Belajar Bahasa, Sains hingga Matematika Lewat Kompetisi Memasak

Novita Sari - Selasa, 23 Januari 2024
Sukses di tahun 2021 dan 2022, kompetisi memasak digelar untuk ketiga kalinya. Foto: Novi
Sukses di tahun 2021 dan 2022, kompetisi memasak digelar untuk ketiga kalinya. Foto: Novi
A A A

Tahukah kamu, banyak manfaat yang bisa didapat lewat aktivitas memasak. Kamu bisa mengenal macam-macam rasa yang akan mengembangkan sensori. Kegiatan memasak seperti; mengaduk, mengukur, menggulung, memotong, dan lain sebagainya, juga dapat mengembangkan keterampilan motorik halus seperti koordinasi tangan-mata dan kelenturan otot-ototmu.

Lewat kegiatan memasak, berbagai pelajaran bisa didapat, mulai dari bahasa, sains, matematika, dan kreativitas. Dalam memasak, ada kegiatan membaca dan mendengarkan, menyentuh, mengecap, merasakan, mencium, dan mengamati, menghitung bahan yang digunakan serta mengembangkan kreativitas lewat kreasi masakan.

Lebih dari itu, memasak juga bisa menumbuhkan rasa percaya dirimu. Bukankah kamu akan merasa sangat bangga ketika berhasil menyiapkan hidangan untuk kamu sendiri ataupun orang lain?

Tak salah kiranya jika YoRipe, platform yang mewadahi komunitas koki rumahan di Indonesia dan Asia Tenggara untuk berbagi resep dan berbelanja kebutuhan makanan sehari-hari, menggelar ajang kompetisi memasak untuk ketiga kalinya.

Setelah sukses di tahun 2021 dan 2022, dengan tujuan mengajak untuk merayakan bakat memasak anak-anak dan mendukung pertumbuhan anak, babak Final YoRipe Junior Chef Season 3 telah digelar pada Sabtu, 23 Desember 2023 di Bandar Kopi Jl. Taman Sari I No.77, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Menjadi penutup dari kompetisi memasak YoRipe Junior Chef Season 3 untuk anak-anak usia 7-13 tahun.

Sebelumnya, selama 2 minggu, babak penyisihan dilakukan secara online di Instagram dan Aplikasi yang diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai kota di Indonesia. Voting publik di Aplikasi, menambahkan elemen interaktif, menjadikan acara ini pengalaman yang sangat mendalam untuk seluruh peserta dan orangtua.

Para peserta berfoto bersama Chef Cynthia dan Chef Fahmi. Foto: Novi
Para peserta berfoto bersama Chef Cynthia dan Chef Fahmi. Foto: Novi

Di tahap final yang diselenggarakan secara offline, selama 50 menit, ke-10 finalis teratas menunjukan keahlian kuliner mereka dengan menciptakan dua menu pilihan mereka, yaitu makanan (asin) dan minuman (manis).

Dua juri andalan, Chef Fahmi (Top 6 MasterChef Indonesia Season 10) dan Chef Cynthia (Chef dan Sosial Media Influencer dari @janelleandmom), kemudian menilai para kontestan dengan aspek-aspek seperti Rasa, Kreativitas, Kompleksitas Hidangan, dan Presentasi.

Kompetisi ini tidak hanya ditentukan oleh skor juri saja, tetapi juga dukungan yang diterima di media sosial dan Aplikasi.

Dalam kesempatan ini, 10 finalis menyajikan dua buah hidangan terdiri dari makanan dan minuman. Berbagai menu masakan berbahan sayuran segar, mereka sajikan. Mulai dari nasi goreng, spaghetti, roti panggang, omelet, hingga burger. Begitu pula minuman dengan berbagai kreativitas bahan, seperti susu, yoghurt, teh, bunga telang, buah naga, madu, dan lain sebagainya.

Meski ajang ini ditujukan untuk anak mulai usia 7 tahun, namun ternyata ada pula peserta yang baru berusia 4 tahun, namun sudah memiliki bakat dan kemampuan memasak.

Meski baru berusia 4 tahun, Kanaya sudah memiliki kemampuan memasak. Foto: Novi
Meski baru berusia 4 tahun, Kanaya sudah memiliki kemampuan memasak. Foto: Novi

“Aku masak nasi goreng dan minuman dari bunga telang,” ujar Kanaya dengan percaya diri saat mempresentasikan hasil masakannya pada Chef Fahmi dan Chef Cynthia.

“Wah, enak sekali rasa nasi gorengnya. Rasanya sama seperti masakan nasi goreng ibu saya,” seru Chef Fahmi saat mencicipi nasi goreng buatan Kanaya.

Sebagai informasi, lima pemenang terpilih dalam kompetisi ini. Selain penghargaan, para pemenang juga menerima berbagai hadiah menarik dan pengalaman tak terlupakan.

Dikatakan oleh Ibu XinYan Fang selaku Founder YoRipe, bukan sekadar memasak, ajang ini juga untuk mendukung pertumbuhan anak-anak. “Harus diakui, peningkatan waktu bermain di layar dan gaya hidup yang kurang aktif, berdampak negatif pada kesehatan anak-anak yang mengakibatkan kurangnya pertumbuhan montessori dan kepercayaan diri anak,” katanya.

“Di dunia yang bergerak cepat saat ini, anak-anak menghadapi tantangan yang dapat menghambat perkembangan mereka. Pilihan nutrisi yang kurang baik, keterampilan yang terbatas, dan kurangnya paparan pada kegiatan kreatif seperti memasak, adalah hambatan yang ingin kami atasi,” pungkasnya.

Latest Update
Explore more fun