Peringati Bulan Peduli Kanker Paru, Perlunya Edukasi Faktor Risiko, Tanda, dan Gejala
Pada Bulan Peduli Kanker Paru (November) ini, Johnson & Johnson Indonesia mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai faktor risiko, tanda, dan gejala kanker paru melalui edukasi media.
Keterlibatan media sangat penting mengingat media merupakan pilar fundamental dalam meningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan dengan memberikan informasi, edukasi, advokasi, dan mendorong perubahan positif dalam perilaku kesehatan individu dan masyarakat.
Pada tahun 2020, seperti yang dilaporkan oleh Global Cancer Observatory, diperkirakan sebanyak 396.914 orang di Indonesia terdiagnosa kanker, yang mengakibatkan jumlah kematian sebanyak 234.511 jiwa.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1,4 per 1000 orang pada tahun 2013 menjadi 1,8 per 1000 pada tahun 2018.
Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling umum dan penyebab kematian akibat kanker yang paling umum di dunia. Estimasi global terbaru dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, hampir sebanyak 2,5 juta orang didiagnosis menderita kanker paru dan lebih dari 1,8 juta orang meninggal karena penyakit tersebut.
Kanker paru menyebabkan lebih dari dua kali lipat kematian dibandingkan kanker kolorektal, yang merupakan penyebab kematian akibat kanker paling umum kedua.
Menurut data Kementerian Kesehatan R.I., penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit paru tidak menular termasuk dalam tiga penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tengah berjuang melawan penyakit menular seperti tuberkulosis, demam berdarah, dan malaria, yang menyebabkan ancaman kesehatan yang cukup besar bagi penduduk.
Tantangan penting lainnya yang dihadapi Indonesia adalah akses yang tidak merata terhadap layanan kesehatan, yang sebagian besar disebabkan oleh kesenjangan sosial ekonomi dan lokasi geografis yang tidak merata.
Data registri kanker di rumah sakit rujukan respirasi nasional (Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, yang menangani kasus kanker paru terbanyak di Indonesia) mengungkapkan bahwa kanker paru memiliki rerata pada kelompok usia 58-60 tahun; 10 tahun lebih muda dibandingkan dengan rerata kanker paru di dunia, peningkatan kasus kanker pada tidak perokok dan perokok pasif, dan usia kanker yang lebih muda.
Namun, penting untuk dicatat bahwa data ini mungkin hanya mewakili sebagian kecil dari kasus sebenarnya, karena registri dan penelitian kanker paru di Indonesia masih terbatas. Hal ini menggarisbawahi perlunya peningkatan upaya untuk meningkatkan registri dan penelitian kanker paru di negara ini.
Faktor risiko kanker paru di antaranya: pajanan rokok, pajanan pekerjaan, riwayat kanker pada keluarga, pajanan polusi, dan riwayat penyakit paru sebelumnya seperti tuberkulosis atau fibrosis paru.
Menyadari pentingnya edukasi kesehatan dalam upaya membantu meningkatkan kesadaran masyarakat, Johnson & Johnson Indonesia selalu berkomitmen secara konsisten dalam memberikan edukasi terhadap media. Sejalan dengan komitmen ini, Perusahaan berfokus pada peningkatan pengetahuan tentang kanker paru di kalangan profesional media.
Untuk melanjutkan inisiatif ini dan dalam rangka merayakan Bulan Peduli Kanker Paru, mereka menyelenggarakan sesi edukasi media secara daring yang diselenggarakan pada hari Jumat, 29 November 2024. Acara ini menghadirkan dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P(K), PhD sebagai narasumber utama, yang membagikan keahliannya untuk membantu memberikan edukasi dan melibatkan komunitas media.
Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia mencatat 34 ribu kasus baru kanker paru setiap tahunnya, dengan jumlah kematian mencapai 30 ribu hingga 31 ribu jiwa. Angka kematian yang tinggi tersebut dapat disebabkan oleh keterlambatan penanganan pasien kanker paru, sedangkan tingkat kesembuhan pasien kanker dapat jauh lebih tinggi jika ditangani sejak dini.
Oleh karena itu, upaya deteksi dini dan pencegahan yang tertuang dalam program transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan menjadi langkah utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan skrining untuk deteksi dini 14 jenis penyakit, termasuk skrining kanker paru pada sejumlah kelompok berisiko. Namun, agar upaya pencegahan lebih optimal, pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak merokok, menghindari asap rokok, termasuk rokok elektrik; karena rokok merupakan salah satu faktor penyebab utama kanker paru dan penyebab kematian terbesar lainnya. Selain itu faktor risiko selain merokok, yaitu pajanan pekerjaan (pajanan silika, seperti pertambangan, industri, dan lainnya), riwayat kanker pada keluarga, dan polusi udara.
Skrining kanker paru dapat berupa CT-scan toraks dosis radiasi rendah tanpa kontras (Low-dose CT thorax atau LDCT), dapat diakses melalui rujukan berjenjang di RS Pemerintah.
Kanker paru adalah jenis kanker yang berasal dari pertumbuhan sel abnormal di paru-paru, yang merupakan dua organ di dada yang berfungsi untuk bernapas. Kanker paru juga dikenal sebagai penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia. Perokok memiliki risiko tertinggi terkena kanker paru-paru, dan risiko ini meningkat seiring dengan lamanya merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi.
Namun, berhenti merokok—terlepas dari sudah berapa lama seseorang menjadi perokok—secara drastis menurunkan kemungkinan terkena kanker paru. Penting untuk dicatat bahwa kanker paru meningkat pada orang yang yang tidak merokok namun terkena asap rokok (secondhand smoke/thirdhand smoke).
Dalam sesi edukasi tersebut, dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P(K), PhD selaku narasumber menyampaikan, “Kami senang sekali dapat berkolaborasi dalam inisiatif edukasi ini. Kami berharap acara ini secara tidak langsung dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat melalui rekan-rekan media. Mengingat masih rendahnya pemahaman seputar kanker paru saat ini, penting bagi media massa untuk fokus meningkatkan kesadaran tentang pencegahan, proses skrining, dan pengobatannya. Sesi ini merupakan langkah awal yang penting dalam komunikasi dan edukasi kesehatan, khususnya mengenai kanker paru bagi masyarakat umum.”
Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs, Johson & Johnson Innovative Medicine untuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina, menyatakan bahwa, “Kami sangat senang dapat menyelenggarakan sesi pembelajaran bersama mitra media dan berharap sesi ini dapat menjadi wadah untuk berbagi informasi tentang kanker paru kepada masyarakat umum melalui media. Sejalan dengan peringatan Bulan Peduli Kanker Paru 2024, kami percaya bahwa penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang kanker paru di kalangan pekerja media guna meningkatkan kesadaran masyarakat.”