

Kanker Empedu: Musuh dalam Selimut yang Mengintai Kesehatan Hati Anda

Kanker, sebuah kata yang seringkali memicu kekhawatiran, memiliki banyak wajah. Di antara jenis-jenis kanker yang dikenal luas, ada satu yang masih sering luput dari perhatian, namun memiliki tingkat mortalitas (kematian) yang sangat tinggi: kanker empedu. Penyakit ini, meski tidak sepopuler kanker paru atau kolorektal, menempati posisi yang mengkhawatirkan sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi setelah keduanya.
"Sebagai perusahaan biofarmasi global, AstraZeneca berkomitmen mendukung pemerintah Indonesia dalam penanganan penyakit tidak menular, termasuk kanker," ungkap Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia secara online di acara sesi edukasi media “Mengenal, Mencegah, dan Menangani Kanker Saluran Empedu” Selasa, 08 Juli 2025 di Perkantoran Hijau Arkadia Tower G lantai 16, JL. TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Esra menekankan bahwa fokus utama mereka adalah edukasi kesehatan, "Kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap kanker empedu masih menjadi tantangan utama dalam penanganannya, sehingga banyak pasien baru terdiagnosis ketika sudah berada pada stadium lanjut."

Mengenal Siapa Empedu Itu?
Untuk memahami kanker empedu, kita perlu tahu dulu apa itu empedu dan peran vitalnya dalam tubuh. Hati, organ yang terletak di sisi kanan atas perut kita, bertanggung jawab mengolah sel darah merah yang sudah berusia tua. Dari proses ini, terbentuklah cairan empedu, yang kemudian mengalir melalui saluran empedu menuju kantong empedu. Kantong empedu ini berperan sebagai tempat penyimpanan sementara.
"Kapan berfungsinya kantong itu? Kalau umpamanya kita makan nih yang enak-enak gitu ya, saburi, kintan, rendang, pokoknya yang lemak-lemak. Ketika kita mengonsumsi makanan berlemak, kantong empedu akan berkontraksi, mengeluarkan cairan empedu yang berfungsi membantu pencernaan lemak di usus halus. Cairan empedu ini berwarna hijau kehitaman, sehingga terkadang, jika seseorang tidak makan berhari-hari, muntahnya bisa berwarna hijau pekat,” jelas Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked., FINASIM, FACP, seorang Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik yang menjadi narasumber di sesi edukasi ini.
Kanker Empedu: Dua Jenis dengan Bahaya Tersembunyi
Menurut Prof. Ikhwan, kanker empedu pada dasarnya adalah pertumbuhan sel abnormal yang tak terkendali pada organ empedu. Ada dua jenis utama yang perlu kita kenali:
Kanker Kantong Empedu (Gallbladder Cancer): Kanker ini menyerang kantong empedu. Seringkali, gejalanya tidak muncul di tahap awal, membuat diagnosis terlambat. Ketika terdeteksi, penyakit ini seringkali sudah menyebar ke organ lain, yang secara signifikan mengurangi peluang kesembuhan.
Kanker Saluran Empedu (Cholangiocarcinoma): Jenis ini menyerang saluran empedu. Kanker saluran empedu dapat dibagi lagi berdasarkan lokasinya:
- Perihilar: Di dekat persimpangan saluran empedu.
- Distal: Di dekat usus kecil.
- Intrahepatik: Di dalam hati. Prof. Ikhwan menambahkan, "sebanyak 15-20% penyebab dari kanker hati disebabkan oleh kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) intrahepatik."
Menurut data GLOBOCAN 2022, setiap tahunnya di seluruh dunia, ada sekitar 627 kasus baru kanker kantong empedu dengan 432 kematian, dan diperkirakan 3.570 kasus baru kanker saluran empedu. Angka kematian yang tinggi ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan kesadaran dan deteksi dini.
Gejala yang Sering Disalahartikan
"Gejala awal kanker empedu kerap disalahartikan atau tidak disadari," tutur Prof. Ikhwan. Gejala-gejala yang patut diwaspadai meliputi:
- Nyeri di perut kanan atas.
- Penyakit kuning (kulit dan mata menguning).
- Urin gelap.
- Tinja pucat.
- Mual.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Gatal-gatal.
Prof. Ikhwan menekankan, "Penting untuk dipahami bahwa memiliki satu atau lebih faktor risiko bukan berarti pasti terkena kanker, namun kewaspadaan dan pemeriksaan rutin sangat disarankan."
Faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena kanker empedu antara lain:
- Batu empedu: Meskipun hanya 0,5-3% kasus batu empedu yang berujung kanker, 70-90% kasus kanker kantong empedu ditemukan bersamaan dengan batu empedu. Batu yang bergerak dapat melukai saluran empedu dan memicu peradangan.
- Infeksi parasit.
- Kelainan saluran empedu bawaan.
- Penyakit hati kronis (seperti sirosis dan hepatitis B atau C).
- Usia lanjut.
- Obesitas dan Diabetes Mellitus: Kedua kondisi ini saling berkaitan. Obesitas meningkatkan risiko karena lemak berlebih dapat diolah menjadi radikal bebas yang merusak sel. Diabetes juga terkait dengan metabolisme lemak yang buruk, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kerusakan sel dan proses kanker.
- Riwayat keluarga.
- Paparan bahan kimia tertentu.
- Penyakit autoimun langka yang menyebabkan pengerasan saluran empedu.

