Mendeteksi Risiko Kanker Lewat Tes Genomic
Pada tahun 2013 lalu, aktris Hollywood Angelina Jolie telah melakukan operasi pengangkatan kedua payudaranya. Dua tahun kemudian Ibu dengan enam orang anak ini melakukan operasi pengangkatan ovarium dan tuba falopi. Keputusan besar atas kesehatannya itu ia ambil berdasar, hasil tes darah yang ia lakukan menunjukan bahwa ia membawa mutasi gen yang meningkatkan risiko kanker payudara sebesar 87 persen dan risiko kanker rahim sebesar 50 persen.
Melihat riwayat di keluarganya, sang Ibu Marcheline Bertrand meninggal pada usia 56 tahun, setelah berjuang selama 8 tahun dengan kanker ovarium. Sang, Bibi Debbie Martin juga meninggal pada usia 61 tahun, karena kanker payudara. Jolie menyebut, kematian ibunya memberikan luka dalam dirinya sekaligus memberikan keberanian dalam dirinya untuk melakukan operasi, tujuannya agar anak-anaknya tidak merasakan luka yang dia rasakan atas Ibunya.
Penyakit kanker itu strateginya harus dideteksi dini. Kalau kanker bisa terdeteksi lebih dini, dengan teknologi yang ada sekarang survivability rate-nya (tingkat keselamatan) tinggi. Dan, benar saja setelah melakukan tes skrining dan melakukan operasi payudara, risiko kanker pada Jolie yang semula 87 persen turun menjadi di bawah 5 persen. Bagaimana di keluarga Moms? Apakah ada Ibu, Bapak, Kakek, Nenek, Bibi atau anggota keluarga yang terkena kanker? Jangan tunggu lama lagi, ayo lakukan tes!
Tak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk melakukan tes, kini di Brawijaya Hospital Saharjo, telah tersedia Brawijaya Genomic Center. Bekerja sama dengan Prodia, Genomic Center ini hadir untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kelengkapan pemeriksaan penunjang personalized medicine bagi masyarakat. Analisis pemeriksaan genomik akan dilakukan hingga memperoleh hasil yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola kesehatan berdasarkan profil genomik masing-masing individu. Tak hanya menganalisa saja, Genonic Center ini juga memberikan layanan konsultasi pra dan pasca pemeriksaan genomik, mulai dari skrining terkait risiko penyakit, upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang tepat kepada pasien.
dr. Venty Muliana Sari Soeroso, M.Si.Med, M.Sc selaku Dokter Konselor Genomic – Brawijaya Hospital Saharjo mengatakan ada beberapa manfaat dari pemeriksaan genomik ini. Utamanya untuk mengetahui sel-sel bawaan atau kemungkinan mutasi yang terjadi pada tubuh. Dokter Venty mengatakan tes ini memeriksa 100 gen dan 200 varian melalui darah yang diambil dari seseorang. “Pemeriksaan genomik ini hanya butuh satu kali selama hidup. Karena yang kami periksa varian sel tersembunyi dari tubuh. Teknologi ini membantu kita mengungkap gen yang ada di tubuh agar bisa memahami lebih baik, apa dan bagaimana menjalani hidup lebih baik," terangnya.
Ditambahkan oleh Dewi Muliaty selaku Direktur Utama Prodia analisis pemeriksaan genomik akan dilakukan hingga hasil final yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola kesehatan berdasarkan profil genomik masing-masing individu. Khusus untuk melihat risiko kanker, ada beberapa jenis dari penyakit tersebut yang bisa dideteksi risikonya sejak awal. Berikut adalah beberapa jenis kanker yang bisa terdeteksi oleh tes genomik: Kanker payudara, Kanker ovarium, Kanker usus besar, Kanker tiroid, Kanker prostat, Kanker Pankreas, Melanoma, Sarkoma, Kanker ginjal, Kanker perut.