

Sekolah Musik untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Pergelaran Cahaya Hati, Ketika Seni Menjadi Cahaya di Tengah Keterbatasan

Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala akan mengadakan pergelaran musikal "Cahaya Hati" pada Selasa, 22 Juli 2025 di The Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat. Acara ini bertujuan menggalang dukungan masyarakat untuk membantu anak-anak tunanetra ganda mendapatkan masa depan yang lebih baik. "Cahaya Hati" bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan perpaduan harmonis antara musik dan solidaritas, sebuah representasi nyata dari kepedulian.
Pergelaran ini adalah seruan bagi mereka yang peduli, kesempatan untuk menjadi agen perubahan, serta simbol harapan bagi anak-anak tunanetra ganda. Kondisi ini merujuk pada individu yang memiliki dua atau lebih keterbatasan, terutama pada indra penglihatan. Selama ini, Yayasan Rawinala telah berdedikasi memberikan pendidikan dan pendampingan holistik berbasis inklusi, membantu anak-anak tunanetra ganda berkembang optimal dan mandiri.
Endang Hoyaranda, Ketua Yayasan Rawinala sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, menekankan, "Pendidikan inklusif adalah hak, bukan hak istimewa. 'Cahaya Hati' adalah wujud kepedulian kolektif untuk masa depan anak-anak tunanetra ganda. Ini tentang harapan, keberanian, dan kekuatan kita untuk berbuat baik."
Dukungan masyarakat sangat penting bagi perjalanan mereka. "Cahaya Hati" mengajak kita semua untuk bersama-sama menyalakan harapan. Rini Prasetyaningsih, Pakar Multi Disable with Visual Impairment Yayasan Rawinala, menambahkan bahwa anak-anak tunanetra ganda sangat membutuhkan lingkungan penuh kasih dan dukungan. "Dengan perhatian masyarakat dan akses pendidikan yang tepat, mereka bisa berkembang optimal dan mandiri," ujarnya.
"Cahaya Hati" adalah karya kreatif dari Poppy Hayono Isman dan Maya Djamhari Sirat. Pergelaran ini akan menampilkan musisi, tokoh masyarakat, dan individu peduli, menyajikan pertunjukan yang memukau melalui musik, lirik, kostum, dan narasi yang menyentuh hati. Poppy Hayono Isman menyampaikan, "Dengan 250 pemeran, ini bukan hanya tentang musik, tetapi emosi yang menghubungkan kita. Melalui seni, kita merangkul mereka yang membutuhkan dan mengajak semua orang menjadi bagian dari cerita indah ini, saatnya menjadi cahaya dalam kegelapan."
Setiap kepedulian, sekecil apa pun, memiliki dampak besar. "Cahaya Hati" adalah sebuah gerakan untuk membawa perubahan nyata bagi anak-anak tunanetra ganda di Rawinala. Budi Widiastuti Suharto, Manajer Produksi, berharap pertunjukan ini tidak hanya memukau, tetapi juga menginspirasi solidaritas dan empati terhadap anak-anak tunanetra ganda.
Pergelaran ini akan dimeriahkan oleh Aru Wisaksono Sudoyo, Ario Djatmiko, Eddy Tobing, Hayono Isman, Katyana, Louis Bertrand, Marlinda Adam, Michael Sean, Meiske Hutapea, Prasetio, Selma, serta Paduan Suara MSI Melati Menur, Rawinala, Pranagita, Gita Prodia, Jala Madhuswara. Mereka akan diiringi oleh Terrence Band, musisi Dameria Hutabarat, Michael Kwok, Maulid Habiby, Nadya Pramudita, Sonar Panigoro, dan Verrel Wicaksono.
Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membangun "Sekolah Musik untuk Anak Berkebutuhan Khusus" di kampus Rawinala dan mengembangkan "Sheltered Workshop" untuk pemberdayaan murid setelah lulus.
"Mari bersama-sama hadir, berkontribusi, dan menyebarkan berita bahwa masih banyak anak-anak yang berjuang dalam kegelapan, dan kita memiliki kekuatan untuk menyalakan cahaya bagi mereka," tutup Endang Hoyaranda.