Nono Bersinar di SATRIA 2025: Anak SD dari Kupang yang Jago Teknologi!

Siapa bilang anak daerah tidak bisa hebat di bidang teknologi dan menembus panggung nasional? Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunay atau yang akrab disapa Nono, membuktikan sebaliknya! Nono adalah siswa SDN Buraen 1 di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meski masih duduk di bangku SD, Nono ikut lomba teknologi tingkat nasional bernama SATRIA 2025 dan berhasil meraih medali perunggu untuk kategori SMP, lho!
SATRIA (Smart AI and Tech Competition for a Rising Indonesia) adalah program kompetisi edukatif yang mendorong pelajar Indonesia untuk mengenal dan mempraktikkan kecakapan digital, khususnya dalam bidang teknologi seperti pemrograman dan kecerdasan buatan. Kompetisi ini ditujukan untuk pelajar SMP dan SMA/SMK dari seluruh Indonesia.
Padahal, Nono sendiri masih duduk di bangku SD. Ia bersaing dengan peserta dari jenjang yang lebih tinggi, tapi berhasil menunjukkan kemampuan luar biasa. Nono bukan anak biasa, ini bukan kali pertama ia bersinar. Nono sudah dua kali menjuarai Abacus Brain Gym (ABG) International Mathematics Competition di tahun 2022 dan 2024. Dan kini, ia membuktikan bahwa semangat belajar dan pantang menyerah bisa membawanya bersinar di dunia teknologi.
“SATRIA 2025 mengajarkan saya bahwa asal kita mau berusaha dan tidak mudah menyerah, kita bisa bersaing dan menciptakan sesuatu yang berarti, dari mana pun kita berasal,” ujar Nono penuh semangat.
Semua Anak Punya Peluang!
Ratusan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia ikut serta dalam ajang SATRIA 2025. Ada yang datang dari kota besar seperti Jakarta, Bandung, Tangerang Selatan, dan Denpasar, sampai daerah yang jauh dari ibu kota seperti Wamena, Kepulauan Mentawai, Kutai Timur, Demak, hingga Kabupaten Tolikara dan Kupang.
Mereka semua berkumpul membawa semangat yang sama: membuktikan bahwa potensi talenta digital Indonesia ada di mana-mana, bukan cuma di kota besar, tapi juga di desa, pegunungan, dan pulau-pulau kecil.
Ruang Inklusif untuk Semua Anak
Bukan hanya Nono yang merasakan manfaat dari kompetisi ini. Ibunya, Nur Yati Ussanak Seran, juga menyampaikan rasa syukurnya karena anak-anak dari daerah timur seperti Kupang diberi ruang untuk belajar dan berani bermimpi.
“SATRIA 2025 memberikan ruang yang sangat berarti bagi anak-anak seperti kami untuk menunjukkan bahwa mereka juga mampu. Kami sering merasa tertinggal dalam hal akses teknologi, tapi lewat kompetisi ini, anak saya bisa belajar, berkompetisi, dan tumbuh percaya diri,” tutur Ibu Yati. “Terima kasih karena sudah membuka kesempatan yang adil untuk seluruh anak Indonesia,” sambungnya.
Lebih dari Sekadar Lomba Coding
Berbeda dengan lomba teknologi lain yang cenderung berbentuk hackathon, SATRIA 2025 menggunakan pendekatan berbasis platform digital yang menilai kemampuan peserta secara otomatis dan transparan. Para siswa mengerjakan simulasi dan tantangan menggunakan Scratch dan Python, dua bahasa pemrograman yang populer untuk pelajar.
Sebanyak 96 siswa berhasil menjadi finalis yang dipilih melalui proses seleksi yang ketat. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan mengikuti babak semifinal secara hybrid, lalu lanjut ke babak final di Kampus BINUS Kemanggisan, Jakarta.
Selain medali emas, perak, dan perunggu, ajang ini juga menganugerahkan The Jos Luhukay Award for Excellence kepada peserta yang menunjukkan semangat belajar, karakter kepemimpinan, dan inovasi yang kuat. Penghargaan ini menegaskan bahwa SATRIA 2025 bukan hanya soal hasil, tetapi tentang proses tumbuh dan percaya diri.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Kompetisi ini merupakan hasil kolaborasi antara BINUS, WIR Group, dan Centrinova, serta didukung oleh berbagai institusi pendidikan dan teknologi seperti Starion, Busan Academy, 168 Solution, Universitas Pradita, Jakarta Business School, APDI dan Hacktiv8.
SATRIA 2025 bukan sekadar lomba teknologi. Lebih dari itu, ajang ini mendorong pelajar untuk berpikir kritis, kreatif, dan mampu menciptakan solusi nyata atas berbagai masalah di sekitar mereka. Kompetisi ini menjadi ruang belajar yang penuh tantangan, sekaligus menyenangkan bagi anak-anak yang ingin tumbuh menjadi inovator masa depan.
CEO WIR Group, Bapak Stephen Ng, menegaskan bahwa SATRIA 2025 adalah bentuk nyata dari komitmen jangka panjang perusahaan dalam mendukung generasi muda Indonesia di bidang teknologi. “Lewat SATRIA 2025, kami ingin membangun kepercayaan diri generasi muda Indonesia bahwa mereka mampu menjadi pencipta, bukan hanya pengguna teknologi. Kompetisi ini tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga tentang bagaimana anak-anak muda ini menghadapi tantangan dengan pemikiran kreatif dan pendekatan problem solving yang nyata,” katanya.
Melalui SATRIA 2025, WIR Group dan para mitranya menunjukkan komitmen untuk membuka akses pendidikan digital seluas-luasnya bagi pelajar di seluruh Indonesia. Harapannya, generasi muda seperti Nono bisa tumbuh menjadi pemimpin teknologi masa depan: berdaya, percaya diri, dan tak takut bermimpi besar, dari mana pun mereka berasal.