

Makin Cakap Digital, Program Swipe Safe Bekali Lebih 8.000 Anak dan Remaja Hadapi Bahaya Dunia Maya

Moms, di zaman sekarang, anak-anak sudah sangat akrab dengan dunia digital. Mulai dari belajar, bermain, hingga bersosialisasi, hampir semua dilakukan secara online. Tapi, tahukah Moms bahwa di balik kemudahan internet, ada risiko yang bisa mengintai anak kapan saja?
Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah eksploitasi seksual dan kekerasan online terhadap anak, atau dikenal sebagai Online Sexual Exploitation and Abuse towards Children (OSEAC). Berdasarkan kajian ChildFund International di Indonesia, hampir 50% pelajar pernah melakukan intimidasi daring, dan 59% pernah menjadi korban perundungan online hanya dalam tiga bulan terakhir. Fakta ini jadi pengingat bahwa literasi digital itu penting—bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk orang tua.
Untuk menjawab tantangan ini, organisasi sosial non-profit ChildFund International di Indonesia dan ChildFund Australia menjalankan program Swipe Safe sejak Januari 2023 di Kupang dan Semarang. Hingga kini, lebih dari 8.000 anak dan remaja telah mendapatkan pelatihan untuk mengenali dan merespon risiko online, termasuk bahaya OSEAC.
“Swipe Safe kami kembangkan agar anak-anak bisa lebih sadar, lebih berani bersuara, dan tidak menjadi korban diam di ruang daring,” ungkap Reny Haning, Child Protection & Advocacy Specialist ChildFund International di Indonesia dalam Berdaya Summit 2025: Melindungi Anak & Remaja di Era Digital.
Program ini juga menyasar lebih dari 2.000 orang tua dan pengasuh agar bisa mendampingi anak-anak berinternet dengan aman. Moms juga bisa belajar bagaimana membimbing anak menjaga privasi, mengenali sinyal bahaya, dan melaporkan hal mencurigakan di dunia digital.
“Di Kota Kupang, belum banyak yang fokus pada isu kekerasan online. Kehadiran Swipe Safe membantu anak-anak kami lebih sadar dan berani bicara,” kata Ansy Damaris Rihi Dara, SH, dari LBH Apik NTT.
Tak hanya di rumah, Swipe Safe juga masuk ke sekolah. Sebanyak 51 sekolah sudah ikut aktif dalam mengintegrasikan modul keselamatan online ke kegiatan belajar. Salah satu guru Bimbingan Konseling dari Semarang, Leni, mengatakan, “Anak-anak sekarang aktif di media sosial, tapi belum tentu paham soal menjaga privasi. Dengan Swipe Safe, mereka jadi lebih paham cara berinternet dengan aman.”
Menurut Muhammad Nuzul, Swipe Safe Coordinator ChildFund Australia, program ini punya empat pendekatan utama: pelatihan anak, edukasi orang tua, peningkatan kapasitas tenaga profesional (seperti guru dan petugas hukum), serta advokasi agar modul Swipe Safe masuk ke sistem pendidikan nasional.
Tak berhenti di situ, program ini juga melatih 363 tenaga profesional di Kupang dan Semarang agar siap menangani kasus OSEAC. Selain itu, ChildFund menggandeng dua mitra lokal yakni Yayasan Cita Masyarakat Madani dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata, untuk memastikan keberlanjutan program di masyarakat.
“Kami terbuka bekerja sama dengan pemerintah, lembaga filantropi, dan industri demi perlindungan anak di dunia digital,” ujar Husnul Maad, Country Director ChildFund International di Indonesia.
Bagi Moms, program ini jadi pengingat bahwa literasi digital adalah bagian penting dari pengasuhan zaman now. Mari bersama-sama lindungi anak-anak dari risiko online dan bantu mereka tumbuh sebagai pengguna digital yang aman, cerdas, dan percaya diri.