Perawatan Kanker Payudara Kini Berikan Peluang Hidup Lebih Besar bagi Perempuan Indonesia
Setiap bulan Oktober, dunia serentak memperingati Bulan Kesadaran Kanker Payudara, yang menjadi pengingat bahwa deteksi dini adalah kunci utama untuk umur yang lebih panjang.
Hal ini menjadi pesan yang sangat penting. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), kanker payudara masih menjadi jenis kanker paling umum terjadi pada perempuan di Indonesia, dengan angka mencapai hampir 30% dari semua kasus kanker di seluruh Indonesia.
Kemajuan pesat dalam ilmu kedokteran kini telah mengubah pandangan tentang ketakutan diagnosis kanker payudara dan memberikan secercah harapan. Perawatan kanker payudara kini jauh lebih canggih, minim invasif, dan dirancang khusus untuk setiap pasien, demi memastikan pasien kembali menjalani hidup dengan kualitas terbaik.
Babak Baru Perawatan yang Personal dan Lebih "Bersahabat"
Perjalanan perawatan yang efektif dimulai dari pilihan dan pendampingan yang tepat. Hadirkan pengobatan kanker payudara melalui pendekatan yang dipersonalisasi, di mana setiap perawatan ditentukan secara detail berdasarkan kondisi medis, profil genetik, hingga tujuan personal setiap pasien.
“Onkologi modern saat ini menghadirkan jenis perawatan yang bisa berikan hasil paling efektif dengan pendekatan paling aman. Pendekatan lama dengan prinsip ‘mengangkat sebanyak mungkin’ bukan lagi fokus kami. Kini, setiap perjalanan perawatan yang dipilih akan berfokus pada presisi dan minim invasif demi menjaga kenyamanan, kepercayaan diri, dan kualitas hidup pasien,” ujar Dr. Sabrina Ngaserin, Senior Consultant Oncoplastic and Minimally Invasive Breast Surgeon di Mount Elizabeth Hospital Novena.
Prosedur inovatif seperti biopsi dan eksisi (pengangkatan) dengan bantuan jarum atau vakum memungkinkan dokter mendiagnosis atau menghilangkan kelainan kecil hanya melalui satu jalur dan dapat diselesaikan dalam hitungan menit dengan pengaruh bius lokal, bahkan dengan opsi sedasi agar pasien merasa lebih nyaman.
Selain itu, pasien juga bisa melakukan opsi perawatan lain seperti bedah konservasi payudara onkoplastik (lumpektomi) atau mastektomi yang dapat menyelamatkan kulit dan puting (skin and nipple-sparing mastectomies). Metode ini menggabungkan pengangkatan sel kanker dengan rekonstruksi payudara, sehingga membantu pasien pulih secara fisik dan emosional secara bersamaan. Bahkan, teknik terbaru seperti bedah endoskopi atau robotik memungkinkan sayatan yang sangat kecil di ketiak atau garis bra, yang tersembunyi dan menghasilkan pemulihan yang lebih cepat dan estetik.
Selain itu, terdapat juga prosedur mastektomi yang melindungi sensasi pada saraf. Prosedur ini dapat menjaga cabang-cabang saraf halus, bahkan mengembalikan sensasi payudara dan puting terutama bila dikombinasikan dengan teknik extended neurotisation. Bagi sebagian pasien, tersedia juga krioablasi yang merupakan teknik deep freezing untuk menghancurkan sel kanker sebagai alternatif non-bedah.
Rosalind Sugiono (nama disamarkan untuk privasi), seorang pasien asal Indonesia di Mount Elizabeth Hospital, menceritakan bagaimana hidupnya berubah setelah menerima diagnosis DCIS atau yang lebih dikenal sebagai stadium 0 kanker payudara.
“Awal tahun ini, saya akhirnya memutuskan melakukan pengecekan, apalagi usia saya sudah di atas 40 tahun dan belum pernah menjalani mamografi sebelumnya. Setelah melihat hasil mammogram saya yang menunjukkan ada sesuatu mencurigakan di payudara kanan, dokter menyarankan untuk melakukan biopsi. Saya sempat takut dan memilih menunda hingga lima bulan. Namun pada pemeriksaan lanjutan, benjolan tersebut ternyata membesar. Saat itu, saya mengikuti saran dokter untuk langsung menjalani biopsi tanpa menunda lagi,” ucap Rosalind.
Rosalind kemudian menjalani prosedur mastektomi minim invasif dengan teknik skin and nipple-sparing, disertai rekonstruksi payudara menggunakan jaringan perut (abdominal free-flap) di bawah penanganan Dr. Sabrina Ngaserin. Bekas luka di bagian ketiaknya hampir tidak terlihat, serta bentuk dan tekstur payudaranya menyerupai kondisi semula.
“Dengan memahami secara mendalam biologi unik dari setiap tumor, kami bisa menawarkan pengobatan yang lebih cerdas, aman, dan tentunya dapat memberdayakan kehidupan pasien dengan kualitas terbaik. Proses pemulihan tidak seharusnya mengorbankan diri pasien, terutama percaya dirinya,” tambah Dr. Sabrina Ngaserin.
Deteksi Dini Jadi Kunci Utama
Bagi banyak perempuan, perjalanan untuk melakukan pengecekan mungkin dimulai dengan ketakutan, namun nyatanya dapat berakhir dengan kekuatan. “Berkat dorongan dan perhatian dari Dr. Sabrina dan tim, saya akhirnya menjalani prosedur tersebut. Saya sangat bersyukur semua berjalan lancar, dan hasil histologi menunjukkan kanker tersebut benar masih berada di stadium 0, sehingga tidak perlu ada pengobatan lanjutan. Perjalanan ini mengingatkan saya betapa berharganya deteksi dini dan keberanian diri. Jangan pernah abaikan kesehatan, dengarkan kondisi tubuh, dan lakukan pemeriksaan rutin untuk kesejahteraan diri sendiri,” tutur Rosalind.
Dengan jenis layanan perawatan kanker payudara yang terus berkembang, paduan perawatan dan teknologi medis terdepan, memberikan alasan yang kuat bagi perempuan Indonesia untuk lebih optimis dalam menyambut masa depan.
Ketika perawatan yang dipersonalisasi dan penuh empati dilakukan sejak dini, ditambah dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat, perjalanan penuh harapan dan ketangguhan seorang penyintas kanker payudara dapat menjadi inspirasi dan awal yang baru bagi lebih banyak perempuan di luar sana.