25 April 2025 di The Ritz-Carlton Pasific Place, Jakarta.

Acara peluncuran tersebut menampilkan beberapa agenda seperti panel diskusi dengan beberapa pakar IT (Information Technology) terkemuka untuk berbagi pengetahuan seputar cloud, serta pameran yang menampilkan kemajuan terbaru dalam teknologi dan inovasi. 

Mengapa Cloud Nusantara Penting?

Cloud Nusantara bukan hanya layanan teknologi baru, tetapi juga bagian dari gerakan menuju kedaulatan digital nasional. Layanan ini dikembangkan sepenuhnya di Indonesia, dengan infrastruktur dalam negeri dan tenaga ahli lokal, serta mematuhi regulasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). 

Menurut Ricky Simanjuntak, Chief Marketing Officer ION Network, Cloud Nusantara adalah kelanjutan logis dari apa yang sudah mereka bangun sebelumnya. “Kami punya jaringan kabel optik, kami punya data center. Jadi kami pikir, kenapa nggak sekalian bangun layanan cloud? Pasar cloud besar, tapi masih banyak dikuasai pemain asing,” jelas Ricky.

Sebagai perusahaan digital penyedia jaringan terintegrasi di Indonesia dan mancanegara, ION Network sendiri telah memiliki infrastruktur yang cukup luas, terutama di Pulau Jawa, dan kini sedang memperluas jaringannya ke Sumatra. Bahkan menurut data yang disebutkan oleh APJATEL (Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi), jaringan ION telah masuk dalam 10 besar nasional, sebuah pencapaian luar biasa untuk perusahaan lokal.

Yang membedakan Cloud Nusantara dari layanan cloud lain adalah segmennya. Jika pemain besar luar negeri cenderung menyasar korporasi, ION Network justru ingin menjangkau semua kalangan mulai dari pelaku UMKM dan startup, pelajar, mahasiswa, profesional IT, software house, hingga perusahaan skala besar (enterprise dan manufaktur) bahkan komunitas hobi digital.

“Kami ingin semua kalangan masyarakat bisa pakai. Harganya terjangkau, kualitasnya bisa diadu. Ini bukan soal bersaing dengan asing, tapi soal hadir untuk bangsa sendiri,” tambah Ricky.

ION Cloud hadir dengan berbagai fitur unggulan, seperti self-service portal yang memungkinkan pengguna untuk melakukan registrasi dan memilih layanan cloud secara mandiri. Layanan ini juga mendukung berbagai sistem operasi, termasuk Linux dan Windows. Produk cloud yang ditawarkan mencakup layanan Compute, Storage, serta berbagai layanan tambahan lainnya. Dengan harga yang kompetitif mulai dari Rp139.000 per bulan, ION Cloud menawarkan paket fleksibel yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, baik secara on-demand, dengan kontrak satu tahun, hingga tiga tahun dengan potongan harga untuk jangka panjang.

Membangun Ekosistem Digital Indonesia

Kehadiran Cloud Nusantara mendapat dukungan penuh dari Ir. Soegiharto Santoso, Ketua Umum APTIKNAS (Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional). Ia menekankan bahwa cloud telah menjadi bagian integral dari sistem digital di berbagai sektor, seperti keuangan, pendidikan, hingga pemerintahan. “Cloud lokal adalah kebutuhan mendesak untuk menjaga kedaulatan data Indonesia,” ujar Hoky, sapaan akrabnya. 

APTIKNAS, yang telah berdiri selama 34 tahun dan memiliki lebih dari 2000 anggota di seluruh Indonesia, sangat mendukung upaya Cloud Nusantara dalam memperkuat kedaulatan digital Indonesia. Menurut Hoky, dengan adanya UU Perlindungan Data Pribadi, kini saatnya pemerintah mendukung lebih banyak data center lokal agar data masyarakat Indonesia tetap terjaga di dalam negeri. “Cloud Nusantara bisa menjadi pionir dalam membangun industri cloud lokal,” tambahnya.

“Kalau kita pakai sistem asing, kita bayar mahal dan data kita berisiko. Tapi kalau kita bangun sendiri, kita bisa lebih efisien, data terjaga, dan ekonomi nasional tumbuh. QRIS dan GPN kita sudah buktikan itu. Sekarang giliran cloud lokal unjuk gigi,” dukung Hoky. 

Dukungan untuk Konektivitas Nasional

Jerry Siregar, Ketua Umum APJATEL, menyatakan bahwa peluncuran Cloud Nusantara merupakan bagian dari strategi besar untuk membangun kedaulatan digital dan konektivitas nasional. Menurut Jerry, untuk mencapai kedaulatan digital, infrastruktur yang kuat seperti jaringan fiber optic, data center, dan cloud lokal sangat penting. Jerry juga mencatat bahwa meskipun Indonesia memiliki lebih dari 800.000 km jaringan fiber optic, namun baru 30-40% wilayah yang terjangkau. Pemerintah sendiri menargetkan seluruh wilayah Indonesia bisa terkoneksi internet pada tahun 2029. 

Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai sekitar 82% secara nasional, dari total populasi sekitar 282 juta jiwa. Namun, ia mencatat masih ada kesenjangan dalam penetrasi internet, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan konektivitas, Apjatel bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk menyediakan pelatihan dan pendidikan di daerah-daerah yang membutuhkan. Jerry berharap, dengan keberadaan Cloud Nusantara, Indonesia dapat membangun ekosistem digital yang kuat dan mandiri.

Pendidikan dan Pengembangan SDM

Dalam acara peluncuran, Onno W. Purbo, seorang pakar IT terkemuka dan Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS), memberikan pandangannya tentang peran SDM dalam kesuksesan Cloud Nusantara. Onno menyatakan bahwa teknologi secanggih apa pun tetap harus didukung oleh manusia yang kompeten. 

“Di ITTS, kami menyediakan OpenCourse gratis untuk membantu generasi muda mempelajari cloud dan teknologi lainnya. Webinar ini sering dihadiri hingga 500 peserta," katanya. Ia menekankan pentingnya adopsi ilmu dan semangat belajar agar Indonesia dapat memiliki SDM yang mampu bersaing di dunia teknologi global. 

Onno juga membanggakan capaian seorang mahasiswanya yang berhasil menciptakan prototipe 5G sebelum lulus kuliah. “Jika diberikan kesempatan dan ekosistem yang mendukung, SDM lokal kita bisa bersaing di level global, bisa bersaing dengan siapapun,” tegasnya. Tak lupa ia menyampaikan pesan. “Jangan cuma bikin konten sensasional. Bikinlah konten yang membangun dan berdampak. Itu yang akan membentuk masa depan bangsa. Ayo kita sambut Indonesia Emas, bukan Indonesia Cemas,” tutup Onno yang kerap dijuluki Bapak IT Nasional. 

Bagi para orangtua milenial, Cloud Nusantara adalah kabar baik. Layanan cloud lokal ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang masa depan anak-anak kita. Dengan cloud lokal, data keluarga lebih aman, peluang belajar dan bekerja di bidang teknologi semakin terbuka, dan kita turut membangun masa depan digital Indonesia yang lebih mandiri, adil, dan inklusif.

Cloud Nusantara adalah bukti bahwa kita bisa membangun ekosistem digital sendiri. Saatnya kita dukung karya anak bangsa!