Deteksi Dini: Kunci Harapan dan Pengobatan Inovatif
"Deteksi dini merupakan kunci," tegas Prof. Ikhwan. Pemeriksaan seperti USG, CT scan, MRI, dan tes fungsi hati dapat membantu mendeteksi kanker secara akurat sebelum ia berkembang lebih jauh. Ketika kanker terdiagnosis pada stadium awal, peluang untuk pengobatan yang efektif, termasuk operasi pengangkatan, jauh lebih besar. Sayangnya, karena gejala yang sering samar, banyak pasien baru terdeteksi pada stadium lanjut, dimana operasi mungkin sudah tidak menjadi pilihan.
Prof. Ikhwan mencontohkan, "Saya ada satu pasien yang kanker saluran empedu ini, dan sudah dioperasi, sekarang sudah tahun ke-4, masih survive, karena kankernya sudah tidak ada." Ini menunjukkan betapa krusialnya deteksi dini.
Kabar baiknya, dunia pengobatan kanker terus berevolusi. Di Indonesia, kini tersedia kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi untuk kanker empedu stadium lanjut. "Terapi ini menjadi salah satu opsi yang menjanjikan dalam meningkatkan kelangsungan hidup pasien," ujar Prof. Ikhwan.
Imunoterapi bekerja dengan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh pasien sendiri untuk melawan sel kanker, sementara kemoterapi menyerang sel kanker secara langsung. Kombinasi ini menghasilkan efek samping yang lebih ringan dibandingkan kemoterapi saja. AstraZeneca, sebagai pemimpin dalam inovasi onkologi, berkomitmen untuk terus menghadirkan terobosan ini.
"Kami yakin bahwa setiap pasien memperoleh akses ke layanan kualitas dan penyelenggaraan terbaik yang ada. Dan itu mulai dari deteksi awal, memberikan orang-orang kesempatan terbaik untuk bertahan," ucap Dr. Feddy, Head of Medical Affairs AstraZeneca Indonesia yang turut hadir dalam sesi edukasi ini.
Kolaborasi dan Kesadaran
Pertempuran melawan kanker tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan komitmen dan kolaborasi dari berbagai pihak: penyedia layanan kesehatan, peneliti, regulator, komunitas pasien, hingga media.
“Kami secara aktif bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menghadirkan obat-obatan inovatif, serta dengan para dokter dan konsultan hematologi-onkologi medik untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang adekuat. Kami juga menyediakan program bantuan pasien dan berupaya agar obat-obatan inovatif dapat masuk dalam perlindungan jaminan kesehatan masyarakat yang lebih luas,” ujar Dr. Feddy.
"Indonesia tidak kalah dari negara-negara lain dalam pengobatan kanker. Semua ahlinya ada," tegas Prof. Ikhwan. Ini adalah sinyal positif bahwa dengan kesadaran yang meningkat dan dukungan medis yang terus berkembang, harapan hidup bagi penderita kanker empedu dapat meningkat secara signifikan.
Masyarakat perlu lebih waspada terhadap gejala-gejala yang telah disebutkan dan tidak menganggap enteng keluhan perut yang berkepanjangan atau tanda-tanda kekuningan. Segera konsultasikan dengan dokter jika ada kecurigaan. Ingat, kesehatan adalah investasi terbaik kita.