

Jangan Sepelekan Kolesterol Tinggi, Cegah Sejak Dini Demi Jantung Sehat!

Kolesterol sering kali disangka hanya menjadi masalah orang tua, padahal faktanya, generasi muda dan usia produktif pun tak luput dari ancaman senyap ini. Ini tentu bukan hal yang bisa dianggap remeh, karena dampaknya bisa langsung memengaruhi kualitas hidup kita sehari-hari.
Dislipidemia, atau ketidakseimbangan kadar kolesterol dalam darah, adalah salah satu faktor risiko utama yang bisa menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah. Masalah ini semakin banyak dialami oleh masyarakat Indonesia, dan tren ini sangat mengkhawatirkan.
Melihat hal ini, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) merasa penting untuk ikut berperan dalam mengatasi masalah kolesterol tinggi. Salah satunya dengan memberikan edukasi tentang kesehatan kardiovaskular, khususnya mengenai pentingnya menjaga kadar kolesterol agar tetap seimbang.
Lewat inisiatif edukasi bertajuk “Love The Beat: Dampak Kolesterol terhadap Kualitas Hidup”, mereka mengajak masyarakat untuk lebih peka terhadap bahaya kolesterol tinggi yang bisa mengintai siapa saja, bahkan anggota keluarga usia muda.
“Perubahan gaya hidup, semakin minimnya aktivitas fisik, dan konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh menjadi pemicu utama dislipidemia, yaitu kondisi di mana kadar kolesterol dalam darah tidak seimbang,” ujar apt. Maria Stefanie, M.M., Group Marketing Head Kalbe, dalam sesi Academia untuk media di Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang (24/5).
Kolesterol Tinggi Tak Bergejala
Salah satu bahaya terbesar dari kolesterol tinggi adalah sifatnya yang tak kasat mata. “Kolesterol tinggi itu tidak menunjukkan gejala. Orang bisa merasa sehat-sehat saja, lalu tahu-tahu terkena serangan jantung atau stroke,” terang dr. Nicolaus Novian Dwiya Wahjoepramono, MRes., Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Siloam Hospitals Lippo Village, Tangerang.

Menurut dr. Nico, gaya hidup masyarakat urban, terutama pekerja kantoran, sangat rentan terhadap kolesterol tinggi. "Banyak orang yang duduk terlalu lama di depan komputer, makan siang dengan makanan cepat saji, melewatkan sarapan, dan kurang tidur. Semuanya memperbesar risiko,” jelasnya.
Apa sih itu kolesterol? Kolesterol, terang dr. Nico, sebenarnya adalah zat lemak yang diproduksi oleh hati dan juga didapat dari makanan. “Namun, yang sering kita bicarakan bukan kolesterol murninya, melainkan partikel pembawa kolesterol, yaitu lipoprotein. Ada dua jenis utama: LDL (Low-Density Lipoprotein) yang disebut kolesterol “jahat”, dan HDL (High-Density Lipoprotein) yang disebut “baik”. LDL membawa kolesterol dari hati ke seluruh tubuh, dan sayangnya bisa menempel di dinding pembuluh darah, membentuk plak. HDL berfungsi sebaliknya, yaitu mengangkut kelebihan kolesterol kembali ke hati. Masalahnya, ketika LDL berlebih, plak menumpuk dan bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah hingga serangan jantung atau stroke,” katanya.
Data yang Mengkhawatirkan
Tahukah Moms, menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 7,8% anak muda usia 15–24 tahun sudah mengalami kolesterol tinggi, lho! Dan prevalensi ini terus meningkat seiring bertambahnya usia. Fakta ini seharusnya menjadi alarm bagi para orangtua, terutama ibu, untuk mulai memperhatikan pola makan dan aktivitas keluarga sehari-hari.
Tidak hanya itu, prevalensi kadar kolesterol tinggi juga tercatat semakin meningkat pada rentang usia di atas 24 tahun. Dalam hal ini, seiring bertambahnya usia maka risiko penyakit kardiovaskular semakin meningkat.
Kolesterol tinggi itu berbahaya karena sering datang diam-diam tanpa gejala. “Banyak orang salah kaprah, mengira pegal atau sakit leher adalah tanda kolesterol tinggi, padahal belum tentu. Makanya, penting banget untuk rutin cek kolesterol, apalagi setelah usia 40 atau punya riwayat keluarga,” tekan dr. Nico.
Dan, perlu diingat Moms, kolesterol tinggi nggak cuma menyerang orang tua. Anak muda juga banyak yang terkena, karena pola hidup yang kurang sehat: makanan tinggi lemak, jarang olahraga, dan stres. Bahkan, ada kasus serangan jantung di usia 35 tahun.
Ya, penyakit kardiovaskular memang masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kemenkes tahun 2018, sekitar 1,5 persen penduduk Indonesia dari semua usia menderita penyakit jantung. Artinya, dari setiap 100 orang, ada sekitar 1–2 orang yang mengidap penyakit ini.
Khusus untuk Penyakit Jantung Koroner (PJK), jumlah kasus diperkirakan mencapai sekitar 352.618 pada laki-laki dan 442.674 pada perempuan. Jika dilihat berdasarkan usia, angka tertinggi ditemukan pada kelompok usia 65–74 tahun, dengan prevalensi mencapai 3,6 persen—atau sekitar 4 dari setiap 100 orang.
“Pola hidup tidak sehat yang banyak dijumpai pada masyarakat perkotaan, khususnya kalangan pekerja kantoran. Gaya hidup sedentari, yakni ketika seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di depan komputer dengan minim aktivitas fisik, berkontribusi besar terhadap penumpukan lemak jahat (LDL),” tuturnya.
Menurut dr. Nico, ada beberapa kebiasaan sehari-hari yang bisa memperburuk kondisi metabolik, seperti sering makan fast food yang tinggi lemak jenuh, minum minuman manis, dan melewatkan sarapan sehat. Belum lagi stres kerja, merokok, dan kurang tidur—semua ini bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Kalau dibiarkan, bisa berujung pada penyakit serius seperti serangan jantung atau stroke, bahkan di usia produktif.
Dalam beberapa kasus, penderita kolesterol tinggi perlu mengonsumsi obat seperti statin. Tapi, dr. Nico menekankan bahwa perubahan gaya hidup tetap jadi kunci utama. Misalnya, memilih makanan rendah lemak jenuh, rutin olahraga minimal 150 menit per minggu, serta menghindari rokok dan alkohol. Skrining kolesterol juga penting dilakukan, idealnya setiap dua bulan sekali, untuk deteksi dini.
Sejalan dengan anjuran dr. Nico, Kalbe mengajak masyarakat untuk rutin skrining kolesterol sejak dini. Mengingat gaya hidup sekarang, anak muda pun berisiko. Lewat gerakan Love The Beat, perusahaan farmasi ini menyediakan layanan skrining kolesterol total dan LDL gratis, lengkap dengan konsultasi dokter. Mereka juga menyediakan obat statin serta suplemen untuk menjaga kesehatan jantung.
“Kami menyediakan layanan skrining kolesterol gratis, konsultasi dokter, hingga pengobatan untuk penurun kolesterol dari golongan statin misalnya pravastatin dan atorvastatin (salah satu mereknya adalah Olekansa), dan juga kombinasi dengan ezetimibe untuk membantu mengontrol kolesterol secara lebih efektif, terutama jika penggunaan statin saja belum cukup," jelas apt. Tekla Rosa Oktivia, Group Product Manager Kalbe.
Selain itu, salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Asia Tenggara ini juga bekerja sama dengan Siloam Hospitals dan sejumlah kantor di Jabodetabek untuk menggelar program Love The Beat. Tujuannya meningkatkan kesadaran pekerja kantoran tentang pentingnya menjaga kesehatan jantung —terutama karena banyak dari mereka punya gaya hidup sedentari dan pola makan yang kurang sehat.
Dengan deteksi dini dan langkah pencegahan yang tepat, kita bisa menghindari risiko serius akibat kolesterol tinggi. Jangan tunggu sampai terlambat, mulailah jaga kesehatan jantung sejak sekarang. Love the beat, jaga ritme jantungmu!