Pertolongan Pertama Henti Jantung dengan Basic Life Support
Serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Pertolongan pertama pada henti jantung sangat penting untuk meningkatkan peluang korban bertahan hidup. Salah satu teknik pertolongan yang dapat dilakukan adalah Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD). Teknik ini tidak hanya digunakan oleh tenaga medis, tetapi juga bisa dilakukan oleh masyarakat umum, agar siap menghadapi situasi darurat.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan menyebabkan lebih dari 600.000 kematian setiap tahunnya. Penelitian terus meningkatkan cara kita merespons keadaan darurat dengan teknik penyelamatan jiwa. Teknik-teknik ini didasarkan pada penelitian terkini dan diorganisasikan ke dalam respons sistematis yang disebut Chain of Survival, yang dimulai dengan Basic Life Support (BLS). Chain of Survival memberikan pasien kesempatan terbaik untuk menerima perawatan yang dibutuhkan dan kembali ke kehidupan yang sehat.
Menurut dr. Sari Sri Mumpuni, Sp. J. P, Subsp. K. I (K), FIHA, seorang ahli kardiologi intervensi dari Rumah Sakit Pondok Indah, jantung memompa darah melalui paru-paru, tempat darah mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Darah ini kemudian kembali ke jantung dan dipompa ke organ vital – jantung dan otak – serta seluruh tubuh. Ketika jantung berhenti, aliran darah terhenti, dan pasien serangan jantung dengan cepat menjadi tidak sadarkan diri. Tanpa aliran darah (dalam waktu maksimal 4 menit), jantung dan otak dapat rusak karena kekurangan oksigen.
Tindakan BLS berusaha mencegah atau memperlambat kerusakan otot jantung hingga penyebab masalah dapat diperbaiki. BLS meningkatkan peluang seseorang untuk bertahan hidup sampai tersedia perawatan lanjutan. Dalam waktu 4 (empat) menit seseorang yang mengalami henti jantung/henti napas, harus segera mendapat pertolongan sehingga jantung dapat memompa darah dan aliran darah berjalan normal kembali.
“BLS dapat diberikan pada seseorang yang mengalami henti jantung/henti napas, karena keadaan-keadaan seperti serangan jantung, tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, BLS menjadi salah satu hal yang perlu dipelajari oleh siapa saja, termasuk orang awam, agar dapat menyelamatkan nyawa seseorang,” ujar dokter Sari.
Langkah-Langkah BLS (pendekatan yang dilakukan adalah sesuai dengan Panduan American Heart Association tahun 2020):
- Pastikan diri penolong, pasien, dan lingkungan aman.
- Cek respon pasien. Jika pasien tidak merespon, bernapas terengah-engah atau bahkan tidak bernapas, pasien diasumsikan mengalami henti jantung (jika memeriksa denyut nadi lakukan maksimal selama 10 detik).
- Panggil bantuan dari orang sekitar. Tetap tenang dan berteriak minta tolong ke sekitar. Minta bantuan untuk menghubungi petugas medis atau nomor darurat lainnya. Jangan lupa sebutkan nama, lokasi kejadian, jenis kejadian, jumlah pasien, dan kondisi pasien, serta kebutuhan yang diperlukan.
- Lakukan kompresi dada (pijat luar jantung). Posisikan diri di sebelah kanan pasien. Pastikan pasien berada di tempat yang memiliki permukaan yang rata ketika akan melakukan kompresi dada. Berikan kompresi dengan frekuensi 100–120 kali per menit kedalaman 5–6 cm dengan kuat dan cepat. Hentikan kompresi dada jika pasien sudah merespon atau jika tenaga kesehatan sudah tiba.
- Posisikan pasien untuk mempertahankan jalan napas.