Cegah Malnutrisi Sedini Mungkin dari Rumah dengan Cara Mudah

Novita Sari - Selasa, 17 September 2024
Ki-ka: Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, dan dr. Lula Kamal (moderator). Foto: Novi
Ki-ka: Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, dan dr. Lula Kamal (moderator). Foto: Novi
A A A

Ada cerita menarik di sesi Media Workshop “Pekan Sadar Malnutrisi 2024: Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini” yang digelar pada hari Selasa, 17 September 2024 di Hotel Des Indes, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan ini, salah satu narasumber yaitu Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB bercerita tentang pengalamannya saat bertugas di sebuah puskesmas di daerah terpencil di Batanghari, Jambi sekitar tahun 1992-1995.

“Saat anak saya yang pertama lahir, pada 1000 hari pertamanya itu benar-benar di puskesmas itu kalau mau makan ayam harus potong dulu, kalau mau makan daging harus pergi jauh dulu. Tapi kalau ikan gabus itu banyak dan murah sekali, tinggal ambil dari sungai. Jadi, anak saya itu hanya saya kasih ikan gabus terus. Dan sekarang anak saya itu sudah jadi seorang ahli Orthopedi, tinggi badannya 184 cm, pernah jadi Abang Jakarta juga,” cerita Prof. Ari. “Indonesia itu kaya akan bahan alam bernutrisinya. Banyak potensi, ada daun kelor misalnya. Ini bisa dimanfaatkan. Harusnya tidak ada yang namanya malnutrisi, gizi buruk ataupun stunting. Oleh karena itu kita harus edukasi terus menerus,” tambah Prof. Ari.

Ya, malnutrisi pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan upaya bersama, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak. Saat ini, malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan ibu hamil. Terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen. Selain itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara. Faktor kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, serta ketidakmerataan layanan kesehatan menjadi penyebab utama dari malnutrisi di berbagai wilayah Indonesia.

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan dengan menjadi salah satu duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017.

Tahun 2024 ini, MAW dilaksanakan pada tanggal 16 - 20 September dengan melakukan kegiatan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi.

“Perlu diketahui, riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal. Malnutrisi, jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi. Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi,” papar Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

Lebih lagi, beliau menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa masyarakat Indonesia memahami dan dapat menerapkan pola makan dengan gizi seimbang agar kesadaran masyarakat tentang malnutrisi dapat meningkat secara lebih luas, sehingga tercipta generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu pelopor pendidikan kesehatan di Indonesia turut menyumbangkan perspektifnya dari sisi akademisi terkait pencegahan serta penanganan malnutrisi di Indonesia. Prof. Ari memaparkan bahwa malnutrisi bukan hanya kekurangan gizi. "Pengertian Malnutrisi menurut WHO adalah kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi maupun nutrisi seseorang. Malnutrisi dapat menyebabkan berbagai gangguan biologi pada orang yang mengalami malnutrisi. Malnutrisi sering kali terjadi underdiagnosis, sehingga penanganan menjadi terlambat dan ini berdampak pada kegagalan dalam proses penyembuhan dan berujung pada peningkatan morbiditas dan kematian," jelas Prof. Ari.

Sesuai dengan target pemerintah dalam menuju Indonesia Emas 2045, dibutuhkan kesadaran dalam mengentaskan malnutrisi dalam mempersiapkan “Generasi Emas” yang sehat, berkualitas dan berdaya saing. Upaya ini perlu keterlibatan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, tenaga kesehatan, serta masyarakat umum, guna bersama-sama menggalakkan edukasi dan intervensi gizi.

Sebagai salah satu perusahaan yang berkecimpung di bidang nutrisi, Nutricia Sarihusada berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai inisiatif untuk mencegah malnutrisi, karena gizi memainkan peran penting untuk membawa perubahan positif pada kesehatan dan kualitas hidup manusia.

Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menyampaikan bahwa pencegahan malnutrisi merupakan langkah krusial untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal pada anak, serta menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan. “Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Health Belief Model (HBM), yang merupakan kerangka psikologi untuk memahami bagaimana keyakinan seseorang terhadap kesehatan memengaruhi keputusan mereka dalam mengambil tindakan pencegahan. Dengan HBM, kita bisa lebih efektif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko malnutrisi (perceived susceptibility) dan dampak serius yang ditimbulkan (perceived severity). HBM juga membantu kita memahami manfaat dari tindakan pencegahan (perceived benefits), meskipun ada tantangan seperti akses terhadap makanan bergizi (perceived barriers),” papar dr. Ray.

Lebih lanjut dr. Ray menyampaikan bahwa penting untuk menciptakan isyarat yang mendorong tindakan pencegahan (cues to action) dan membangun keyakinan pada setiap individu dan keluarga bahwa mereka mampu memenuhi kebutuhan gizi yang tepat (self-efficacy). Namun, upaya ini tidak dapat dilakukan sendirian. Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan malnutrisi. “Kami sebagai perusahaan yang fokus pada nutrisi, berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui berbagai produk nutrisi, riset, dan inisiatif sosial guna mencegah malnutrisi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” tutup dr. Ray.

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Apa Itu PCOS? Usia Remaja Pun Bisa Terkena!
img
Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas Dengan Transplantasi Kornea
img
1000 Hari Pertama Kehidupan: Pertempuran Melawan Stunting dan Anemia
img
Perjalanan Melawan Limfoma Hodgkin, Pentingnya Kesadaran dan Deteksi Dini untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien