Moms, Yuk Isi Ulang! Bantu Kurangi Sampah Plastik dan Berdayakan UMKM Sekaligus!
Siapa, nih, yang suka belanja? Pasti semua Moms suka dong, ya! Tapi tahukah Moms, belanja kita itu bisa menghasilkan banyak sampah plastik?
Nah, ada kabar baik, nih! Sekarang, ada cara baru untuk belanja yang lebih ramah lingkungan dan bisa bantu UMKM juga, lho! Caranya yaitu dengan isi ulang (refill).
Isi ulang adalah cara belanja dimana kita membawa wadah sendiri untuk diisi dengan produk yang kita butuhkan. Bisa sabun cuci piring, deterjen, pembersih lantai, dan lainnya.
Dengan isi ulang, kita bisa mengurangi penggunaan botol ataupun plastik sekali pakai, lebih hemat daripada membeli produk dalam kemasan baru, dan juga bisa membantu UMKM karena sekarang ini mulai banyak UMKM yang menyediakan layanan isi ulang. Nah, dengan membeli dari mereka, kita bisa membantu mereka berkembang dan meningkatkan ekonomi.
Sambut Hari Isi Ulang Sedunia yang diperingati setiap 16 Juni, Alner, Unilever, dan EY merayakan kemajuan Project TRANSFORM-Alner, didukung oleh Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan Inggris.
Selama satu tahun, project ini telah berhasil memberdayakan 675 UMKM dalam menyebarluaskan gaya hidup belanja isi ulang (refill) di tengah masyarakat, dan mengurangi 4.412 kg kemasan plastik baru.
"Perlu upaya bersama untuk menggaungkan gaya hidup isi ulang. Ibarat sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui, dengan refill ada berbagai manfaat yang kita dapat. Pertama, lebih murah. Kedua, ramah lingkungan karena membawa wadah sendiri, jadi tidak menghasilkan sampah. Ketiga, menjadi bagian dalam mengedukasi untuk peduli sampah. Dan keempat, karena sering kumpul, dapat mempererat dan membangun ikatan sosial," ujar Ujang Solihin Sidik, S.Si, M.Sc., Kasubdit Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah, dan B3 KLHK RI pada acara Media Gathering Alner dan Unilever Indonesia Akselerasi Gaya Hidup Refill Melalui Project TRANSFORM-Alner di Kalia Restoran, Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa, 11 Juni 2024.
“Oleh karena itu kita buat kebijakan-kebijakan bagaimana caranya agar kalau orang belanja itu tidak menimbulkan sampah. Untuk penggunaan kantong kresek sudah ada aturannya dimana saat ini sudah dilarang penggunaannya di supermarket-supermarket. Sekarang kita ajak para produsen untuk mengurangi kemasan multilayer plastik (seperti pouch atau sachet) yang sulit didaur ulang salah satunya dengan cara refill ini. Harus semua pihak, tidak hanya Unilever, tapi juga konsumen, jadi kebijakan untuk semua. Ini akan meluas ke kota-kota lain, dimana di luar pulau Jawa sudah ada yang meminta,” kata pria yang akrab disapa pak Usol.
Di 2023 Indonesia menghasilkan 19,5 juta ton sampah, dan 3,6 juta ton di antaranya adalah sampah plastik. Guna merealisasikan target ‘Indonesia Bebas Sampah’ hingga 2025, masih banyak potensi penanganan isu plastik yang dapat digarap untuk dampak yang optimal.
Alner, start-up solusi penyedia sistem guna ulang kemasan produk FMCG atau barang konsumsi, hadir sebagai salah satu pionir fasilitator kemasan refill dengan misi menangani limbah kemasan sekali pakai mulai dari hulu.
Sejak 2023, mereka menjalankan Project TRANSFORM yang menguji opsi refill yang inovatif pada produk-produk FMCG dengan menyasar masyarakat menengah bawah.
Berbeda dari solusi refill lainnya, mereka menggunakan low tech refill (tanpa mesin isi ulang). Dengan proses manual dari jerigen langsung ke botol konsumen, pendekatan ini menjadi lebih efisien secara biaya dan lebih mampu untuk di-scale up.
Renata Felichiko, Chief Commercial Officer Alner menjelaskan, “Di Project ini, masyarakat tidak hanya bertindak sebagai konsumen, namun juga sebagai mitra yang menyediakan fasilitas refill. Mereka adalah UMKM berbasis komunitas dan konvensional seperti toko atau warung dan Bank Sampah, sehingga tercipta sistem yang dapat direplikasi dengan cepat dan dalam skala besar. Apalagi 70% produk di Indonesia dibeli melalui channel konvensional dan kini semakin banyak Bank Sampah berbasis komunitas mulai memasuki ekosistem refill sebagai pengecer dan pengumpul sistem kemasan yang dapat digunakan kembali.”
Sebagai mitra, mereka tidak hanya ikut berpartisipasi dalam upaya mengurangi permasalahan sampah plastik, namun juga menjadi lebih berdaya secara ekonomi. Oleh sebab itu, di Project ini mereka disebut sebagai Refill Enterprise, yang menjadikan solusi refill sebagai daya saing dan kekuatan dari usaha mereka. “Setelah berhasil memberdayakan 675 UMKM dalam Project ini, kami berharap bisa meningkat hingga 1500,” tandas Renata.
Sebagai salah satu pemenang hibah tahun lalu, start up yang berdiri sejak tahun 2020 tersebut, menjalankan proyek ini secara berkelanjutan dengan grup Unilever, termasuk di Indonesia.
Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation menyampaikan, “Isu sampah plastik menjadi salah satu fokus utama yang selalu kami cermati, tindaklanjuti, dan kolaborasikan bersama semua pihak. Berpegang pada prinsip ekonomi sirkular, kerangka kerja yang mendasari seluruh strategi kami adalah mengurangi plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, dan tanpa plastik. Project ini sejalan dengan tujuan kami tersebut."
Maya menambahkan, inisiatif refill ini juga sejalan dengan program Community Refill perusahaan sejak Agustus 2022 dalam mengurangi konsumsi plastik baru dan memperkenalkan alternatif belanja yang ramah di kantong, ramah di lingkungan. “Khusus program tersebut, tahun ini tercatat telah mencapai 817 titik di area Jabodetabek serta Surabaya dan sekitarnya, dan mengurangi hingga 12 ton sampah,” sebut Maya.
Sri Mulyati, S.T, M.Sc., Ketua Sub Kelompok Kemitraan, Data dan Informasi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mengatakan, di DKI sendiri saat ini sudah menghasilkan 7500 sampai 8000 ton sampah sehari. “Pergub 77 mengatur tentang pengurangan sampah hingga tingkat RT dan RW. Kita sosialisasikan door to door bahkan hari Sabtu dan Minggu. Kita kolaborasi gandeng mitra. Kita juga buat Kampanye Festival Ekonomi Sirkular dimana sampah jadi bernilai ekonomi. Tahun depan akan ada lagi festival ini. Kita juga lakukan kampanye melalui sosmed dengan selalu meng-upload berbagai upaya mengurangi sampah yang telah dilakukan masyarakat maupun start up,” ungkap Sri seraya mengapresiasi gerakan refill ini yang dapat mengubah perilaku masyarakat jadi terbiasa dan akan merasa bersalah ketika menggunakan sachet.
Menciptakan kebiasaan baru memang tidak mudah, terlihat dari tantangan selama Project TRANSFORM berlangsung. Misalnya dalam membentuk mindset konsumen mengenai solusi belanja tanpa kemasan, sebagian besar dari mereka masih memilih kemasan sachet/pouch yang dianggap murah dan praktis. Ada pula tantangan untuk mengajak konsumen membawa wadah isi ulang sendiri, karena dianggap merepotkan.
Untuk itu, mereka terus melakukan edukasi mengenai keunggulan dari solusi refill, antara lain dengan mensosialisasikan bahwa secara biaya, berbelanja dengan sistem refill bisa lebih murah dibandingkan membeli produk dalam kemasan baru. Sementara untuk kebiasaan membawa wadah sendiri, yang penting ditanamkan adalah kemauan untuk memulai. Terbukti, konsumen yang sudah mencoba menggunakan sistem refill akan terus menjalankan kebiasaan ini tanpa terbebani.
Edukasi ini terus digencarkan pada konsumen maupun Refill Enterprise, seperti melalui kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dalam program “Gerakan Guna Ulang Jakarta” yang dicetuskan Enviu dan Dietplastik untuk memperkenalkan refill ke Bank Sampah.
Yuk, Moms, mulai hari ini kita ubah kebiasaan belanja kita dengan isi ulang!